TAHUN 2021 sudah tiba. Namun masyarakat dunia, termasuk Indonesia masih dihadapi oleh pandemi Covid-19 yang belum juga sirna.
Banyak pihak yang menggantungkan harapan pada vaksin Covid-19 untuk mengakhiri pandemi. Namun, vaksin sebenarnya bukan satu-satunya andalan untuk mengakhiri pandemi.
"Para ahli dan pejabat di negeri ini tahu bahwa vaksin tidak bisa jadi satu-satunya andalan," ujar anggota Komisi I DPR RI Sukamta dalam program mingguan RMOL World View bertajuk "Menjawab Tantangan Politik Luar Negeri dan Pertahanan di Tahun 2021" yang diselenggarakan pada Senin (4/1).
Pasalnya, sambung Sukamta, jika bicara lebih detil, vaksin Sinovac dari China, misalnya, berasal dari virus yang dilemahkan atau dimatikan. Meski uji klinis tahap ketiga masih dilakukan, namun sejauh ini vaksin ini memiliki risiko yang kecil namun hanya membuat ketahanan tubuh terhadap virus corona selama sekitar enam bulan.
Sedangkan vaksin dari Amerika Serikat, Pfizer, dibuat dari RNA. Kemelahannya, RNA ini belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga efek sampingnya akan mungkin ketahuan dalam jangka panjang. Namun jika berhasil akan memberikan kekebalan yang lebih permanen.
"Kalau let say kita ambil ini (Sinovac), itu hanya memberikan kekebalan selama enam bulan. Sedangkan ada total 270 juta orang Indonesia yang perlu divaksin," terangnya.
"Menteri Kesehatan juga baru-baru ini mengatakan bahwa perlu 3,5 tahun untuk menyelesaikan vaksinasi," sambung Sukamta.
Sehingga akan terjadi semacam tumpang tindih antara mereka yang sudah divaksin lebih dulu namun kemudian enam bulan berikutnya kekebalan tubuhnya sudah hilang dan perlu vaksinasi ulang, dengan mereka yang belum mendapatkan vaksin Covid-19.
"Bisa dibayangkan ini akan jadi masalah baru ke depannya," ujar Sukamta.
"Oleh karena itu vaksin tidak bisa jadi satu-satunya andalan," tegasnya.
Dia juga berharap agar narasi dari para pejabat di tanah air juga tidak hanya mengandalkan vaksin, tapi juga perubahan perilau masyarakat serta obat Covid-19.
"Narasi yang dibuat oleh pejabat. jangan mengandalkan vaksin saja. Walaupun vaksin tetap perlu," tandasnya.
KOMENTAR ANDA