BELASAN tahun menikah, pasangan itu tak pernah putus asa meskipun di rahim sang istri tak kunjung bersemayam bayi yang diidam-idamkan. Mereka terus berusaha ke sana-sini. Mulai dari mengikuti program yang menggunakan teknologi modern berbiaya fantastis hingga pengobatan tradisional yang murah meriah. Tetapi hasilnya masih nihil.
Hingga suatu ketika, atas saran seorang rekan, keduanya menemui “orang pintar” di lereng gunung nan dingin. Lelaki tua itu pun ternyata amat telat memiliki anak. Sambil memegang beberapa daun sirih di depan gubuknya, sang kakek berbagi rahasia, “Berusahalah sebelum Subuh.”
Demi memiliki keturunan, pasangan itu rela bangun lebih cepat. Namun membangun keintiman bukanlah perkara yang bisa dilakukan seketika mereka membuka mata. Entah harus lebih dahulu melakukan apa untuk mengisi sepertiga malam yang lengang.
Dalam kebingungan itu datanglah cahaya hidayah, maka keduanya menunaikan shalat Tahajud. Tidak lupa dalam kesempatan tersebut dipanjatkan doa Nabi Ibrahim, doa Nabi Zakaria dan doa-doa lain yang berhubungan dengan meminta keturunan. Hingga pasangan itu pun terbiasa bangun di malam hari untuk menunaikan Tahajud sebelum larut dalam keintiman suami-istri
Singkat cerita, keajaiban itu benar-benar nyata. Sang istri hamil. Entah nasihat “orang pintar” yang manjur, entah suasana menjelang Subuh yang syahdu, entah memang sudah ditakdirkan bagi mereka rezeki berupa keturunan, yang jelas mereka merasakan karunia Allah di sepertiga malam terakhir.
Apakah kemudian mereka berhenti bangun di sepertiga malam terakhir? Tidak juga. Tujuan memperoleh keturunan alhamdulillah telah terwujud, tetapi mereka ingin meraih sesuatu yang teramat dahsyat, yaitu kenikmatan shalat Tahajud. Kita perlu menyadari dahsyatnya shalat Tahajud agar dapat turut serta meraih kenikmatannya.
Kisah pembuka di atas, sebetulnya dapat kita cari korelasinya pada buku Mukjizat Shalat Malam karya Sallamah Muhammad Abu Al-Kamal, pada bagian rekomendasi ilmiah dan medis tentang shalat malam, dia menerangkan antara lain: sebagian besar waktu untuk tidur pulas ada pada paruh pertama malam sehingga kebutuhan rehat bagi tubuh sudah tercukupi. Bangun pada paruh kedua malam atau sebelum fajar tidak mengganggu waktu istirahat tubuh yang maksimal. Paruh kedua malam atau penghujung malam merupakan masa tidur yang ringan.
Sangat menarik penjelasan Aisyah dalam menerangkan shalat malam Rasulullah. “Beliau tidur pada awal malam, lalu bangun pada akhir malam dan shalat. Kemudian beliau kembali ke tempat tidurnya. Ketika mendengar suara azan, beliau segera bangun. Jika perlu, beliau mandi. Jika tidak perlu mandi, beliau berwudu lalu pergi (ke masjid). (HR. Bukhari)
Mari kita cermati. Aisyah menegaskan suaminya bangun di penghujung malam untuk shalat Tahajud. Setelah selesai, beliau kembali lagi ke tempat tidur. Sesudahnya, apabila melakukan hubungan suami istri, maka beliau mandi dulu baru ke masjid menunaikan shalat Subuh.
Ini hanya satu contoh dari berbagai kedahsyatan yang dapat diraih dari shalat Tahajud. Orang-orang saleh mendambakan atau membiasakan shalat malam ini demi meraup berbagai keistimewannya.
Bukan hanya perkara minta keturunan, dalam suasana Tahajud, hamba-hamba Allah dapat meminta dilapangkan rezeki, dimudahkan kesulitan, dibebaskan dari hutang, disembuhkan penyakit, diharmoniskan rumah tangga, disayang sama suami, dibukakan kesempatan naik haji, dimasukkan ke surga dan lain-lainnya.
Namun, di atas segala pinta yang insya Allah dikabulkan tersebut, kita dapat meresapi syahdunya hati menjalani keindahan suasana Tahajud. Kita dan Tuhan terasa begitu dekat, dalam keheningan yang menghangatkan hati. Makanya, orang-orang saleh senantiasa merindukan Tahajud.
Oleh sebab itu, Ahmad Musthafa Qasim Ath-Thahthawi pada buku Tahajjud Orang-Orang Shaleh mengutip syair seorang ahli Tahajud:
Betapa banyak orang tidur tapi yang sungguh-sungguh masih terjaga.
Seakan mereka menginginkan sesuatu yang tidak kita ketahui.
Mereka bangun di saat kau tidur dan mereka bergiat saat kau bermalas ria.
Apa yang kamu kerjakan itulah yang akan kamu dapatkan.
Tinggalkanlah peraduanmu jangan terlalu senang di berandanya
Kalau kamu sudah datang di alam kubur,
maka kamu akan menemui peraduan yang sesungguhnya.
KOMENTAR ANDA