Zoom kini digunakan untuk beragam tujuan. Mulai dari wawancara kerja, pemecatan karyawan, hingga menggelar pesta kantor/ Net
Zoom kini digunakan untuk beragam tujuan. Mulai dari wawancara kerja, pemecatan karyawan, hingga menggelar pesta kantor/ Net
KOMENTAR

ZOOM adalah "the right company at the right time".

Penghujung tahun 2019, para petinggi Zoom merasa yakin bahwa mereka sudah berada on the right track dengan 10 juta pengguna meeting room per hari.

Meski sudah diluncurkan di Silicon Valley sejak tahun 2012, Zoom belum pernah menjadi aplikasi favorit untuk mendukung urusan bisnis maupun pribadi. Konsep video call dan online meeting selalu menjadi pilihan terakhir meskipun terbilang efektif dan efisien.

Namun kondisi tersebut berubah drastis sejak virus corona mewabah di seluruh dunia. Pandemi mengharuskan kita untuk tidak melakukan kontak fisik atau berkumpul di kerumunan dengan orang lain dalam jarak kurang dari 1,5 meter. Social distancing menjadi satu kunci penting untuk menghadang penularan virus corona.

Di masa bulan-bulan awal pandemi, sektor perekonomian lumpuh. Restoran harus tutup. Salon harus tutup. Bioskop harus tutup. Konser musik dibatalkan. Pertandingan olahraga dibatalkan. Penerbangan dibatalkan. Panic buying terjadi di mana-mana. Dan pemberlakuan Work From Home yang meruntuhkan semua 'kekakuan' dalam urusan kantor selama ini.

Rumah kita adalah kantor kita. Dan Zoom menjadi pilihan pertama bagi para bos dan para stafnya untuk menjadi 'kantor' mereka. Setiap hari, layaknya kesibukan mereka sebelum pandemi, dalam satu hari mereka bisa menghadiri 2 – 3 rapat. Bisa di ruangan yang sama, bisa juga berpindah ke ruangan lain.

Dan pandemi menjadi berkah bagi Zoom. Google Meet mencatat paling banyak 235 juta pengguna dalam satu hari pada kuartal ketiga tahun ini. Microsoft Teams bertumbuh hingga 115 juta pengguna per hari pada Oktober 2020. Angka yang sama juga didapat Facebook melalui video conference yang ada di Messenger Rooms.

Lantas berapa jumlah pengguna Zoom per hari? Aparna Bawa, COO Zoom Amerika Serikat mengatakan bahwa sejak April hingga akhir 2020, pengguna meeting room di Zoom setiap harinya mencapai angka 300 juta partisipan. Ya, Zoom menjadi sangat populer!

Editor situs teknologi IDG Connect Martin Veitch mengatakan bahwa kunci sukses Zoom adalah cara penggunaannya yang mudah, fleksibel untuk berbagai model bisnis, dan menggunakan teknologi yang terjangkau dengan koneksi internet standar.

Angela Ashenden, seorang analis riset di CCS Insight menambahkan bahwa tindakan cepat Zoom untuk mengatasi keluhan ketidaknyamanan dan keamanan di awal tahun ini telah membuat perusahaan ini berkibar. Di awal pandemi, isu kebocoran keamanan bagi peserta Zoom membuat banyak perusahaan melarang penggunaan Zoom dalam pekerjaan para karyawan.

Namun Zoom dengan sigap rela mengeluarkan investasi ganda dan berkomitmen kuat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dan respons cekatan itu telah memesona para eksekutif yang 'menjaga jarak' dari Zoom.

Satu hal lagi yang mengagumkan dari Zoom adalah struktur operasionalnya yang bersahabat dengan peningkatan jumlah pengguna. Perusahaan ini mengoperasikan sistem komputer berbasis cloud dengan proses utamanya dijalankan dari pusat server di seluruh dunia.

Zoom fokus pada pertumbuhan jangka panjang dan kini telah memiliki 19 pusat server dan unit tambahan lain. Jumlah itu terbilang sangat banyak dibandingkan dengan jumlah pengguna saat ini. Maka ketika jumlah pengguna terus meroket, Zoom tidak memiliki masalah untuk menambah ruangan ke dalam kapasitas tambahan yang dimiliki.

Banyak pengguna baru Zoom yang memanfaatkan aplikasi ini untuk menjalin komunikasi dengan sanak keluarga maupun teman-teman selama diberlakukan lockdown. Namun, dalam dunia bisnis dan urusan kantor, dibutuhkan lebih dari sekadar video call atau konferensi.

Faktanya, Zoom kini juga digunakan untuk beragam tujuan. Mulai dari wawancara kerja, pemecatan karyawan, hingga menggelar pesta kantor. Sedangkan bagi karyawan baru, platform ini menjadi sarana untuk mengenal rekan-rekan kerja mereka.

Seiring kesibukan yang bertambah selama WFH, makin banyak orang merasa kelelahan dengan video conference. Stuart Duff, seorang psikolog bisnis di Pearn Kandola mengatakan bahwa banyak orang yang berkonsultasi untuk bisa mengatasi kesibukan WFH dengan lebih baik.

"Kita menyebut overuse dari rapat daring ini sebagai Zoom fatigue," ujar Stuart kepada BBC.

Psikolog tersebut menambahkan bahwa tidak ada yang bisa menggantikan cara berkomunikasi face-to-face. Meskipun kita bisa berkomunikasi melalui video, pesan berupa tulisan, juga panggilan telepon. Video bisa jadi masa depan kita, tapi tidaklah bijak bila digunakan dari pagi hingga sore untuk setiap rapat.

Stuart menyarankan perusahaan untuk menyederhanakan aturan rapat agar tidak terlalu kaku dan formal. Harus ada waktu lebih banyak untuk chit-chat santai. Stuart juga meminta kliennya untuk bisa lebih tegas jika memang terlalu banyak rapat resmi yang harus diikuti.

Tips lain yang bisa membantu peserta Zoom meeting agar bisa lebih fokus adalah dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin. "Jangan lupa untuk melakukan kontak mata dengan kamera. Lupakan berapa banyak orang yang memerhatikan Anda di layar Zoom.

Bayangkanlah Anda hanya berbicara langsung dengan satu orang melalui telepon. Mungkin bagi Anda akan tampak aneh pada awalnya, tapi itu dapat membuat kesan baik di hadapan para peserta lain," saran psikolog Jess Baker.

Meski mendulang kesuksesan dahsyat, Aparna mengaku hal itu tidak dirayakan oleh Zoom. Perusahaan lebih fokus untuk menjaga kesehatan mental para karyawan dalam menghadapi pandemi. "Rasanya tidak nyaman untuk merayakan sesuatu sementara banyak orang menderita di seluruh dunia," pungkas Aparna.

 

 




Dukung Presiden Prabowo Bawa Ahli Medis India ke Indonesia, Andi Arief: Kasihan Rakyat Kecil Tidak Punya Jalan Keluar untuk Transplantasi Organ

Sebelumnya

Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News