SEBELUM fokus menggeluti dunia fesyen, Ida Royani sudah lama dikenal oleh publik. Aktris,penyanyi, sekaligus perancang busana kelahiran Jakarta, 24 Maret 1953 ini sudah terkenal sebagai penyanyi cilik pada tahun 1960-an. Karier Ida Royani memuncak sejak ia merilis lagu dengan pasangan duet sekaligus lawan mainnya yang eksis di dunia perfilman Benyamin Sueb.
Tahun 1975, Ida Royani lulus dari pendidikan modellingnya di London Academy of Modelling Inggris. Ia mulai terjun di bidang mode pada awal tahun 1980-an.
Selain menjadi aktris dan penyanyi yang terkenal pada masanya, Ida Royani juga tercatat sebagai salah seorang pelopor perancang busana muslim di Indonesia. Prestasinya di dunia mode sudah diukirny dengan mengikuti ajang peragaan busana muslim di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Pakistan.
Profesinya yang melambung tinggi ini ternyata memberi pengaruh yang kuat pada putrinya, Jenahara. Pepatah “Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya” sangat cocok untuk menggambarkan hubungan desainer ibu-anak ini.
Jenahara merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dari pernikahan Ida Royani dengan musisi Keenan Nasution. Wanita yang lahir pada 27 Agustus 1985 ini memiliki nama panjang Nanida Jenahara Nasution.
Meskipun memilliki ibu yang sudah lama berkecimpung di dunia fesyen dan memiliki ketertarikan yang tinggi dengan fesyen, tidak membuat wanita yang akrab disapa Jehan ini bergantung pada kesuksesan dan ketenaran ibunya, Ida Royani.
Jenahara mengakui ketertarikannya dengan dunia fesyen sudah dia gemari sejak kecil. Dan untuk membuktikan keseriusannya, ia pun menempuh pendidikan fesyen di Susan Budiharjo Fashion Design School.
Meskipun kedua orangtuanya sudah tenar dan sudah sukses lebih dulu, tidak membuat Jenahara menggantungkan hidup pada mereka. Terutama di bidang fesyen, Jenahara menegaskan campur tangan sang ibu dalam karirnya hanya sebatas membiayai pendidikannya.
Jenahara merilis brand dengan namanya sendiri “Jenahara” pada tahun 2011 meskipun konsep label tersebut sudah ada sejak 2006. Jenahara mengakui ia merintis karirnya dari awal. Berkarya dengan menciptakan brand, semua ia lakukan sendiri dari membeli materi sampai mencari penjahit untuk menyelesaikan koleksi pertamanya.
Jenahara menjadi salah satu pelopor pendiri Hijabers Community Indonesia. Komunitas muslimah yang didirikan pada 27 November 2010 di Jakarta oleh sekitar 30 wanita dari berbagai latar belakang untuk sharing pengalaman, pengetahuan keagamaan, maupun sharing tentang hijab style untuk para muslimah.
Nama Jenahara semakin dikenal publik karena prestasinya, termasuk menjadi desainer perwakilan Indonesia di Hongkong Fashion Week. Jenahara juga berkesempatan menampilkan karyanya di Thailand dan Milan.
Ia mengatakan sang ibu tidak pernah memanjakannya. Secara teknis, ibunya hanya memberi sedikit masukan dan ilmu dasar yang penting untuk diketahui oleh seorang desainer. Namun dari segi karakter desain, mereka punya ciri khas tersendiri.
Berbeda dengan karakter desain Ida Royani yang etnik, Jenahara punya signature dan ciri khas sendiri. Jenahara lebih memilih desain bergaya minimalis yang memang diperuntukkan bagi anak muda.
Meski demikian, Jenahara mengaku ada satu hal yang menjadi persamaan karaker desainnya dengan sang ibu yaitu permainan warna monokrom yang menjadi favorit mereka. Keduanya memang tidak terlalu suka dengan desain yang melibatkan banyak warna.
Jenahara menyukai potongan-potongan garis keras, bentuk potongan yang konsisten, asimetris, maupun bentuk potongan lurus. Berbagai bentuk itu menandakan filosofi dan ciri khas karakter Jenahara yang minimalis.
Hingga kini, Jenahara sudah menciptakan tiga label fesyen. Jenahara untuk produk yang ready to wear, Jenahara Nasution untuk desain busana yang lebih ekslusif dan limited, serta Jenahara by Ida Royani yang merupakan kolaborasinya dengan sang ibu.
KOMENTAR ANDA