KOMENTAR

KACANG mete dikenal sebagai satu di antara camilan spesial. Sebab, kacang mete yang telah diolah terbilang mahal. Itu juga yang menjadi alasan, kenapa kacang mete hanya muncul di acara-acara istimewa.

Rasanya yang renyah, gurih, dan asin, sangat sesuai dengan lidah orang Indonesia dan menjadikan camilan ini sebagai favorit. Belum lagi kandungan mineral yang dimiliki seperti mangan, potasium, tembaga, besi, magnesium, seng, dan selenium.

Juga berbagai nutrisi penting seperti karbohidrat, protein, lemak, folat, niasin, dan asam pantotenat.

Sadar akan kekayaan yang ada dalam kacang mete, seorang ibu muda dari Makassar mencoba mengolahnya menjadi panganan lezat. Adalah Lily Nuryah bersama sang bibi yang memproduksi Kacang Mete Bunly dan telah merambah ke pasar China dan Jepang.

"Basic usaha saya awalnya adalah kuliner, makanan siap saji. Saat itu saya tidak fokus mengelola bisnis, karena saya sendiri masih bekerja sebagai pegawai. Nah, setelah saya mengikuti pelatihan UMKM yang diadakan dinas setempat, mata saya terbuka untuk membuat usaha yang tidak mudah basi dan bisa dipasarkan secara nasional," kata Lily Nuryah, owner PT Bunly Abadi Bersama, produsen kacang mete Bunly dalam Zoomtalk Jendela Usaha bersama RMOL.id, Rabu (30/12).

Di awal produksi, Lily mencoba membuat kacang bawang yang ia beri nama 'kacang bakang'. Semua bahan kacang diambilnya dari Sulawesi, karena menurut dia, produksi kacang Sulawesi tidak ada tandingannya. Mulai dari ukurannya yang besar sampai kualitas rasa yang gurih meski tanpa bumbu.

Seiring jalan, Lily melihat potensi kacang mete yang sangat luar biasa hingga akhirnya ia bersama sang bibi memutuskan untuk mengolah kacang mete tersebut sebagai salah satu produk andalan. Keputusannya tepat, karena sampai saat ini kacang mete Bunly menjadi best seller.

"Kacang metenya juga saya ambil dari Sulawesi. Semua khas Sulawesi, karena memang ukurannya jumbo premium dan tetap gurih meski tidak dibumbui," jelasnya.

Karena banyaknya permintaan, kacang mete Bunly pun merambah pasar internasional, yaitu China dan Jepang. Bahkan di Jepang, Lily mendapat tantangan untuk membuat produk cokelat dan greentea bersalut mete.

"Kebetulan teman saya seorang konsulat dari Jepang. Dia yang menantang saya untuk membuat cokelat bersalut mete. Jadi, bukan mete yang ditutupi cokelat, tapi bagaimana si cokelat itu ada di dalam mete. Tantangan ini akan saya jawab di tahun depan," ujarnya.

Lily sendiri menjamin, kualitas rasa produknya tidak akan berubah karena semua dijalankan atas SOP perusahaannya.

Dan, sensasi berbeda ditawarkan Lily atas produknya itu. Yaitu, tidak menimbulkan kolesterol dan alergi.

"Suatu waktu ada seorang mahasiswa yang ingin menjadi reseller saya. Dia bilang, biasanya kalau makan kacang langsung tumbuh jerawat. Lalu saya katakan, coba makan kacang mete saya, insya Allah tidak apa-apa. Akhirnya dia coba makan sampai seperempat kilo, dan dia bilang tidak muncul jerawat seperti yang dikhawatirkannya," kenang Lily yang kini mengelola Bunly yang berkantor di Jakarta.

Rahasianya terletak pada pencucian, perebusan, pengeringan, hingga pemanggangan dan penggorengan. Semua dilakukan secara teliti, sehingga risiko alergi serta kadar kolesterol dari kacang dapat diminimalisir.

"Intinya, terus berusaha dan mencari apa yang bisa diberikan kepada pelanggan. Harus yang terbaik dan konsisten agar dapat bertahan selamanya," demikian Lily.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women