DI TENGAH pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini, vaksin harusnya bukan satu-satunya hal yang dapat diandalkan.
"Jika kritis, sebenarnya selain vaksin, kita juga harus memproduksi obat (Covid-19)," ujar anggota Komisi I DPR RI Sukamta dalam program mingguan RMOL World View bertajuk "Menjawab Tantangan Politik Luar Negeri dan Pertahanan di Tahun 2021" yang diselenggarakan pada Senin (4/1).
"Jika kita bicara mengenai vaksin, maka ada 270 juta orang Indonesia yang perlu divaksinasi secara bertahap. Ini akan melibatkan angka rupiah yang besar sekali," jelasnya.
Namun jika berbicara soal obat, sambung Sukamta, maka angka tersebut bisa lebih ditekan.
"Strategi lainnya adalah, sudah dibuat terobosan oleh TNI, BIN dan UNAIR yaitu memproduksi obat Covid-19," terangnya.
"Kalau kita bicara obat, maka yang diobati itu adalah mereka yang sakit. Jumlahnya bisa sekitar lima hingga sepuluh juta orang, tidak sampai 270 juta orang," sambung Sukamta.
"Sehingga jika dihitung rupiah secara anggaran itu akan jadi lebih kecil," tambahnya.
Oleh karena itu dia mendorong agar pengembangan obat Covid-19 dalam negeri bisa dilakukan dengan maksimal dan dapat dukungan dari banyak pihak.
"Indonesia membuat penelitian (soal obat Covid-19) yang sudah terbukti bahkan dalam kondisi yang desperate seperti pandem ini," kata Sukamta.
Oleh karena itu dia mendorong agar BPOM sebaiknya juga menggenjot ijin bagi obat tersebut.
"Jika vaksin nantinya bisa diberikan ijin edar, saya kira obat Covid-19 ang ditemukan oleh anak negeri ini juga perlu didorong agar ijin edarnya keluar," paparnya.
"Jika ini dilakukan, bisa sambil teruus dilakukan penelitian soal efektivitas dan efek sampingnya. Sehingga nantinya, dua-duanya jalan, vaksinasi dan pengobatan untuk Covid-19," tandasnya.
KOMENTAR ANDA