SARA Zayed mulai menulis Positivity di Instagram pada tahun 2015. Saat bekerja penuh sebagai software engineer setelah lulus kuliah jurusan Ilmu Komputer, Sara menerima sertifikat Plant-Based Nutrition dari Cornell University dan menjadi personal trainer bersertifikat dari ACSM (The American College of Sports Medicine). Saat ini ia berstatus mahasiswa kedokteran.
Selanjutnya, ia berhenti dari pekerjaannya dan bekerja sebagai juru tulis medis di Ethos Primary Care, pusat pengobatan medis yang menitikberatkan pada gaya hidup di Long Valley, New Jersey. Di sanalah ia berkenalan dengan dr. Ron Weiss. Ethos mengajarkannya tentang pentingnya perubahan gaya hidup bagi kesehatan manusia.
Di ethos, pasien diajak berdiskusi tentang berbagai komponen gaya hidup mereka sehari-hari. Mulai dari diet yang dijalani, siklus tidur, rutinitas olah tubuh, hingga tingkatan stres. Pasien kemudian akan diberikan materi pembelajaran dan apa saja yang harus dilakukan, sebagai panduan agar mereka bisa menjadi nahkoda bagi kesehatan diri mereka sendiri.
Sara belajar banyak tentang bagaimana gaya hidup menjadi satu penentu kebahagiaan seseorang. Karena gaya hidup sehat akan menghadirkan kenyamanan dan kebahagiaan hidup serta umur panjang untuk berkumpul bersama orang-orang terkasih.
Sara adalah seorang perempuan yang sangat percaya pada nutrisi dari makanan berbasis tanaman dan modifikasi gaya hidup. Ia seorang vegan. Dalam sebuah artikel yang dimuat Darling Magazine, ia menjelaskan bahwa plant-based diet tetap bisa dijalankan meskipun kita tergolong penggila olahraga, baik olahraga maraton (yang tergolong high impact) maupun yoga.
Sara mencontohkan olahraga yoga dan pilates yang tergolong low impact workout. Menurutnya, dibutuhkan makanan yang dapat men-support pemulihan otot.
Ia mencontohkan, makanan yang dimakan sebelum melakukan yoga atau pilates adalah seporsi besar salad berisi sayuran berdaun gelap serta berries, roti gandum dan pisang, atau irisan sayuran mentah.
Sedangkan sesudah yoga atau pilates, kita harus memastikan untuk mengurangi stres oksidatif dan pemulihan. Karena itulah kita bisa memilih makanan yang berfungsi sebagai anti-inflamasi dan tinggi antioksidan.
Kandungan zat-zat tersebut bisa didapat dari smoothie buah-buahan maupun smoothie yang terbuat dari sayuran berdaun gelap, beras cokelat (beras yang setengah digiling) dengan sayuran dan kacang-kacangan, campuran berries berwarna gelap, atau kentang manis.
Sara menekankan bahwa setiap perubahan gaya hidup tidak bisa dilakukan dalam sekejap. Karena itulah sebenarnya sangat mudah untuk kita menyesuaikan perubahan itu sesuai kemampuan tubuh kita.
"Complicating it is self-sabotage," tulis Sara dalam akun Instagramnya @sarajzayed.
Menurut Sara, ketika seseorang mempersulit dirinya sendiri maka itu sama saja seperti menyabotase keberhasilannya. Dalam mengubah gaya hidup, kita harus bisa melakukannya step by step dan mencari jalan yang mudah dilakukan.
Kita kadang-kadang berpikir terlalu rumit untuk membuat satu rencana yang kompleks, terlalu memusingkan hal-hal kecil, atau kita melakukan hal-hal yang di luar kemampuan. Itulah yang dapat menjauhkan kita dari tujuan. Itulah yang membuat kita akan kembali kepada rutinitas lama kita lalu membenarkan diri sendiri dengan mengatakan "saya sudah mencoba tapi tidak berhasil".
Mengubah gaya hidup seharusnya tidak boleh menjadi penderitaan yang menyulitkan. Kita harus menemukan alasan kuat yang secara otomatis dapat memotivasi kita untuk berubah. Dan itulah bagian dari proses yang kita jalani.
Untuk bisa menemukan alasan itu, sudah pasti menantang. Karena memang secara alamiah, perubahan berarti melakukan sesuatu yang berbeda. Otak kita harus mengubah orientasinya kepada sesuatu yang baru. "Itulah yang menantang," kata Sara.
Perempuan ini kemudian memberikan tipsnya untuk bisa mengubah gaya hidup ke arah gaya hidup sehat yang bisa bertahan lama.
"Pertama, tentukanlah alasanmu. Pilihlah alasan yang kuat. Saya pribadi ingin gaya hidup saya berubah agar saya bisa berada dalam keadaan paling sehat untuk memaksimalkan berbagai potensi yang saya miliki," ujar Sara.
"Kedua, berhentilah mengeluhkan semua hal. Ciptakan perubahan yang jelas. Berhenti makan junk food. Terlalu lama duduk (belajar jarak jauh atau WFH)? Jalanlah 30 menit saat istirahat makan siang. Mudah stres? Luangkan 10 menit untuk meditasi," tambah perempuan yang sudah menikah selama dua tahun ini.
Yang harus dilakukan adalah memulai perubahan dengan satu langkah kecil. Dan kita akan bahagia ketika menyadari kita telah melakukannya.
Sara bersemangat menjalankan hari-harinya sebagai mahasiswa kedokteran. Kelak menurutnya, lifestyle medicine akan menjadi 'garda depan' dalam proses pengobatan pasien.
"Saya berharap dapat mengajarkan kepada semua orang tentang gaya hidup sehat, pentingnya melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran, nutrisi dari sayur dan buah-buahan, membangun kebiasaan baik, dan dukungan sosial."
KOMENTAR ANDA