RASULULLAH bersabda, “Sukakah kamu bila aku mengajarkan kepadamu suatu surah yang tidak pernah diturunkan di dalam kitab Taurat, tidak dalam kitab Injil, tidak dalam kitab Zabur, dan tidak pula di dalam Al-Qur'an ada surah yang serupa dengannya?”
Ubay bin Ka'ab menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.”
Rasululah bersabda, “Aku benar-benar berharap, mudah-mudahan sebelum aku keluar dari pintu ini kamu sudah mengetahuinya.”
Lalu Rasul memegang tangan Ubay seraya berbicara dengannya, dan Ubay memperlambat langkahnya karena khawatir beliau sampai di pintu masjid sebelum menyampaikan hadisnya.
Ketika mereka mendekati pintu tersebut, Ubay bertanya, “Wahai Rasulullah, surah apakah yang engkau janjikan kepadaku itu?”
Rasulullah bertanya, “Surah apakah yang kamu baca dalam shalat?”
Lalu Ubay membacakan kepadanya surah Ummul Qur'an. Sesudah itu beliau bersabda, “Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, Allah tidak pernah menurunkan di dalam kitab Taurat, tidak dalam kitab Injil serta tidak dalam kitab Zabur, dan tidak pula dalam Al-Qur'an ada satu surah yang serupa dengan surah itu (Ummul Qur'an). Sesungguhnya surah itu adalah As-Sab'ul Masani."
Al-Fatihah memang tidak ada tandingannya. Itulah yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadis di atas dan itu pula yang menjadi penyemangat kita dalam mengkajinya kali ini.
Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Fatihah menerangkan, bahwa surah ini memiliki beberapa nama. Nama yan paling masyhur adalah Fatihah Al-Kitab (Pembuka Al-Qur'an), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an) dan As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang). Surah ini terdiri dari tujuh ayat. Ayat pertamanya adalah basmalah.
Setidaknya 17 kali dibaca dalam shalat fardhu, dan lebih banyak lagi dibaca dalam shalat sunah, serta dibaca pula di pembukaan acara, saat melayat, bahkan dalam pengobatan dan lain-lain, maka pantaslah Al-Fatihah disebut juga As-Sab'ul Matsani atau tujuh ayat yang diulang-ulang. Tiada orang yang mengaku dirinya penganut Islam bila tak pernah membaca Al-Fatihah.
Ketika membuka Al-Qur’an pertama kali, yang terhampar adalah tujuh ayat surat Al-Fatihah, yang disebut Ummul Qur’an atau induk dari kitab suci; karena Al-Fatihah telah mengandung hakikat makna dari seluruh pokok ajaran Al-Qur’an.
Bey Arifin, seorang ulama tempo dulu pernah menulis tafsir yang berjudul Samudera Al-Fatihah, karena surah ini bagaikan samudera, yang ketika makin dalam diselami, akan makin banyak terhampar keindahan.
Dan Al-Fatihah juga disebut sebagai Asy-Syifa atau obat, karena secara dahsyat Al-Fatihah mampu menjadi pengobat yang ampuh. Said Abdul Azhim pada bukunya Bebas Penyakit Dengan Ruqyah menjelaskan, bahwa disunnahkan agar membacakan Al-Fatihah kepada orang yang sakit. Dalam sebuah hadis sahih tentang surat Al-Fatihah, Rasulullah bersabda, “Apakah kamu sudah tahu bahwa surah Al-Fatihah bisa juga digunakan sebagai ruqyah (obat)?”
Thalhah bin Mathraf berkata, “Orang yang sakit, apabila dibacakan Al-Qur'an, maka ia akan merasa ringan.”
Kemudian seseorang masuk ke rumah Khaitsamah yang pada waktu itu sedang tergeletak sakit. Orang itu bertanya kepadanya, “Aku lihat kamu sekarang agak membaik.”
Khaitsamah menjawab, “Iya, karena saya dibacakan Al-Qur'an.” Termasuk hal yang sudah diketahui bersama adalah bahwa Al-Qur'an merupakan penyembuh untuk beberapa penyakit syahwat (kesenangan). Ia juga bisa menyembuhkan penyakit jiwa, raga, hati, dan jantung.
Selain Nabi Muhammad, sahabat-sahabat beliau juga membuktikan mukjizat Al-Fatihah ini. Suatu ketika para sahabat Nabi Saw. mengadakan perjalanan jauh dan mengalami kelaparan dan tidak pula memiliki perbekalan.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin dalam buku Syarah Kitab Tauhid menceritakan, bahwa di perjalanan mereka meminta agar dijamu suatu kaum. Namun mereka yang diminta agar memberi jamuan itu menolaknya. Pada saat yang sama pemimpin kaum itu disengat kalajengking.
Mereka bertanya, “Siapa yang dapat mengobati? Boleh jadi di antara rombongan orang-orang itu ada yang dapat mengobati.”
Maka mereka menemui para sahabat yang diutus Nabi Muhammad dan bertanya, “Adakah di antara kalian yang bisa merukyah mengobati?”
Salah seorang sahabat menemui mereka dan membacakan Al-Fatihah kepada pemimpin kaum itu. Dia membacanya tiga kali atau tujuh kali. Seketika itu pula pemimpin kaum bangkit seakan-akan dia baru lepas dari belenggu. Sengatan bisa itu sirna karena bacaan Al-Fatihah. Maka setelah dilapori, Nabi Muhammad bersabda, “Apa yang membuatmu tahu bahwasanya Al-Fatihah itu merupakan ruqyah?” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
Begitulah kira-kira, yang hendaknya menyadarkan diri kita tentang munculnya sebutan samudera Al-Fatihah, karena siapapun dapat menyelaminya dan menemukan berbagai keajaibannya. Hal demikian bukan hanya berlaku pada diri Nabi Saw. melainkan juga berhasil dibuktikan oleh manusia biasa.
Dari itu, temukanlah keajaiban Al-Fatihah bersama dirimu! Tapi, ini amat bergantung kepada seberapa yakinnya diri kita saat menyelami samudera Al-Fatihah. Karena keyakinan adalah kunci menuju mukjizat.
KOMENTAR ANDA