REVOLUSI Kuba yang dipimpin Fidel Castro pada tahun 1953 hingga 1959 menjadi tonggak sejarah baru bagi rakyat negara tersebut. Fidel Castro bukan sekadar "Bapak Revolusi" melainkan inspirasi bahkan napas baru bagi rakyat Kuba. Semangat revolusi itu membahana hingga kini ke setiap sendi kehidupan rakyat Kuba.
Hasilnya adalah negara kecil bernyali besar yang makin hari makin maju. Terbukti, meskipun dihimpit blokade Amerika Serikat selama 60 tahun, Kuba telah tumbuh menjadi negara yang sangat maju terutama dalam bidang bioteknologi.
Bagaimana sebuah negara kecil dapat mengembangkan diri sedemikian pesat di tengah embargo ekonomi yang diberlakukan Amerika Serikat, sekaligus aktif berkontribusi secara sosial membantu negara-negara lain yang mengalami bencana? Dan seperti apa kondisi Kuba saat ini, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19?
Duta Besar Kuba Untuk Indonesia Tania Velazquez Lopez menjawab berbagai pertanyaan dalam diskusi RMOL World View bertajuk "How Cuba Handle The New Challange" dengan moderator CEO Republik Merdeka Teguh Santosa, Senin (30/11/2020).
Menarik untuk disimak, bagaimana pemerintah Kuba amat memerhatikan urusan kesehatan rakyatnya. Dubes Tania menjelaskan bahwa keberhasilan Kuba menghadapi pandemi Covid-19 adalah karena sistem kesehatan masyarakat yang terpadu.
Pemerintah menjamin rakyat mendapat primary care selama 24 jam, praktik dokter malam hari, juga dokter dan perawat yang melayani setiap keluarga. Ada data setiap pasien dalam setiap keluarga, termasuk tentang penyakit kronis yang dimiliki. Dokter dan perawat keluarga juga memberikan first step assistance jika tiba-tiba terjadi satu masalah kesehatan.
"Selama pandemi, pemerintah dan ilmuwan bersinergi. Pusat penelitian diaktifkan untuk tersu mengembangkan pengetahuan bioteknologi. Bisa dikatakan, kami sukses dalam urusan kesehatan masyarakat terkait pengobatan dan penyembuhan para pasien Covid-19.
Angka kesembuhan sebesar 87 persen. Dan angka kematian terakhir adalah sekitar 100 lebih orang. Tidak ada anak-anak, ibu hamil, dan tenaga medis yang meninggal karena Covid-19," ujar Dubes Tania.
Dengan sinergi itu, tak heran bila Kuba kini mengklaim sudah berhasil membuat vaksin untuk melawan Covid-19. Tidak hanya satu, tetapi empat vaksin!
"Kami mempunyai empat vaksin, dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Dua di antaranya adalah untuk anak-anak dan untuk orang tua di atas 60 tahun. Mereka adalah kelompok yang harus mendapat ekstra imunitas dan perhatian khusus. Saat ini proses produksi vaksin sudah masuk tahap uji klinis. Empat vaksin ini 100% adalah buatan Kuba," tegas Dubes Tania.
Dengan sistem kesehatan yang berjalan baik, maka para dokter keluarga diaktifkan untuk mengecek warga secara berkala dan memeriksa jika ada keluhan atau gejala apa pun, terutama terkait Covid-19. Semakin majunya sistem kesehatan serta semakin berkualitasnya para dokter di Kuba, negara ini pun tidak segan untuk menolong negara-negara lain yang membutuhkan uluran tangan.
Tidak banyak orang tahu bahwa Kuba mengirimkan tenaga medisnya ke Indonesia untuk menjadi bagian dari recovery team korban tsunami Aceh akhir tahun 2004 dan korban gempa bumi Yogyakarta di tahun 2006. Dan selama masa pandemi, Kuba juga mengirimkan bantuan berupa tenaga medis dan keperluan hidup ke banyak negara.
"Sejak bulan Maret hingga Agustus, banyak pemerintah negara yang meminta kami untuk membantu. Kami mengirimkan medical team ke 40 negara. Kami memikirkan dengan matang jumlah tenaga yang dibutuhkan di masing-masing negara. Kami juga berdiskusi dengan duta besar yang bertugas di sana untuk mengetahui apa yang harus dipersiapkan dan apa yang dibutuhkan rakyat di negara tersebut."
Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa sebuah negara kecil yang menjadi korban embargo ekonomi negara adidaya tidak hanya mampu bertahan tapi juga mampu membangun rakyatnya hingga menjadi satu bangsa yang disegani, terutama dalam urusan pendidikan. Bahkan ada sebuah anekdot yang mengatakan jangan kaget kalau sopir taksi di Kuba bisa bertitel Ph.D, saking maju dan meratanya pendidikan di negara tersebut.
"Tentang bagaimana kami bisa kuat (walaupun diembargo oleh Amerika Serikat), itu seperti keajaiban. Kuba bisa mencapai kemajuan di bidang bioteknologi, produk-produk, serta ekonomi. Hari-hari kami selama 60 tahun ini sangat sulit. Dan itu merupakan embargo paling lama yang dilakukan sebuah negara terkuat terhadap sebuah pulau kecil.
Tapi semangat Fidel Castro menstimulasi rakyat untuk bekerja keras dan menomorsatukan pendidikan. Pesannya adalah kami harus mengembangkan sumber daya manusia di Kuba. Kami harus kuat secara politik dan masyarakat. Hingga akhirnya saat ini kami merasakan kemajuan di bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan," jelas Dubes Tania.
Pemberlakuan embargo ekonomi Kuba yang dilakukan oleh Amerika tidak hanya berlaku di antara dua negara tersebut tapi juga melibatkan negara-negara lain yang berhubungan dengan Kuba. Dubes Tania mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki daftar negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi dengan Kuba.
Negara-negara tersebut juga dilarang untuk melanjutkan bisnis mereka dengan Kuba. Salah satu contohnya adalah perusahan Swiss yang menolak untuk bekerja sama dengan Kuba di bidang teknologi.
Bukan hanya urusan dagang, embargo juga mencakup urusan finansial. Sebuah bank menolak untuk mentransfer sejumlah uang untuk Kuba meskipun dana tersebut adalah dana bantuan dari negara-negara donatur Baru-baru ini, Western Union juga membekukan operasional 147 cabangnya hingga membuat masyarakat Kuba yang menetap di Amerika tidak bisa mengirim uang untuk keluarga mereka di Kuba.
Embargo juga meliputi jadwal penerbangan pesawat terbang. Hanya bandara internasional di Havana yang memiliki jadwal penerbangan Kuba-Amerika Serikat. Warga yang tinggal di kota lain seperti Santiago, harus pergi dulu ke Havana jika ingin terbang langsung ke Amerika. Semua itu jelas memberikan dampak sosial yang besar bagi kehidupan rakyat Kuba.
Kerja keras menjadi satu kunci untuk bisa maju meski terkungkung embargo. Semangat membangun bangsa ala Fidel Castro itu pula yang membuat perempuan Kuba kini semakin hebat. Revolusi memberikan kesempatan berharga bagi perempuan Kuba melangkah maju.
Sebelumnya, perempuan hanya disibukkan dengan pekerjaan di dalam rumah. Dulu, tak sedikit perempuan yang bekerja menjadi pekerja seks komersial karena banyaknya orang asing yang datang ke Kuba setiap akhir pekan.
Setelah revolusi, semakin banyak perempuan yang bersekolah dan mengukir prestasi dalam bidang akademik. Kuba memang dikenal sebagai negara yang menggratiskan pendidikan dan kesehatan bagi rakyatnya. Dan perempuan mampu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menuntut ilmu dan menjadi profesional.
"Ada Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, bahkan Wakil Presiden perempuan. Perempuan juga banyak yang menjadi duta besar ,seperti saya di Indonesia juga kolega perempuan saya di Vietnam, Sri Lanka, Afrika, dan Austria. Di Kuba juga banyak dokter perempuan. Kami punya kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan di universitas dan mendapat pekerjaan. Kami berpatisipasi aktif di bidang politik, ekonomi, sains, dan sosial," jawab Dubes Tania saat ditanya tentang peran aktif perempuan Kuba di tengah masyarakat.
KOMENTAR ANDA