Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

WORK from home alias WFH memiliki sisi positif dan sisi negatif, baik bagi karyawan maupun dari sudut pandang seorang bos.

Jika kita adalah karyawan, kebijakan WFH selama pandemi menjadi sesuatu yang positif karena menghemat uang transportasi, uang makan, dan membuat kita tidak kesulitan menjaga jarak sekaligus meminimalkan kemungkinan terpapar Covid-19 dari rekan-rekan kerja.

Keuntungan lainnya, WFH dapat berjalan maksimal jika time management kita berjalan baik. Kita bisa bekerja lebih fokus dan berusaha memaksimalkan waktu yang ada. Dengan demikian, produktivitas kita selama pandemi tetap terjaga.

Namun sisi negatif WFH tak kalah banyak. WFH bisa membuat durasi kerja menjadi lebih panjang. Klien yang dulu hanya bisa menghubungi kita melalui nomor telepon kantor—yang berarti hanya bisa diakses pukul 09.00 hingga 17.00, kini bisa 'bebas' menghubungi ponsel kita via telepon maupun whatsapp hingga larut malam.

Tantangan lainnya adalah bagaimana kita bisa membuktikan bahwa kita sudah bekerja dengan sebaik-baiknya meski menjalani WFH. Sementara masih ada rekan kerja lain yang harus WFO (work from office) dan lebih 'terlihat' oleh para bos.

Bukan hanya dalam urusan pekerjaan, WFH juga dipengaruhi oleh kehidupan kita di rumah. Kita harus bisa cerdas membagi prioritas antara pekerjaan dan tugas mendampingi anak selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Online meeting berjam-jam bisa menyita waktu hingga kita kerap lupa mengecek apakah si kecil sudah menyelesaikan tugasnya atau belum.

Belum lagi dengan urusan menyiapkan makanan bagi keluarga. Dengan bertambahnya panjangnya waktu seluruh anggota keluarga di rumah, persediaan nasi, lauk pauk, dan camilan juga mesti bertambah banyak. Tak heran jika ibu harus bolak-balik ke dapur untuk menyiapkan kebutuhan seluruh anggota keluarga.

Tak hanya bagi karyawan, WFH juga melahirkan tantangan tersendiri bagi seorang bos. Terutama tentang bagaimana ia harus memastikan para karyawan bekerja dengan baik dari rumah masing-masing.

Bukan tidak mungkin ia akan dihinggapi kekhawatiran apakah bawahannya menghabiskan waktu untuk bersantai bersama keluarga, menekuni hobi, dan sibuk mengurus keluarga. Si bos juga akan sibuk memperhatikan apakah karyawannya fokus saat rapat virtual atau cenderung cuek—dengan mematikan video.

Dengan berbagai sisi positif dan negatifnya, akan muncul pertanyaan: apakah mungkin kita mendapat promosi meski WFH? Bagaimana caranya?

Ada 5 (lima) cara profesional agar si bos dapat melihat kinerja WFH kita tidak kalah hebat dari rekan-rekan yang bekerja dari kantor, dikutip dari BBC.

#1 Berhubungan rutin dengan bos melalui telepon, video call, maupun e-mail.
Dengan rutin berkomunikasi dan siap secara online, bos akan merasa kita ada 'di samping'-nya seperti saat bekerja di kantor. Bos merasa kita dekat darinya dan tidak merasa kita absen bekerja.

#2 Memperlihatkan betapa kita bekerja keras dan berkembang dari rumah.
Berkomunikasi dengan bos selama WFH harus kita manfaatkan sebagai sarana untuk memperlihatkan perkembangan diri kita sebagai karyawan.

Misalnya saat menulis laporan kerja via e-mail, selain menulis poin-poin penting yang sudah dicapai, kita bisa menambahkan hal-hal pendukung yang menunjukkan luasnya pengetahuan dan pemahaman kita.

#3 Meminta pekerjaan tambahan.
Jika kita sudah mampu menjalankan time management yang baik di rumah, kita bisa meminta pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Bos akan melihat bahwa kita siap dengan tanggung jawab baru yang lebih besar. Hal itu tentulah salah satu tanda kita siap dipromosikan untuk jabatan baru.

#4 Memberi performa terbaik selama online meeting.
Sama halnya seperti rapat di kantor, jadikanlah rapat virtual dari rumah sebagai kesempatan mengemukakan berbagai ide brilian untuk memajukan perusahaan.

Jika kita dulu kerap merasa gugup karena merasa semua mata di sekeliling meja rapat tertuju pada kita, WFH memungkinkan kita lebih rileks untuk berbicara di 'hadapan' bos dan rekan-rekan kerja.

#5 Memastikan perusahaan kita mematuhi kebijakan kepegawaian.
Pastikan penilaian tahunan kita berada di atas rata-rata. Itu artinya kita memiliki hak untuk mendapat promosi dalam bentuk jabatan baru dan tentu saja, gaji baru.

Kita juga harus peka terhadap kebijakan kantor. Jika kita melihat semua karyawan yang dipromosikan adalah mereka yang menjalankan WFO, kita pantas mempertanyakan diskriminasi tersebut.

 

 




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women