Manusia hebat adalah manusia yang bisa mengendalikan diri saat dikuasai amarah, tenang saat dipermalukan, tersenyum saat diremehkan. (Ali Bin Abi Thalib)/ Net
Manusia hebat adalah manusia yang bisa mengendalikan diri saat dikuasai amarah, tenang saat dipermalukan, tersenyum saat diremehkan. (Ali Bin Abi Thalib)/ Net
KOMENTAR

Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan bagi dirinya,
menjadi pemandu untuk nafsunya,
dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya
(Ali bin Abi Thalib)

SETIAP detik kehidupan manusia sejatinya mengandung hikmah. Dan kita sebagai manusia sepatutnya mengambil pelajaran berharga dari setiap hikmah kehidupan yang dihadirkan Allah. Ketika kita menyerap semua hikmah dengan baik, kita akan menjadi manusia bijak yang mampu berdamai dengan diri sendiri.

Berdamai dengan diri sendiri adalah keadaan di mana kita merasa nyaman terhadap diri sendiri. Rasa nyaman tersebut biasanya memiliki ciri yaitu mampu mengikhlaskan dan senantiasa berpikir positif agar pikiran menjadi tenang. Sedangkan untuk bisa berdamai dengan diri sendiri, kita harus mampu melawan hawa nafsu yang sering menguasai hati.

Dalam kehidupan ini, sikap berdamai dengan diri sendiri menjadi kunci hidup bahagia. Karena kita sejatinya tidak dapat menghindar untuk hidup berdampingan dengan berbagai karakter manusia. Maka dalam hal ini sabar menjadi kendaraan yang menjalankannya sedangkan ikhlas menjadi penghiasnya.

Untuk memiliki karakter manusia yang mampu berdamai dengan diri sendiri, banyak sikap yang harus kita perbaiki. Sangat penting bagi kita untuk bisa memaafkan diri, menghormati diri, bertoleransi untuk saling menghargai, dan introspeksi diri. Semua itu saling terhubung satu sama lain. Dan manfaatnya tidak hanya dirasakan diri sendiri tetapi juga orang lain di sekitar kita.

MEMAAFKAN DIRI merupakan bentuk dari ikhlasnya diri menerima setiap kesalahan. Dalam hal ini, konteks memaafkan bukan hanya memaafkan diri sendiri tapi juga memaafkan kesalahan orang lain. Kita tahu tidak ada makhluk yang sempurna. Dan kita pun tahu bahwa memaafkan bukan perkara mudah. Memaafkan merupakan sikap mulia yang akan melahirkan keikhalasan dan ketenangan hati tanpa ada beban untuk selalu mengingat kesalahan orang lain.

Selanjutnya, banyak di antara kita sering melupakan bagaimana MENGHORMATI DIRI. Sikap tersebut sangat berperan penting untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Bagaimana cara kita menghormati diri? Yaitu dengan menahan amarah dan bersikap bijak dalam mengambil keputusan maupun menyelesaikan masalah. Kita menahan amarah untuk menjaga kehormatan kita. Dengan demikian, kita merasakan hati tenang dan mendapat solusi terbaik untuk menyikapi berbagai masalah yang ada.

Manusia hebat adalah manusia yang bisa mengendalikan diri saat dikuasai amarah, tenang saat dipermalukan, tersenyum saat diremehkan. (Ali Bin Abi Thalib)

BERTOLERANSI juga berperan penting untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Toleransi yang bagaimana? Yaitu sikap saling memahami posisi dan situasi. Jangan pernah beranggapan bahwa masalah yang kita hadapi lebih besar dari masalah orang lain, dan sebaliknya.

Setiap orang memiliki kadar masalah hidup yang berbeda-beda karena Allah Swt. memberikan cobaan sesuai kemampuan hamba-Nya. Itu berarti setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing.

Terakhir, yang menjadi langkah pamungkas untuk berdamai dengan diri sendiri adalah INTROSPEKSI DIRI. Dalam hal ini, introspeksi diri bermakna sikap mengulas diri dan mempertimbangkan diri apakah kita sudah termasuk insan yang baik atau belum. Perlu kita ingat, yang baik di mata manusia belum tentu baik di mata Allah. Karena itulah kita harus selalu berintrospeksi.

Tidak ada insan yang sempurna karena setiap insan memiliki kelebihan dan kekurangan. Marilah kita menjadi insan yang selalu siap menerima kritik. Karena itulah bekal yang mendukung sikap introspeksi diri demi terciptanya sikap saling menghargai satu sama lain dan menyayangi sesama.

Dengan memaafkan, menghormati, bertoleransi, dan berintrospeksi, kita insya Allah akan mampu mengendalikan diri serta mampu berdamai dengan diri sendiri hingga menjadikan kita insan yang lebih baik. Dan kita juga terhindar dari sikap menganggap diri paling benar dan paling hebat.

Semoga Allah Swt. Sang Pemilik kesempurnaan senantiasa menjaga kita dari segala penyakit hati dan akhlak tidak terpuji. Wallahu a’lam.

 

 




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur