PUSAT Referensi Nasional untuk Kesehatan Afektif dan Seksual (Cesas) mengeluarkan rilisnya tentang implikasi dari krisis pandemik pada perilaku seksual masyarakat.
Yang menjadi fokus perhatian terbesar organisasi ini adalah meningkatnya hiper-seksualisasi di media sosial dan meningkatnya peredaran materi pornografi anak, yang tidak diimbangi dengan akses informasi.
Cesas mengidentifikasi interaksi sosial yang terbatas (karena pandemik) sebagai hal yang mempengaruhi kaum muda. Karena penguncian dan pembatasan pergerakan, membuat pertemanan dan hubungan seksual berpindah ke ranah digital.
Ini adalah trend yang kini sedang dihadapi hampir semua orang dan mestinya disikapi dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.
"Pada tahun-tahun sebelumnya, kami menangani sekitar 30 hingga 40 kasus materi pornografi anak yang berakhir di tangan yang salah. Pada tahun 2020, kami telah menangani lebih dari 70 insiden seperti itu," ujar pejabat Cesar, seperti dikutip dari RTL, Senin (19/10).
Cesas tengah meningkatkan upaya para orangtua untuk mendidik anak-anak dengan lebih baik tentang perilaku dan terminologi seksual selama setahun terakhir di tengah pandemi.
Melindungi anak-anak dari pesan atau ajakan yang salah di media sosial dengan selalu mengingatkannya bahwa ada hal-hal yang harus dijauhi, tidak perlu untuk dilihat, dan harus diwaspadai.
"Penting bagi anak-anak untuk diajari bahwa tubuh mereka bisa terlarang, dan mereka tahu bagaimana mengekspresikan diri," ujar pejabat itu.
Organisasi ini akan kembali mengadakan sesi 'Sensitivity Week' dari 7 sampai 13 Desember. Sesi itu akan mencakup lokakarya dalam bahasa Prancis, Jerman, dan Luksemburg.
KOMENTAR ANDA