RIBUAN orang berkumpul di Pakistan selatan pada Minggu (27/12) waktu setempat untuk mengenang 13 tahun peringatan kematian Benazir Bhutto, perdana menteri wanita pertama di dunia Muslim.
Perdana Menteri Pakistan itu tewas dalam serangan senjata dan bom di kota garnisun Rawalpindi pada 27 Desember 2007, beberapa minggu setelah dirinya tiba dari pengasingan diri selama bertahun-tahun di Dubai dan London.
Pendukung Partai Rakyat Pakistan (PPP) kiri-tengah berkumpul di Larkana, kota asal dinasti politik Bhutto, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Mingghu (27/12).
Mereka mengabaikan larangan berkumpul atau pertemuan publik karena pandemi virus corona.
Mereka membawa bendera partai tiga warna, dan potret pemimpin mereka yang terbunuh, yang menjabat sebagai perdana menteri 1988-1990, dan 1993-1996. Sejumlah pendukung PPP yang didakwa juga bergabung dengan para pemimpin oposisi lainnya dalam aksi tersebut.
Tokoh kunci yang hadir di antara mereka adalah Maryam Nawaz, putri dan pewaris politik dari perdana menteri tiga kali Nawaz Sharif, yang pernah menjadi saingan politik utama Benazir.
Aliansi oposisi 11 partai, Gerakan Demokratik Pakistan, di mana PPP menjadi bagiannya, menggunakan momen pada Minggu (27/12) untuk kembali menyuarakan tuntutan penggulingan pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan. Di mana mereka menuduhnya berkuasa melalui pemilihan yang curang dua tahun lalu.
Para pemimpin termasuk Bilawal Bhutto Zardari, ketua PPP dan putra Benazir, dan Maryam mengecam pemerintah Khan dan kebijakannya, yang mereka tuduh telah menyebabkan inflasi dan kekurangan energi di negara berpenduduk 220 juta orang itu.
Platform bersama telah mengumumkan pengunduran diri secara massal, dan akan mengadakan long march menuju ibu kota Islamabad jika perdana menteri tidak mundur sebelum 31 Januari 2021.
Sementara, pemilihan umum berikutnya, yang diadakan sekali dalam lima tahun, dijadwalkan digelar pada 2023.(F)
KOMENTAR ANDA