Salah satu penggunaan tanaman untuk desain interior rumah dalam buku Wild Interiors karya Hilton Carter/ Photo Credit: Hilton Carter/CICO Books
Salah satu penggunaan tanaman untuk desain interior rumah dalam buku Wild Interiors karya Hilton Carter/ Photo Credit: Hilton Carter/CICO Books
KOMENTAR

PLANTFLUENCER jadi satu istilah baru yang disematkan bagi mereka yang mencintai tanaman dan mempopulerkan gaya hidup hijau ini. Uniknya, para pecinta tanaman ini punya slogan yang berseliweran di jagat media sosial: "In Cacti We Trust".

Motto itu bukan tanpa alasan. Berdasarkan survei HomeHow, kaktus saat ini menjadi tanaman rumah yang paling instagrammable. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai lebih dari 23 juta unggahan foto! Sementara di peringkat kedua dan ketiga bertengger nama Hoya dan Monstera.

Kita menyaksikan betapa generasi Milenial dan gen Z semakin eksis dan menunjukkan kompetensi mereka di tengah masyarakat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah: mengapa dan bagaimana mereka bisa begitu menyukai tanaman?

Salah satu alasan dikemukakan Alice Vincent dalam buku terbarunya Rootbound: Rewilding a Life. Buku tersebut merupakan 'napak tilas' kehidupannya di usia 20-an. "Ketika banyak hal tidak terjadi seperti yang saya harapkan, saya menemukan kedamaian saat berkebun dan 'bercengkerama' dengan tanaman," kenang Alice.

Tanpa ragu, ia mengakui memiliki ikatan emosional yang kuat dengan tanaman. Seperti dikatakan Alice kepada BBC, melihat benih yang disebar, melihat tanaman mulai tumbuh tunas lalu berbunga, menimbulkan perasaan yang sangat mendalam.

"Saya merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya ketika melihat tanaman tumbuh atau menyaksikan tanaman kembali menghijau setelah musim dingin berakhir. Tanaman yang berubah seiring berubahnya musim seolah memandu kehidupan saya sehari-hari," ujar Alice.

Siapa sangka, banyak pembaca yang mengatakan bahwa mereka teresonansi dengan pengalaman Alice, terutama dalam hal bagaimana mengejar tujuan hidup namun ternyata tidak bisa mewujudkannya. Alice juga mendapat banyak feedback yang menyebut bukunya sebagai pelipur lara dan bacaan yang menenangkan selama pandemi.

Ternyata akitivitas bercocok tanam yang sangat menguji fisik dan kesabaran itu justru menjadi sesuatu yang bisa membuat santai di tengah kehidupan yang berjalan cepat dan monoton.

Banyak milenial dan Gen Z mendapati kesamaan dengan pengalaman Alice. Dalam pendahuluan bukunya, Alice berkisah tentang Windows 95, Gameboys, Tamagotchi, MSN messenger, dan hadirnya telepon seluler.

Tak heran jika semua sendi kehidupan seperti dituntut untuk menjadi lebih cepat, lebih lancar, juga lebih terhubung. "Semua berlangsung hingga kita dewasa. Mulai dari memilih pekerjaan hingga memesan makanan, sewa mobil, dan segala hal lainnya yang serba online."

Kondisi itulah yang juga dihadapi Milenial dan Generasi Z saat ini. Dengan kompetisi yang terjadi di berbagai aspek kehidupan mereka, bercocok tanam menjadi satu hal yang membahagiakan. Menjadi satu cara bersantai dan menikmati setiap detik kehidupan. Membuat mereka dapat memperlambat langkah dan tidak tergesa-gesa.

Menariknya, meskipun bercocok tanam adalah kegiatan 'offline' yang notabene kebalikan dari dunia digital, justru dunia online-lah yang mempertemukan para penggila tanaman milenial dan Gen Z hingga mereka membentuk komunitas secara global. Mereka belajar satu sama lain tentang berkebun. Selain Alice, plantfluencer yang tak kalah populer adalah Hilton Carter.

Hilton yang berdomisili di Baltimore, Amerika Serikat sudah menulis beberapa buku tentang houseplant. Buku terakhirnya, Wild Interiors, berisi beragam ilustrasi yang memperlihatkan betapa tanaman bisa menyempurnakan interior rumah, juga menjadikan rumah lebih menenangkan sekaligus mengundang. Seperti dilansir BBC Culture, Hilton juga mendapat julukan "the plant daddy" dan "the plant doctor".

 

 




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News