PADA usia 2 hingga 7 tahun, anak memiliki memori yang sangat tajam. Apa yang dia lihat secara berulang-ulang, akan tersimpan dengan baik di ingatannya.
Wajar saja jika kemudian pada usia tersebut dikategorikan sebagai masa emas. Perhatian orangtua langsung fokus pada perkembangan si kecil. Bahkan mereka banyak menaruh harapan, salah satunya menjadikan anak sebagai penghafal Al-Qur'an (hafiz).
Menurut banyak pakar parenting dan pendidikan anak, fase usia 2-7 tahun (juga disebut fase Thufuliyah) adalah fase terpenting dalam kehidupan manusia. Namun tak sedikit orangtua yang kurang paham sifat dan karakter anak di usia ini, sehingga tidak memperlakukan anak dengan pendidikan yang semestinya.
Memori anak itu bersih dan terbebas dari keburukan, karena itu jangan diisi dengan kontaminan keburukan dan kejelekan. Semakin tinggi repetisi fakta yang diserap (baik dari penglihatan maupun pendengaran), semakin menancap kuat ke dalam memorinya.
Bahkan di periode emas ini, kemampuan menghafal anak sangat tinggi, namun belum dibarengi dengan pemahaman. Makanya, tak sedikit orangtua yang kemudian memanfaatkannya dengan mengajarkan anak menghafal Al-Qur'an dan hadits.Seperti dikutip dari IG @zona_parenting.
Hanya saja orangtua haru ingat, bahwa setiap anak punya keinginan. Jadi ada baiknya tidak dipaksakan, karena anak akan menolak dan cenderung tidak menyukai hafalan.
Dalam kajiannya, Ustadz Abu Salma Muhammad menjabarkan beberapa kiat bagi orangtua mendidik anak di masa emas ini.
1. Lebih sering mengulang perkataan dan perbuatan baik
Orangtua perlu memiliki ilmunya dan mengamalkannya, salah satunya adalah adab. Contohnya adab makan. Sebelum makan, Ayah dan Bunda mengucapkan basmalah, menggunakan tangan kanan untuk makan, sambil mengucap syukur. Misalnya:
"Alhamdulillah ada makanan. Ayah makan dengan tangan kanan, mencontoh Rasulullah Saw. Kata Rasulullah juga, makan dengan tangan kiri seperti syaithon".
2. Mendorong untuk menghafalkan Al-Qur'an, hadits-hadits Nabi, doa dan dzikir, dan syair yang bermanfaat dalam bidang pengajaran.
Untuk itu, gunakan cara-cara yang disukai anak, sehingga rasa senang itu terbentuk. Ini yang paling penting, karena anak-anak akan lebih mudah menghafal dengan irama (bukan bersumber dari musik).
3. Lakukan pendekatan berikut:
• Tahbib (jadikan cinta/senang). Awali dengan menumbuhkan cinta dan senangnya terlebih dulu. Beri contoh, motivasi, sentuh hatinya.
• Ta'wid (biasakan). Dilanjutkan dengan pembiasaan. Ingat, bisa karena terbiasa.
• Tadrij (bertahap). Lakukan sedikit demi sedikit, step by step.
• Tikrar (repetisi). Lakukan berulang-ulang hingga hafal.
• Istimror (berkelanjutan). Lakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan orangtua:
- Fokus sebelum mendorong anak menghafal Al-Qur'an adalah terlebih dulu mengajarkan aqidah (keimanan) dan menumbuhkan kecintaan kepada Allah SWT dan juga Al-Qur'an.
- Utamakan agar anak menghafalkan surat-surat yang memadai untuk mereka melakukan shalat, yaitu surat-surat pendek.
- Meskipun pada fase ini anak memiliki daya ingat yang tinggi, namun kadar tiap anak berbeda-beda.
- Jika Ingin anak menghafal Al-Qur'an, maka orangtua pun wajib menghafal Al-Qur'an atau setidaknya paham Al-Qur'an. Karena saat ini yang banyak terjadi adalah orangtua menuntut anak menjadi hafiz, namun mereka tidak paham Al-Qur'an.
- Jika orangtua ingin meniru orangtua terdahulu dalam mengajarkan anak bagaimana menghafal Al-Qur'an, maka sepatutnya meniru apa yang dilakukan orang shaleh terdahulu dalam mendidik anak menjadi penghafal Al-Qur'an.
KOMENTAR ANDA