MEMBERIKAN screen time atau waktu bagi anak untuk berselancar dengan gadget merupakan hal yang saat ini umum dilakukan oleh orangtua. Salah satu aplikasi yang sering digunakan adalah YouTube.
Namun, orangtua harus tetap waspada dan memperhatikan tayangan apa saja yang dikonsumsi oleh anak-anak.
Pasalnya, penelitian terbaru menemukan bahwa sekitar 95 persen video yang ditujukan untuk anak-anak berusia delapan tahun ke bawah di YouTube berisi iklan. Banyak di antaranya adalah produk yang sebenarnya dijajakan untuk audiens yang jauh lebih tua, termasuk wiski, pakaian dalam, dan video game kekerasan.
Penelitian itu dilakukan oleh Common Sense Media dan para peneliti di Universitas Michigan dan dimuat dalam laporan berjudul "Young Kids dan YouTube: How Ads, Toys and Games Dominate Viewing" awall pekan ini.
Para peneliti menganalisis lebih dari 1.600 video YouTube yang dikumpulkan dari 191 orang tua dan anak-anak mereka yang berusia delapan tahun atau lebih muda.
Video dalam studi tersebut dipublikasikan awal tahun ini di situs utama YouTube, bukan di YouTube Kids, karena tingginya jumlah keluarga yang menggunakan situs utama platform tersebut.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa lebih dari separuh video anak usia dini memuat hingga dua iklan. Sekitar 20 persen dari iklan tersebut berisi konten yang tidak sesuai untuk anak-anak, termasuk kekerasan, seksualitas, obat-obatan atau alkohol.
Sementara itu, menurut sensus Common Sense Media 2020, anak-anak di bawah usia delapan tahun sekarang menonton rata-rata 39 menit video online per hari.
Waktu menonton juga sangat terbagi menurut garis ras, etnis, dan sosial ekonomi. Anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah menghabiskan rata-rata dua jam lebih banyak per hari dengan media layar dibandingkan rekan mereka yang berpenghasilan lebih tinggi.
Selain itu, rata-rata, anak-anak kulit berwarna menonton lebih banyak media layar daripada anak-anak kulit putih. Menurut data Common Sense Media, kesenjangan tersebut terus melebar.
Penellitian yang sama menemukan, lebih dari seperempat video yang ditonton oleh anak-anak kecil berisi iklan yang ditargetkan untuk audiens yang lebih tua, seperti video game dengan game yang tidak sesuai dengan usia, vlog realitas dengan lelucon dan perilaku kasar, dan video musik atau kompilasi yang berisi kekerasan.
"Dalam penelitian kami, sebagian besar anak menonton video dengan produk bermerek atau konten memalukan yang diposting oleh pembuat konten untuk mendapatkan lebih banyak penayangan, yang menghasilkan lebih banyak pendapatan iklan dan ditampilkan dalam feed rekomendasi," kata salah satu penulis laporan, Jenny Radesky yang merupakan seorang peneliti di University of Michigan, dalam sebuah pernyataan.
"Meskipun konten yang bagus untuk anak-anak ada di YouTube, itu tidak naik ke atas," tambahnya, seperti dikabarkan Al Jazeera.
KOMENTAR ANDA