Banyak obat herbal yang belum teruji secara klinis. Belum ada bukti ilmiah. Terlebih lagi, obat herbal jika digunakan sehari-hari seringkali memiliki efek samping. Jika tidak diawasi, bisa berbahaya
Banyak obat herbal yang belum teruji secara klinis. Belum ada bukti ilmiah. Terlebih lagi, obat herbal jika digunakan sehari-hari seringkali memiliki efek samping. Jika tidak diawasi, bisa berbahaya
KOMENTAR

DIABETES bukanlah penyakit genetik melainkan penyakit multifactorial. Artinya, meskipun orangtua kita memiliki penyakit diabetes, tidak bisa dipastikan bahwa semua anak-anaknya akan terkena diabetes.

Risiko diabetes dipengaruhi banyak faktor, terutama gaya hidup. Obesitas menjadi faktor risiko utama.
Satu pertanyaan yang sering diajukan masyarakat adalah amankah obat-obatan herbal yang mengklaim dapat mengatasi diabetes?

Dr. Jimmy Tandradynata, Sp. PD, dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD mengatakan bahwa harus diketahui secara pasti uji klinis dan efektivitas dari obat tersebut. "Safety first," tegas dr. Jimmy dalam Bincang Sehat RMOL.id bertajuk "Diabetes & Covid-19" yang digelar Jumat, (18/12/2020).

Banyak obat herbal yang belum teruji secara klinis. Belum ada bukti ilmiah. Terlebih lagi, obat herbal jika digunakan sehari-hari seringkali memiliki efek samping. Jika tidak diawasi, bisa berbahaya.

Tapi bukan berarti tidak ada obat herbal yang digunakan dalam dunia medis. Dr. Jimmy mencontohkan obat malaria, kina, yang berasal dari tumbuhan. Kina telah melalui uji coba klinis sehingga aman dikonsumsi.

Ada pula obat kemoterapi yang berasal dari herba, juga telah melalui uji klinis. Selanjutnya adalah masyarakat harus objektif melihat efektivitas obat herbal tersebut. Jika ternyata tidak efektif, apalagi belum terbukti telah lulus uji klinis, untuk apa dikonsumsi?

Ada sebagian masyarakat yang mengeluhkan bahwa obat-obatan diabetes dapat memicu masalah lambung terutama GERD. Terkait hal tersebut, dr. Jimmy menjelaskan bahwa memang ada obat yang berefek samping perut kembung, perut terasa tidak nyaman (begah), hingga buang angin, tapi tidak semua obat seperti itu. Dan tidak semua orang yang mengonsumsi obat yang sama dapat merasakan efek samping yang sama.

"Jika ada keluhan, dokter dapat mengurangi dosisnya atau bahkan mengganti obat itu dengan obat lain," jelas dr. Jimmy.

Diabetes adalah kondisi ketika gula darah tidak bisa digunakan untuk aktivitas tubuh hingga menumpuk akibat insulin yang tidak bisa bekerja. Insulin inilah yang bertugas mengatur utilisasi gula darah ke organ-organ tubuh.

Dr. Jimmy menegaskan bahwa diabetes tidak memandang usia. Sebanyak 90% diabetes yang diderita adalah diabetes tipe 2. Orang usia produktif bahkan remaja sekali pun saat ini makin mudah terkena diabetes.

 

 

 




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health