SAYA tidak menyaksikan dengan mata di kepala saya sendiri, namun sekadar membaca berita tentang penyerbuan The Capitol oleh para warga Amerika Serikat gegara Donald Trump tidak bisa move on untuk ikhlas menerima kekalahan dirinya terhadap Joe Biden pada pilpres Amerika Serikat 2020.
Prahara
Misalnya ABC News Live memberitakan:
Four people are dead following Wednesday’s protests and the pro-Trump mob storming the Capitol, according to Washington, D.C. Metropolitan Police Department Chief Robert Contee. One woman and two men, suffered “medical emergencies” at the protests, and have subsequently died, Contee said during a press conference Wednesday 6 January 2021 night.
Another woman was shot and killed during a standoff inside the U.S. Capitol between law enforcement and supporters of President Donald Trump, who breached the building, forcing a lockdown with members of Congress inside.
She was shot by a Capitol police officer, after “multiple individuals forced entry into the Capitol building, and attempted to gain access to the house and attempted to gain access to the house, room, which was still in session,” Contee said Wednesday.
She was transported to a local hospital where after all lifesaving efforts failed, she was pronounced dead. The protesters, some of who were seen wearing body armor, made their way up the steps around 2:15 p.m. ET, pushing through barricades, officers in riot gear and other security measures put in place in anticipation of the protest. Rep. Markwayne Mullin, R-Ok, told ABC News Live that he saw the shooting happened and allegedly saw police shoot the woman.
Krisis
Saya tidak tahu sejauh mana kebenaran pemberitaan tersebut. Namun jika berita itu benar berarti Amerika Serikat sedang mengalami krisis demokrasi kelas berat.
Bahwa The Capitol sebagai lambang demokrasi negeri Paman Sam diserbu dan dirusak oleh rakyat Amerika Serikat bahkan sehingga menewaskan empat warga jelas merupakan bukti tak terbantah bahwa demokrasi di Amerika Serikat sedang mengalami krisis terburuk sejak proklamasi kemerdekaan dirinya pada 4 Juli 1776.
Demokrasi sedang berada di titik nadir paling rendah dalam sejarah peradaban Amerika Serikat.
Donald Trump dan para pemujanya membuktikan bahwa sebenarnya mereka sama sekali belum mampu memahami makna demokrasi yang sebenarnya. Pemilihan umum yang pada hakikatnya merupakan pengejawantahan sukma demokrasi alih-alih mempersatukan malah memecah-belah bangsa, negara dan rakyat Amerika Serikat.
Indonesia
Insya Allah, prahara demokrasi yang telah terjadi secara sangat aib di Amerika Serikat tidak akan terjadi di Indonesia.
Huruhara The Capitol 6121 membuktikan bahwa pada hakikatnya demokrasi sekedar sistem buatan manusia yang baik-buruknya sepenuhnya tergantung manusia yang menafsirkan serta mewujudkannya.
Diharapkan bangsa Indonesia lebih beradab ketimbang Amerika Serikat menegakkan pilar-pilar demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semoga segenap warga Indonesia berkenan menunaikan jihad al nafs menaklukan angkara murka diri sendiri masing-masing demi tidak memecah-belah namun justru mempersatukan negara, bangsa dan rakyat Indonesia demi bersama membangun.
KOMENTAR ANDA