DIABETES disebut sebagai silent killer karena kerap tidak diketahui oleh orang yang mengidapnya. Tanpa gejala berarti, seseorang bisa saja tetap beraktifitas padahal gula darah dalam tubuhnya sangat tinggi.
Data medis menunjukkan bahwa angka kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia saat ini tercatat lebih kurang 1,6 juta jiwa. Adapun data tahun 2019 menunjukkan bahwa kematian akibat diabetes di seluruh dunia mencapai 4,2 juta jiwa.
Dan di tahun 2019, jumlah orang di seluruh dunia yang menderita diabetes mencapai 463 juta jiwa. Artinya, 1 dari 11 orang di muka bumi ini mengidap diabetes, dan bisa jadi orang-orang tersebut tidak menyadarinya.
"Covid-19 adalah penyakit baru yang belum ada obatnya sehingga orang sangat takut. Sebaliknya, diabetes adalah penyakit yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, sudah ada obatnya, sudah diketahui cara pencegahannya, tapi orang masih mengabaikan. Padahal diabetes sama berbahayanya dengan Covid-19," tegas dr. Jimmy Tandradynata, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD dalam Bincang Sehat RMOL.id bertajuk "Diabetes dan Covid-19", Jumat (18/12/2020)
Apa sebenarnya diabetes?
Tubuh manusia harus memiliki gula darah. Dalam kadar normal, gula darah adalah sumber energi bagi manusia. Tanpa gula darah, tubuh tidak dapat beroperasi dengan baik. Jantung tidak bisa berdetak, otot-otot juga tidak dapat bergerak.
Diabetes adalah kondisi ketika gula darah tidak bisa digunakan untuk aktivitas tubuh hingga menumpuk akibat insulin yang tidak bisa bekerja. Insulin inilah yang bertugas mengatur utilisasi gula darah ke organ-organ tubuh.
Dr. Jimmy menegaskan bahwa diabetes tidak memandang usia. Sebanyak 90% diabetes yang diderita adalah diabetes tipe 2. Orang usia produktif bahkan remaja sekali pun saat ini makin mudah terkena diabetes.
Faktor risiko terbesar diabetes adalah obesitas (kegemukan) didukung gaya hidup termasuk pola makan yang tidak sehat. Apalagi di masa pandemi, banyak orang bekerja dari rumah, badan kurang bergerak, banyak makan camilan dan memesan makanan lewat layanan online, hingga berat badan makin bertambah. Pandemi ini justru harus menjadi satu perhatian khusus bagi kita untuk menjaga berat badan ideal untuk menghindari risiko terkena diabetes.
Karena itulah dr. Jimmy menekankan pentingnya mengontrol gula darah. Kontrol gula darah adalah kunci yang bisa mengurangi risiko timbulnya gejala berat dan mengurangi kemungkinan komplikasi.
Gula darah yang terkontrol juga akan menimimalkan dampak apabila orang tersebut terinfeksi Covid-19. Jika pasien diabetes terinfeksi Covid-19, selama dia rajin mengontrol gula darahnya, maka komorbid tersebut diharapkan tidak memperburuk kondisi atau memperparah gejala Covid-19.
Pemeriksaan gula darah teratur juga bermanfaat untuk melihat apakah kadar gula terlalu rendah. Saat penderita diabetes mengonsumsi obat, ada kalanya berpengaruh pada turunnya kadar gula. Jika turun terlalu drastis, maka dapat mengakibatkan hipoglikemia dengan gejala seperti gemetar, keringat dingin, pandangan mata menjadi kabur, hingga pingsan.
Di masa pandemi para dokter memang pernah mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu ke rumah sakit jika memang tidak ada yang sangat urgen. Tapi saat ini, mengingat kita tidak bisa memprediksi berakhirnya pandemi, dokter justru mengimbau masyarakat untuk tetap memeriksakan kesehatan jika memiliki penyakit kronik.
Rumah sakit sudah memberlakukan protokol kesehatan secara ketat agar masyarakat tetap bisa memeriksakan diri dengan tetap aman.
KOMENTAR ANDA