Kita butuh waktu menganalisis apakah kita sudah menjaga pandangan, sedikit bicara, sedikit makan, dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki positive vibes/ Foto: Ilustrasi (Net)
Kita butuh waktu menganalisis apakah kita sudah menjaga pandangan, sedikit bicara, sedikit makan, dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki positive vibes/ Foto: Ilustrasi (Net)
KOMENTAR

SEBAGAI makhluk sosial, manusia dituntut untuk menjalankan hablumminannas dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, tanpa kita sadari ternyata ada empat pintu dalam kehidupan kita yang dapat membuka jalan untuk melakukan maksiat dan dosa.

Berdasarkan tulisan M. Abduh Tuasikal, M.Sc, dijelaskan bahwa dalam Badaa'i Al-Fawaid, Imam Ibnul Qayyim berkata, "Hendaknya menahan diri dari pandangan yang tak bisa terjaga, banyak bicara, banyak makan, dan banyak bergaul. Hal hal ini merupakan empat pintu setan dalam menguasai manusia dan jalan setan mencapai tujuannya...."

Keempat pintu tersebut adalah bagian dari godaan syaitan yang ingin menjerumuskan manusia. Itulah pintu-pintu yang membuka jalan untuk kita melakukan berbagai kemaksiatan.

Tanpa kita sadari, pandangan yang tidak dijaga oleh laki-laki maupun perempuan akan mengantarkan pada perbuatan zina dan perselingkuhan. Banyak bicara akan mengantarkan pada memfitnah dan berghibah.

Banyak makan bisa mengantarkan kita pada memakan harta haram, baik itu dengan mengambil yang bukan hak kita maupun dengan riba. Banyak bergaul bisa berakibat salah bergaul hingga menjauhkan kita dari keshalehan dan terjebak dosa.

Ini penjelasannya.

Bahaya pandangan, kita semua sudah tahu. Mata bisa menghadirkan nafsu dan mematikan akal sehat. Mata juga bisa membuat kita menganggap  wajar apa yang kita lihat padahal syariah jelas-jelas melarangnya.

Menjaga pandangan adalah satu tindakan terbaik agar kita tidak mendekati pintu yang memungkinkan kita melakukan perbuatan dosa.

Adapun yang kedua, sebuah hadis menyatakan dengan tegas, "Siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, berkatalah yang baik, ataukah diam." (H. R. Bukhari dan Muslim)

Bila kita terlalu banyak bicara seenaknya, maka itu menjadi pintu yang membuka kesempatan melakukan fitnah dan ghibah. Begitu tajamnya lidah hingga merasa biasa saja saat mulai menggunjingkan orang lain dan menyebarkan berita bohong tentang orang lain. Kita tidak menyadari betapa meruginya orang lain dengan ucapan-ucapan kita.

Sementara banyak makan dapat mengantarkan kita kepada kecurangan dalam mengais rezeki dan sibuk memperkaya diri tanpa peduli kesulitan orang lain. Terlalu banyak makan membuat kita menghalalkan segala cara demi memenuhi urusan perut. Kita menjadi enggan bersedekah bahkan menganggap sedekah akan menggerus jumlah harta yang kita punya. Naudzubillah.

Yang terakhir adalah banyak bergaul. Dalam konteks ini, banyak bergaul diartikan sebagai salah bergaul dengan orang-orang yang tidak menjadikan syariah sebagai landasan hidup. Orang-orang yang berslogan "karena hidup cuma satu kali maka puaskanlah untuk mencoba segala hal dalam hidup ini."

Maka banyak bergaul alias salah bergaul merupakan pintu yang bisa membuka jalan kita kepada minuman keras, narkoba, seks bebas, dan kebiasaan hidup hedonis lainnya.

Mungkinkah kita menjadi makhluk sosial tanpa mendekati keempat pintu tersebut?

Jawabannya tentu bisa. Iman, Islam, dan akhlaklah yang akan melindungi kita agar tidak tergoda membuka empat pintu maksiat tersebut. Kita memang harus berhubungan baik dengan siapa saja, kaya maupun miskin, muslim maupun nonmuslim.

Tapi kita tetap harus mematuhi rambu agama dan rambu moral agar hubungan kita dengan orang lain menjadi sesuatu yang positif, jauh dari keburukan, bahkan bisa mendekatkan kita kepada Rabb Yang Maha Berkuasa.

Ketika kita merasa sedang berada dalam kondisi ketakwaan yang menipis, akan jauh lebih baik kita menepi sejenak dari hiruk pikuk pergaulan sehari-hari.

Kita butuh waktu untuk merenung. Kita butuh waktu untuk menguatkan diri. Dan kita butuh waktu menumbuhkan kembali kebijaksanaan kita dalam menerapkan batas antara kita dan lingkungan terdekat kita. Kita juga butuh waktu menganalisis apakah kita sudah menjaga pandangan, sedikit bicara, sedikit makan, dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki positive vibes.

Daripada terjatuh dalam kubangan dosa, kita lebih baik tidak mendekati pintu-pintu pembuka jalan maksiat. Dengan demikian kita insya Allah dapat menjadi sebaik-baik manusia.

 

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur