Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MANUSIA dijadikan khalifah di muka bumi bukan tanpa alasan. Kisah penciptaan Adam as. harus menjadi pemandu jalan kita di dunia, bahwa manusia diberi kelebihan berupa akal untuk menerima pengetahuan tentang berbagai hal.

Akal pula yang memberi masukan kepada kita untuk bisa bertahan di kala kesulitan menghadang. Akal memaksa kita untuk bisa beradaptasi dan mencari jalan keluar agar kita terbebas dari masalah.
Dengan akal yang kita miliki, masihkah pantas kita merasa sebagai makhluk Tuhan paling malang di dunia?

Ada dua hal di antara penyebab-penyebab manusia tak bisa move on dari kesulitan hidupnya, seperti dituliskan Andre Raditya, founder SiJum (Komunitas Berbagi Nasi Jum'at) Indonesia yang juga penggagas Kajian Kamis. Mengutip SiJum.com, Andre yang biasa disapa Mas Guru, adalah seorang penulis yang mempunyai ketertarikan terhadap bidang pengembangan diri, kepemimpinan, juga spiritual approach.

Dua hal tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, jangan pernah menyalahkan orang lain atas masalah yang kita hadapi. Dan kedua, mengasihani diri sendiri hingga menolak membantu orang lain.

Jika kita menyalahkan orang lain, itu sama saja kita mengingkari adanya kekeliruan yang kita lakukan. Kita seolah menutup mata bahwa kita bisa menjadi insan yang lebih baik dengan belajar dari kesalahan. Bagaimanapun juga kesalahan adalah guru terbaik dalam kehidupan.

"Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." (Q. S. An-Nisa: 79)

Bila kita merundung orang lain, kita akan semakin sulit menguasai keadaan. Akan jauh lebih bijak bila kita mengoreksi diri agar di langkah selanjutnya kita bisa lebih berhati-hati. Termasuk dalam hubungan dengan orang lain.

Selanjutnya, bila kita terlampau mengasihani diri sendiri, kita tidak akan bisa bangkit dari masalah yang kita hadapi. Kita mengandalkan orang lain untuk mengulurkan tangan membantu kita. Padahal kita tidak mungkin selamanya bergantung pada bantuan orang lain, yang belum tentu mau dan bisa menolong kita. Bukankah orang lain juga memiliki masalah hingga mereka sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri?

"Ini sebab semakin lamanya masalah selesai. Ia mematikan potensi dirinya dengan menganggap dirinya lemah. Ia lupa bahwa Allah memberikan manusia potensi terbaik di antara semua makhluk," tulis Andre.

Kitalah yang paling mengenal kekuatan dan kelemahan diri kita sendiri. Karena itulah kita yang paling mampu membuat strategi agar bisa memanfaatkan kelebihan kita dan mengelola kekurangan diri untuk menjadi lebih kuat.

Sekali pun kita memang sedang terpuruk, jangan pernah berpikir kita adalah makhluk paling malang seantero dunia.

Salah satu kiat yang diberikan Andre adalah tetaplah membantu orang lain di kala kita sedang ada masalah.

"Menolong orang lain adalah cara tercepat untuk membuat diri merasa lebih baik secara mental dan spiritual. Mental kita kembali menjadi winner, bukan loser. Potensi diri kembali meningkat. Dan siapa tahu, itulah tabungan kemudahan di masa depan," tulis Andre lagi.

Saat sempit rezeki, jangan ragu untuk bersedekah memberi makan orang lain. Tanpa kita duga, hati justru menjadi tenang dan lebih lapang karena muncul perasaan bahwa kita berdaya. Dan jika kita selalu melakukan hal itu, diri kita akan menjadi tangguh. Dan insya Allah akan lebih mudah menemukan jalan keluar untuk melapangkan rezeki kita.

"Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang lain." (H. R. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi)

Untuk menyempurnakan dua hal di atas, tentulah kita harus mengalahkan rasa malas untuk bertaubat. Karena ketika kita bertaubat, maka kita memanfaatkan pikiran dan energi kita hanya untuk memperbaiki diri. Tidak lagi menoleh pada kesia-siaan dan maksiat. Dan taubat kitalah yang akan membuka gerbang pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa.

Menyimak hikmah yang disampaikan Mas Guru Andre, kita melihat betapa pentingnya menjaga pemikiran positif agar semangat untuk bangkit dan melangkah selalu tersemai di hati kita. Ingatlah bahwa kita berdaya, kita bukan makhluk paling malang di muka bumi.

 

 

 

 




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur