KISAH ini berawal 19 Desember 2013 di Coffee Bean Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Bertemunya Jadin C. Djamaludin, Thomas Sigar, Ida Royani, Raizal Boeyoenq Rais, Kunce (dari Rumah Mode Ramli), dan Sonet (dari Rumah Batik Dian Pelangi) menjadi embrio lahirnya Paguyuban Perancang dan Pengusaha Etnik Indonesia.
Dua tahun kemudian secara berturut-turut, para perancang etnik menggelar gathering. Ada banyak nama lagi yang hadir. Corrie Kastubi, Samuel Wattimena, Dimas Mahendra, Sonny Muchlison, Era Soekamto, Ida Leman, Didi Wahab, Kursien Karzai, Nani Dian Pelangi, Aan Ibrahim, Afif Sakur, Heny Adly, Batik Qonita, Linda Hamidy, Ferry Daud, dan desainer kondang lainnya.
Cafe Arjuna yang terletak di Jakarta Selatan, 19 Desember 2015, menjadi saksi berdirinya Komunitas Desainer Etnik Indonesia (KDEI) yang digagas Raizal Rais. Pelantikan seluruh anggota KDEI dengan Ketua Umum Raizal Rais dilaksanakan di Cinere Bellevue Mall.
Konsisten dalam Karya
Untuk bisa lebih dikenal secara global, nama KDEI kemudian bertransformasi menjadi Indonesia Ethnic Designer Community (IEDC). IEDC adalah sebuah komunitas berisi para anggota yang menekankan pada penerapan fesyen berbasis garis desain dan wastra nusantara.
Dengan demikian, meskipun karya para desainer IEDC mengacu pada kecenderungan tren yang berlaku di Paris, Milan, London, dan New York sebagai pusat mode dunia, IEDC konsisten mengedepankan kekhasan etnik budaya Nusantara dalam karya mereka.
Tepat sebelum pandemi Covid-19, pada bulan Maret 2020, IEDC menggelar fashion show bertajuk “Era Global Dunia Dalam Ethnic Wear” yang diselenggarakan pada ajang Indocraft 2020 di JCC Senayan, Jakarta.
Di antara desainer IEDC yang tampil dalam kesempatan tersebut adalah Raizal Rais, Itang Yunasz, Ida Leman, Nina Nugroho, Novia Hertini, Jum Zahra Zhafira, Feri Kuncoro, Fauziah Lewa, Faizah Nawawi, dan Arie Rich.
Pada kesempatan tersebut IEDC dan Debindo juga menganugerahkan Modest Star Award 2020 yaitu penghargaan kepada empat Muslim Designer Star yang menghasilkan karya busana muslim atau busana sopan yang original, berdedikasi tinggi, dan berpengalaman di bidangnya. Keempat desainer tersebut adalah Raizal Rais, Itang Yunasz, Ida Leman, dan Novia Hertini.
Fokus Pada Fesyen Berkelanjutan
Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, masyarakat mengalami perubahan signifikan terutama dalam segi pembatasan sosial. Tren di masyarakat pun berubah menyesuaikan keadaan yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas tatap muka.
Menghadapi situasi tersebut, banyak gagasan yang diusulkan para anggota IEDC agar tetap dapat berkarya dan menggelar kegiatan yang melibatkan banyak orang tanpa harus bertemu secara fisik. Salah satunya adalah dengan menggelar fashion show secara virtual.
Dan menyambut lima tahun berkiprah di industri mode Indonesia, IEDC bekerja sama dengan Farah.id dan Program Studi Tata Busana Universitas Negeri Jakarta didukung oleh Wardah Cosmetics mengadakan virtual fashion show menampilkan karya 20 desainer IEDC.
Mereka adalah Raizal Rais (Minang Collection & Pare Pare with Love), Dimas Mahendra (Pesona Putri Niwihatu), Nina Nugroho (Guardian Angel), Lala Gozali (Natural Simplicity), Ratu Anita Soviah (Palembangan), Ning Zulkarnain (Lembayung Senja), Eriyani Jusuf (Magic Dayak), Iesye Asyifa (Tenun Affection), Savitri (Sambas Gek Marek), Isabel (Batari Sahaja), Fauziah Lewa (Survival & Losari Beach), Mitha Najwa (Nuansa Tenun Sulawesi Selatan), Arie Rich (Tenun Ikat Sutera Bugis), Jum Zahra Zhafira (Pesona Tenun Sutera Sengkang), Faizah Nawawi (I Cindara), Wanti Eldrin (Green for My Nature & Beautiful Blue Sky), Ida Jashari (Pesona Tenun Ikat Makassar), Lia Arli (The Secret of Baron), Cattleya by Faby Kean & Nia Hussein (Exotica Lurik), serta Jelita Lubis (desainer tas bahan kulit dan gantungan tenun).
Berkarya selama pandemi menjadi satu bukti bahwa kreativitas para desainer tak pernah padam. Sekali pun kehidupan berada dalam kondisi yang tidak senyaman sebelumnya, kemampuan untuk beradaptasi membuat para desainer dapat bangkit perlahan-lahan untuk kembali berkreasi.
Fokusnya adalah untuk lebih menggaungkan sustainable fashion yang tak hanya menjadi tren tapi juga menjadi kebutuhan manusia saat ini, dengan menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan dan dapat dipakai dalam waktu yang panjang. Mewujudkan fesyen berkelanjutan memang tidak mudah.
Butuh kolaborasi yang baik antara para pelaku industri kreatif yang tentunya dilandasi kesadaran bahwa fesyen harus menjadi tren yang indah, elegan, nyaman, tanpa harus merusak kelestarian alam dan ekosistem.
Dan tak hanya bicara tentang lingkungan, fesyen berkelanjutan juga harus mengedepankan nilai-nilai dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya (hulu ke hilir) agar bisa bermanfaat bagi kemanusiaan. Salah satunya adalah bagaimana melibatkan para perajin lokal dan masyarakat sekitar untuk berdaya secara ekonomi.
Dengan begitu, fesyen berkelanjutan mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi mulai dari pra hingga pascaproduksi.
Tantangan IEDC di Masa Depan
Siapkah Indonesia Ethnic Designer Community membangun fesyen berkelanjutan? Melihat bagaimana konsistensi para anggota IEDC untuk terus mempromosikan budaya tradisional Indonesia, kita mesti optimis bahwa karya-karya anggota IEDC akan seiring sejalan dengang konsep sustainable fashion.
Kita menyaksikan bahwa kekayaan wastra nusantara yang digali, mulai dari songket Palembang dengan beragam motifnya, lurik, batik, tenun ikat dari berbagai daerah di Sulawesi dan Kalimantan, hingga tenun asal Nusa Tenggara Timur, tentu melibatkan para perajin lokal—dan banyak dari mereka adalah perempuan, yang juga berarti ikut andil dalam pemberdayaan perempuan.
Indonesia merupakan bangsa dengan kekayaan wastra tradisional yang sungguh melimpah. Masih banyak motif yang belum tergali. Para desainer IEDC dapat terus mengeksplorasi khazanah budaya Indonesia agar tak hanya mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri tapi juga menjadi pusat perhatian mata pecinta fesyen dunia.
Keunikan yang dimiliki budaya suku-suku di Indonesia selama ini terbukti sukses mencuri perhatian masyarakat internasional saat dipentaskan di atas runway berbagai ajang fesyen kelas dunia.
Adalah sebuah tantangan bagi seluruh anggota IEDC untuk konsisten mengusung konsep fesyen berkelanjutan agar menjadi nyawa dari karya-karya terbaik mereka di masa depan.
Termasuk juga bagaimana mengedepankan profesionalisme dalam pengelolaan bisnis fesyen. Dengan demikian, IEDC dapat berkarya untuk kemajuan dunia mode Indonesia sekaligus menyejahterakan masyarakat di berbagai penjuru Tanah Air.
Selamat ulang tahun ke-5, Indonesia Ethnic Designer Community. Semoga makin kompak, makin saling mendukung sesama anggota, juga makin menghargai dalam karya, konsistensi, dan kreativitas tanpa batas.
KOMENTAR ANDA