FUTUR adalah kondisi ketika iman seorang hamba menurun. Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, maka iman bisa berada dalam titik terendahnya.
Dalam kitab Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi karya Syaikh Prof. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, disebutkan sedikitnya tiga kiat untuk mempertebal iman.
Pertama, belajar ilmu yang bermanfaat. Kita bisa tadabur quran, belajar asmaul husna, membaca kisah hidup Nabi Muhammad, membaca kisah para orang saleh, dan terus menggali kesempurnaan Islam.
"Dan Alquran itu adalah kitab yang Kami Turunkan yang diberkahi, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Q. S. Al-An'am:155)
Quran merupakan satu kiat terdahsyat yang mampu mendongkrak keimanan seorang mukmin. Dalam Alquran, kita akan mendapati banyak hikmah, pengetahuan, juga larangan yang Allah semuanya menjadi panduan dalam hidup kita sebagai muslim.
Kedua, memaknai setiap peristiwa dan fenomena alam yang Allah perlihatkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketiga, tulus ikhlas beramal shaleh dengan segenap kemampuan kita. Entah itu dengan hati, lisan, kekuatan fisik, maupun melalui pemikiran saat berdakwah. Dengan demikian, kita akan senantiasa menjauh dari hal-hal yang mampu menurunkan kadar keimanan.
Sebuah kalimat bijak datang dari DR. Firanda Andirja, MA. "Setiap amalan itu ada masa semangatnya, maka apabila engkau berada di masa tersebut, bersemangatlah! Mumpung Anda sedang bersemangat sedekah, bersedekahlah! Mumpung Anda sedang bersemangat shalat malam, shalat malamlah!"
"Ketahuilah bahwa nanti ada masa di mana Anda akan futur, dan itu bisa menimpa siapa saja. Jika Anda berada di masa futur tersebut, hendaknya Anda tidak meninggalkan yang fardhu atasmu, karena dengan demikian suatu saat Anda akan kembali ke masa-masa semangat untuk beribadah."
Ya, kufur bisa melanda siapa pun. Akan tiba satu masa ketika kita merasa teramat berat untuk mengejar pahala Allah. Padahal saat ini, rasanya kesempatan untuk mengerjakan ibadah sangat terbuka lebar.
Tujuan bersedekah semakin banyak dengan banyaknya PHK di masa pandemi. Shalat malam yang dulu terasa teramat berat karena kita sibuk bekerja di kantor dan pulang malam karena harus menghadapi kemacetan yang membuat stres, kini seharusnya tak boleh absen kita lakukan karena kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Demikian pula dengan membaca Quran, mendengarkan tausiyah yang bisa lebih leluasa melalui berbagai platform digital, atau kegiatan sosial lain yang bermanfaat bagi sesama manusia.
Maka ketika kita merasa ghirah (semangat) ibadah kita sedang tinggi, mari manfaatkanlah waktu sebaik mungkin. Lakukan lagi, lagi, dan lagi. Kita bisa menambah rakaat shalat malam. Kita bisa menambah jumlah materi yang kita sedekahkan. Kita bisa menambah durasi membaca Quran lebih dari biasanya.
Sebelum futur merambat ke hati. Menyisakan kemalasan dan keengganan untuk bersujud dan bertafakur. Saat itu kita seolah kehabisan tenaga untuk menjadi muslim yang taat. Yang perlu kita lakukan adalah tetap melaksanakan ibadah-ibadah wajib agar futur tidak berlarut-larut.
Dan semoga kita bisa merasakan kembali kedahsyatan iman. Wallahu a'lam.
KOMENTAR ANDA