PENDIDIKAN merupakan hak setiap manusia. Dalam pendidikan, terjadilah proses pembelajaran yang menjadi bekal manusia menjalani masa depannya.
Ketika mendengar kata “pendidikan”, kita biasanya mengindentikkannya dengan sebuah lembaga atau instansi yang disebut sekolah atau perguruan. Padahal pendidikan sejatinya adalah sebuah proses belajar yang dapat kita lakukan kapan saja dan di mana saja tanpa harus mendaftar ke sebuah lembaga resmi.
Mungkin tidak banyak dari kita menyadari bahwa “sekolah” kita yang sesungguhnya adalah kehidupan itu sendiri. Dalam kehidupan, kita belajar tentang segala hal, jauh lebih banyak dari yang kita pelajari di lembaga pendidikan. Setiap langkah dan keputusan yang kita ambil dalam hidup ini menjadi pembelajaran bagi kita untuk bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Termasuk pula pembelajaran di bangku sekolah. Seorang pendidik yang mendedikasikan diri untuk menjadi guru di sekolah tidak semata menargetkan peserta didik untuk menguasai materi pelajaran. Ada hal sangat penting yang tak boleh dilewatkan oleh seorang pendidik yaitu pendekatan terhadap peserta didik.
Pendekatan terhadap peserta didik harus menjadi nyawa dalam proses pembelajaran di sekolah. Sangat penting bagi peserta didik untuk merasa nyaman dalam berinteraksi di bawah bimbingan gurunya. Tak jarang kita temui peserta didik yang ngantuk atau bosan dengan cara gurunya mengajar.
Padahal, sang guru sudah berusaha memaksimalkan cara penyampaian dan penguasaan materinya. Jika hal tersebut tidak dievaluasi, maka akan berbahaya karena menghambat pemahaman peserta didik. Meskipun kita menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki daya tangkap dan pemahaman yang tidak sama.
Bukankah batu yang keras lama-lama akan berlubang juga dengan tetesan air dalam tempo lama? Kita belajar dari kalimat bijak tersebut bahwa tidak ada hal mustahil jika kita melakukannya dengan sabar dan tekun.
Begitu pula dalam sebuah pembelajaran. Seorang pendidik di sekolah harus mampu melakukan pendekatan terhadap peserta didik. Membuat peserta didik nyaman dengan diri sang guru dan cara penyampaiannya.
Demikian pula orangtua di rumah yang menjadi guru bagi anak-anaknya. Menjadi pendidik adalah peran yang harus selalu ada di rumah dan di sekolah. Dan amat penting menjadi pendidik yang dekat dengan anak-anak agar mereka dapat memahami dan mengamalkan segala perbuatan baik yang kita contohkan.
Jelaslah bahwa kesabaran dan ketelatenan merupakan kunci untuk merajut kedekatan dengan anak. Dengan demikian, kenyamanan akan menjadi bahtera bagi anak untuk mengarungi lautan pengetahuan. Anak akan merasa nyaman dan senang menikmati proses mencari tahu hal-hal baru alias belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Mungkin banyak orangtua yang merasa tidak mampu untuk menjadi guru bagi putra-putrinya. Padahal menjadi seorang pendidik atau pembimbing tidak membutuhkan kuliah keguruan. Secara naluriah, orangtua memiliki naluri untuk mendidik. Hanya saja orangtua kerap merasa tidak sabar menghadapi anak yang malas-malasan dan memilih untuk bermain.
Karena itulah kita tak perlu memaksa anak untuk memiliki target belajar yang terlalu tinggi. Misalnya mengharuskannya menyelesaikan beberapa buku dalam waktu tertentu. Target memang penting, tapi kita sering lupa bahwa segala sesuatu butuh proses. Dan memahami proses itu juga penting untuk untuk kita ajarkan pada anak.
Kita harus membuat anak menyadari bahwa menikmati proses adalah hal penting sebagai rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa. Dengan demikian anak dan kita (pendidiknya) dapat menyadari bahwa segala sesuatu membutuhkan usaha yang baik untuk mewujudkannya. Tidak ada sesuatu yang instan.
Belajar adalah proses. Mendidik pun sebuah proses. Dalam setiap proses, akan ada kesulitan yang menghadang. Akan ada rintangan yang melambatkan usaha kita. Hanya dengan menikmati proseslah kita bisa mengetahui kesalahan kita dan memperbaikinya.
Tidak perlu khawatir menghadapi anak didik yang keras sikapnya. Dengan melakukan pendekatan tulus dan welas asih, insya Allah hatinya akan melunak. Hingga dia mulai menyukai proses belajar dan timbul rasa percaya diri juga semangat dalam belajar. Selama ada komunikasi yang baik, akan tercipta keharmonisan antara pendidik dan peserta didik, antara orangtua dan anak.
Tidak ada karakter keras yang tidak bisa diluluhkan oleh kasih sayang dalam kebaikan. Kita cukup memperbaiki niat dan selalu berpikir positif agar selalu tenang menjalani setiap proses pendidikan dan pembelajaran dalam kehidupan ini.
KOMENTAR ANDA