SEBAGAI seorang muslim, sudah semestinya memiliki sifat tawadhu. Sifat ini membuat seseorang selalu tenang dalam menjalani kehidupannya. Tawadhu merupakan sifat atau watak manusia yang rendah hati dan tidak sombong.
Ibnu Hajar berkata, "Tawadhu adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya." (Fathul Bari, 11: 341)
Tawadhu mengajarkan kita untuk senantiasa berlaku sopan dan santun terhadap sesama. Memiliki adab dan etika yang baik terhadap yang lebih tua maupun yang muda. Sifat ini pula akan membuat seseorang menjadi lebih bijaksana dalam setiap keputusan.
Tapi, bagaimanakah jika sikap tawadhu itu malah membuat hati kita rusak? Atau malah membuat kita berdosa? Mungkinkah?
"Kalau niat kita ingin mengamalkan dari ilmu, maka ilmu itu akan membuat seseorang jadi tawadhu. Tapi kalau ilmu itu tidak diniatkan untuk membuat amal, maka ilmu itu membuat sombong," kata Aa Gym dalam tausiah paginya yang disampaikan lewat IGTV @aagym, Senin (7/12).
Menurut Aa Gym, tawadhu itu haruslah asli. Maksudnya, ada yang tawadhu hati namun fisiknya tidak. Sebagai contoh, orang yang selalu jalan merunduk setiap kali bertemu orang lain. Tapi dalam merunduknya itu, dia mengharapkan pengakuan dari orang lain.
"Pengakuan seperti apa? Ia ingin orang menganggapnya sebagai sosok yang tawadhu. Jadi di sini, dia bukan mengamalkan tawadhunya, melainkan ia sedang akting lewat ketawadhuannya," ujar pemilik Ponpes Daarut Tauhid itu.
Pura-pura rendah hati, pura-pura merunduk, dengan harapan dia diakui sebagai orang yang tawadhu. Dengan begitu, bukan ketawadhuan yang didapat, namun sikap sombong yang diraih.
Naudzubillah min dzalik.
KOMENTAR ANDA