MAKIN meluas, meninggi, merendah dan mendalam saya berupaya melakukan pembelajaran angkamologis terhadap apa yang disebut angka, makin sadar saya bahwa sebenarnya saya tidak tahu apa pun tentang apa yang disebut angka itu.
Tampaknya saya terkena kutukan terkandung di dalam kata number di mana numb bermakna memar bahkan mati-rasa.
Kesadaran
Di samping menyadarkan saya tidak tahu apa pun soal angka, ternyata angkamologi juga menyadarkan saya bahwa pada hakikatnya angkamologi adalah demokratisasi tafsir di mana setiap insan manusia berhak asasi untuk menafsirkan angka asal bukan dengan tujuan menghina apalagi mengutuk sesama manusia.
Misalnya jangan daya gunakan angkamologi sebagai alasan menghina apalagi mengutuk sesama manusia seperti menyatakan bahwa angka-angka yang tersirat pada hari, bulan dan tahun kelahiran seseorang adalah angka-angka yang membawa sial bagi seseorang tersebut.
Tafsir
Angkamologi membuka gerbang bagi setiap insan untuk menafsirkan angka yang dipilihnya untuk ditafsirkan. Silakan juga mendayagunakan segenap unsur aritmatikal untuk menafsirkan setiap angka termasuk angka 13 untuk ditafsirkan angka bagus bagi diri sang penafsir akibat terbukti cukup banyak orang memperoleh keberuntungan seperti menang lotere, bertemu jodoh, dilantik menjadi pejabat tinggi, menerima penghargaan anugrah MURI atau Nobel pada upacara yang diselenggarakan pada tanggal 13.
Jangan hiraukan fakta bahwa juga cukup banyak orang mengalami pengalaman buruk pada tanggal 13. Karena setiap hari manusia bisa mengalami keberuntungan atau kenahasan. Apalagi keberuntungan bagi seseorang bisa merupakan kenahasan bagi orang lain dan sebaliknya.
Apa yang disebut sebagai number theory memang merupakan arsenal angka-angka yang siap kita didayagunakan untuk membenarkan mau pun menyalahkan angkamologi. Sepenuhnya tergantung kebutuhan .
Kodrat
Angkamologi jangan sampai arogan merasa diri paling penting dan paling benar sebab hanya satu di antara lebih dari triliun-triliunan pemikiran manusia yang berupaya mencari makna kehidupan di alam semesta tanpa batas maksimal maupun minimal.
Pada dasarnya angkamologi hanya merupakan pemikiran berikhtiar menyadarkan insan manusia yang mau disadarkan bahwa apa yang disebut angka mau pun apa pun di alam semesta ini secara kodrat sudah memiliki makna masing-masing yang bukan hanya senantiasa namun niscaya siap untuk ditafsirkan untuk dicari maknanya.
Bahkan apa yang disebut diri kita masing-masing juga siap untuk ditafsirkan demi dicari maknanya terutama justru oleh diri kita sendiri masing-masing sebagai upaya mawas diri sesuai sukma yang terkandung di dalam kelirumologi yaitu sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna maka tidak ada pemikiran, kebijakan, kekuasaan, budi pekerti, etika, moral, hukum, akhlak yang sempurna.
Insya Allah, sesuai kearifan ojo dumeh, setiap insan manusia terutama saya jangan terkebur merasa diri paling berkuasa maka paling benar, paling bijak, paling hebat demi senantiasa mau dan mampu mendengar pendapat orang lain yang mungkin lebih benar, lebih bijak, lebih hebat ketimbang pendapat saya sendiri.
Bagiku angkaku adalah angkaku, bagimu angkamu adalah angkamu.
KOMENTAR ANDA