Robot tidak akan pernah bisa menggantikan posisi manusia dalam pekerjaan yang memerlukan kombinasi pemikiran rasional, akal sehat, fleksibilitas, empati, dan keterampilan komunikasi/ Foto: Ilustrasi
Robot tidak akan pernah bisa menggantikan posisi manusia dalam pekerjaan yang memerlukan kombinasi pemikiran rasional, akal sehat, fleksibilitas, empati, dan keterampilan komunikasi/ Foto: Ilustrasi
KOMENTAR

BERTAMBAHNYA angka pengangguran selama pandemic Covid-19 memang menjadi satu permasalahan ekonomi di banyak negara di dunia.

Namun demikian, permasalahan yang lebih besar dalam urusan pekerjaan yang dihadapi manusia memang sudah mulai terjadi beberapa tahun belakangan, yaitu kehadiran AI (Artificial Intelligence) dalam bentuk mesin yang siap menggantikan tenaga manusia.

Menakutkan? Tentu saja. Mesin bisa bekerja 24 jam per hari selama 7 hari dalam seminggu. Mesin tidak bisa protes, tidak bisa sakit, tidak bisa absen karena alasan keluarga dan lainnya. Dalam satu hari kerja, mesin tidak perlu waktu istirahat siang. Sudah pasti, produktivitas mesin akan berlipat-lipat dibanding manusia.

Biaya mengelola mesin juga jauh lebih murah dari manusia. Margin error mesin pun jauh lebih rendah dari human error. Dan mesin terbilang less trouble. Jika sedikit bermasalah, cukup ikuti langkah-langkah perbaikannya dalam buku manual. Bandingkan dengan manusia. Dibutuhkan kesabaran, ketegasan, negosiasi alot, hingga pemberian hukuman bagi biang kerok yang suka membuat onar dan bermasalah dalam pekerjaan.

Namun demikian, mesin diciptakan oleh kecerdasan manusia. Karena itulah, masih banyak profesi yang bidang pekerjaannya tidak bisa dilakukan oleh mesin karena mesin tidak ‘sesempurna’ manusia. Mesin, sejatinya menjadi pembantu manusia.

Manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi sosok paling tepat untuk mengerjakan banyak hal di muka bumi. Manusia memiliki kekuatan pikiran dan kreativitas yang tidak dimiliki mesin. Dan kekurangan manusia akan menjadi pembelajaran terbaik dalam memperbaiki dan menyempurnakan hasil suatu pekerjaan.

Robot tidak akan pernah bisa menggantikan posisi manusia dalam pekerjaan yang memerlukan kombinasi pemikiran rasional, akal sehat, fleksibilitas, pengetahuan khusus, empati, dan keterampilan komunikasi.

Demikian juga untuk pekerjaan yang membutuhkan penilaian, pengambilan keputusan, dan alasan yang kompleks, manusia lebih memercayai sesama manusia. Selama pekerjaan itu menuntut kolaborasi hati dan otak, tidak akan bisa dijalankan dengan otomatisasi.

Apa saja bidang pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin? Berikut ini di antara 10 profesi di masa depan yang akan tetap bertahan dikerjakan oleh manusia, dikutip dari Medium.

#1 Guru. Berbagai video pembelajaran dan buku elektronik memang dengan mudah bisa didapat. Namun demikian, interaksi langsung antarmanusia, atmosfer belajar yang hangat dan penuh humor, juga berbagai nilai, kebijaksanaan, dan pengalaman hidup menjadi hal-hal yang hanya dapat ditransfer oleh guru, bukan mesin.

#2 Penulis. Menulis adalah seni. Buku, pertunjukan drama, dan film akan selalu ditulis oleh manusia. Robot tidak mampu berinovasi dalam ide maupun mengembangkan ide kreatif karena kapabilitasnya ditentukan oleh program.

Siapa bilang memindahkan pikiran dalam bentuk tulisan akan mudah? Sekali pun AI bisa menulis pesan otomatis di media sosial, menulis keterangan di teleprompter, juga mengecek plagiat, tapi mesin tidak memiliki bakat, kreativitas, dan imajinasi yang dimiliki manusia.

#3 Politisi. Apakah kita akan membiarkan negara dipimpin sebuah robot? Apakah robot dapat berbuat adil dan berperikemanusiaan? Tanpa memiliki emosi untuk merasa bahagia, sedih, optimis, dan empati, bagaimana mungkin robot dapat menjadi pemimpin yang baik? Diperlukan kemampuan manusia yang luar biasa untuk tetap tenang dan segera mencari solusi terbaik dalam menghadapi berbagai ‘skenario’ dan gejolak berbangsa dan bernegara.

#4 Manajer Human Resource. Mesin bisa mencocokkan data di atas kertas kandidat yang cocok dengan pekerjaannya. Tapi apakah kandidat tersebut sehebat profilnya di atas kertas? Hanya manajer HR berpengalaman yang mampu menentukan apakah kandidat tersebut memang memiliki potensi atau tidak melalui wawancara.

#5 Atlet. Cukup jelas bukan, betapa membosankan jika kita harus menyaksikan robot-robot berlomba di jalur lari cepat 100 meter, atau satu kelompok robot bertanding sepak bola, atau menyaksikan robot meliukkan badannya di nomor senam lantai. Olahraga adalah untuk manusia.

#6 Analis Sistem Komputer. Semakin ekonomi kita bergantung pada otomatisasi, semakin banyak analis yang diperlukan. Untuk bisa me-review berbagai masalah yang berkaitan dengan pengguna, prosedur, dan persyaratan juga untuk meningkatkan kapabilitas sistem komputer dan otomatisasi yang kompleks, mesin justru akan sulit mengerjakannya.

#7 Event Organizer. EO dituntut untuk bisa berkoordinasi dan bernegosiasi dengan kontraktor, vendor, organisasi, komunitas, dan juga para relawan untuk menyelenggarakan suatu kegiatan. Bidang ini sangat dekat dengan keterampilan manusia yaitu pengorganisasian, komunikasi efektif, dan kreativitas dalam berkreasi hingga mustahil dikerjakan secara otomatis.

#8 Psikologi dan Psikiater. Karena mesin bukan manusia, bagaimana dapat memahami emosi manusia? Bagaimana sebuah mesin bisa memberi terapi kepada manusia untuk menghapus trauma masa lalu? Robot juga tidak akan bisa membantu manusia untuk memiliki mental yang sehat. Hanya manusia yang bisa.

#9 Hakim dan Pengacara. Dua profesi ini berhubungan dengan strategi, analisis kasus, dan negosiasi. Ada pengetahuan dan opini bersifat subjektif yang mesti ditentukan berdasarkan hasil terkini. Hukum memerlukan orang-orang yang mampu melihat dari berbagai sudut pandang dan berargumen. Hal-hal yang robot tidak bisa melakukannya.

#10 Ahli Bedah. Di ruang operasi, kita memang bisa melihat ada mesin otomatis yang dapat memberikan data dan ‘tindakan’ medis tertentu yang sudah diprogram. Namun pengoperasiannya tetap harus diawasi dokter ahli bedah.

Terlebih lagi, operasi adalah serangkaian tindakan yang kerap tidak semulus melakukan tahap demi tahap sesuai prosedur. Jika terjadi kondisi di luar rencana, diperlukan kematangan dan kecepatan berpikir untuk menentukan tindakan selanjutnya karena terkait nyawa manusia.

 

 

 




Menteri PANRB Rini Widyantini: Meningkatkan Kepemimpinan Perempuan untuk Menciptakan Kesetaraan Gender dan Lingkungan Kerja Inklusif di Sektor Pemerintahan

Sebelumnya

Menteri HAM Natalius Pigai Terima Penghargaan "Tokoh Nasional Demokratis dan Berintegritas” dari JMSI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News