JATUH cinta dan merindu. Tak ada yang lebih menggetarkan dari dua hal itu. Saat rasa memuncak dan tak kuasa berjumpa, maka air mata mengalir deras.
Dulu, kita jatuh cinta dan merindu. Karena itulah kita bersatu. Kita menyatukan segala perbedaan, saling beradaptasi, saling mengisi, saling menerima kekurangan. Kita menjalani hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dengan luapan cinta dan rindu.
Dalam perjalanan bahtera rumah tangga, tak sedikit kerikil yang menghadang. Kita, bagaimana pun juga adalah dua sosok berbeda. Dua kepala dengan dua pemikiran yang unik. Dua hati yang tak selamanya mampu saling memihak.
Maka perbedaan opini adalah mutlak. Perbedaan sikap menghadapi masalah adalah nyata. Dan perbedaan cara mencari solusi adalah lumrah. Tidak mungkin dihilangkan dalam perjalanan rumah tangga kita.
Karena itu kita dituntut untuk memiliki keterampilan menjadikan masalah besar menjadi kecil dan meniadakan masalah kecil. Dengan begitu kita berdua akan semakin kuat dalam rasa dan perbuatan.
Tapi seiring waktu, pemikiran manusia bisa jadi berubah. Karena perubahan zaman menawarkan hal berbeda, pemikiran manusia pun dinamis menyikapinya. Ada yang dulu merasa tak ingin dilakukan, kini menjadi kebiasaan.
Sebaliknya, ada yang dulu selalu menyertai langkah kita, kini tak pernah tersentuh.
Marilah berbicara tentang muara cinta dan rindu para perempuan yaitu suami. Masihkah kita menyimpan getar cinta dan merindukannya di kala berjauhan? Dr. Khalid Basalamah mengingatkan jangan sampai istri merasa senang saat suami keluar rumah. Seisi rumah menjadi tenang. Karena sang suami selalu cemberut dan marah-marah saat berada di rumah. Begitu pun sebaliknya. Jangan sampai suami gembira ketika istrinya pergi. Karena ia tak tahan menghadapi kecerewetan istri di rumah.
Pandangilah sosok suami. Dialah jodoh yang Allah kirimkan untuk kita. Laki-laki yang berhasil memikat mata dan hati kita. Laki-laki yang kita yakini dapat menjadi imam yang baik bagi kita dan keluarga kecil kita. Laki-laki yang kepribadiannya memesona dan keshalehannya terpancar.
Masihkah dia menjadi suami yang selalu kita rindukan?
Secara fisik, penampilan manusia akan banyak berubah. Ada yang semakin tua justru tetap segar karena rajin merawat diri dan menerapkan gaya hidup sehat. Ada yang pertambahan umurnya seiring dengan pertambahan berat badan. Ada pula yang menderita penyakit hingga tubuhnya semakin kurus.
Apakah senyum suami yang dulu membuat jantung berdetak kencang itu masih ada untuk kita, ataukah kini lebih sering berganti tatapan hampa atau tatapan sinis yang mengaduk-aduk emosi.
Apakah perilakunya masih bak gentleman seperti dulu, atau kini berubah kasar dan tak memedulikan perasaan kita.
Bagaimana dengan shalatnya? Apakah dia jatuh cinta pada sujud di malam hari, atau bergeming karena kelelahan dengan pekerjaannya.
Masihkah ia memelihara kejujuran dalam kesehariannya, atau dia mulai menyukai kebohongan-kebohongan kecil merasuki perilaku shalehnya.
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Swt. akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya." Setelah itu Rasulullah berdoa, "Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu." (H. R. Muslim)
Maka jika ingin tetap selalu merindukan sosok suami, jangan biarkan waktu berlalu tanpa mendoakannya. Kita bertawakal kepada Allah untuk agar suami senantiasa mengingat istri dan anak-anaknya dan menghidupi keluarga dengan jalan halal yang thayyib. Kita memohon agar Allah selalu menjaga suami dari pikiran yang menyesatkan dan menjauhkannya dari kesempatan berbuat khilaf.
Pun sebaliknya, kita pun harus berusaha menjadi sosok yang ia rindukan. Menjadi istri shalehah, istri yang menjaga kehormatan diri dan kehormatan keluarga, juga istri yang menyenangkan suami saat menatapnya. Karena hubungan suami istri adalah tentang saling memberi dan saling menerima.
Setiap biduk rumah tangga pasti menghadapi masalah. Pakar Parenting Islami Mohammad Fauzil Adhim saat ditanya tentang kunci kebahagiaan rumah tangga menyebutkan keberkahan. Yang membuat rumah tangga berkah adalah ketenangan jiwa dan kedalaman spiritual. Ada rumah tangga yang bahagia, namun belum tentu berkah. Sakinah merupakan konsekuensi pernikahan.
Fauzil menyebutkan banyak konflik rumah tangga bahkan yang berujung perceraian disebabkan komunikasi yang buruk. Menurut penulis buku Kado Pernikahan Untuk Istriku tersebut, cara menyampaikan pikiran, perasaan, dan maksud yang kurang berkenan antara suami istri kerap menjadi sumber pertengkaran. Padahal keduanya mengaku saling mencintai.
Fauzil mencontohkan Rasulullah saw. yang memiliki panggilan sayang untuk istri-istri beliau, seperti Aisyah yang dipanggil humaira (pipi bersemu kemerahan) atau muwaffaqah (perempuan yang diberi petunjuk). Meski terlihat sebagai hal kecil, panggilan mesra itu bisa menjadi awal komunikasi mesra antara suami istri. Dan insya Allah segala perbedaan pendapat dan kesalahpahaman dapat dituntaskan dengan komunikasi mesra.
Jika kita rindu senyuman suami, buatlah ia tak bisa menolak untuk tersenyum saat berada di rumah. Ketika kita rindu tatapan mata suami yang penuh cinta, buatlah ia tak bisa menolak untuk menatap kita dengan berbunga-bunga. Dengan begitu kita pun akan terus mencinta dan merindunya.
KOMENTAR ANDA