Akal sehat pulalah yang harusnya mengingatkan kita tentang
Akal sehat pulalah yang harusnya mengingatkan kita tentang "unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala" yang artinya "lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah melihat siapa yang mengatakan"/ Net
KOMENTAR

MANUSIA dengan akal dan nurani yang dimilikinya seharusnya bisa berjalan lurus ke depan. Tahu mana yang benar, mana yang salah. Namun dalam perjalanannya, begitu banyak godaan yang membuat kita menoleh dan berpaling dari jalan yang lurus.

Demikianlah yang kita alami selama lebih dari 10 bulan terakhir. Begitu banyak informasi baru, pengetahuan baru, juga peraturan baru yang menjelma menjadi pengalaman baru dalam hidup kita.
Inilah saatnya kita benar-benar menggunakan akal untuk berpikir. Memilih dan memilah informasi dan data yang valid untuk menjadi satu panduan dalam kehidupan di masa pandemi.

Akal sehat akan mampu membuat kita mengenyampingkan kepuasan dan kesenangan pribadi untuk tunduk pada protokol kesehatan. Akal akan membujuk hati untuk bersabar, tenang, serta mendahulukan kepentingan bersama. Akal juga akan mencari jalan untuk bisa menikmati hari demi hari yang mesti dilalui di dalam rumah.

Akal sehat pulalah yang harusnya mengingatkan kita tentang "unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala" yang artinya "lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah melihat siapa yang mengatakan".

Kita seringkali tidak mau mengakui kebenaran suatu hal karena hal tersebut berasal dari perkataan orang yang tidak kita sukai. Padahal kebenaran tetaplah kebenaran sekali pun dikatakan oleh orang yang dipandang hina oleh manusia. Dan dusta tetaplah dusta sekali pun dikatakan oleh orang kita hormati.

Maka, biarkan akal sehat memandu langkah kita lalu hadirkan nurani untuk memastikan keputusan yang akan kita ambil.

Seperti saat ini, mungkin banyak di antara kita yang masih menolak hadirnya vaksin Covid-19, meragukan efektivitas dan keamanannya. Karena vaksin ini baru, kita belum punya pembanding dan panduannya. Wajar bila banyak orang khawatir dan cemas.

Namun akal bisa mengarahkan kita mencari referensi terpercaya, mencari tahu pengalaman vaksinasi di negara-negara yang sudah memulai pemberian vaksin ke rakyat mereka.

Kita akan menemukan banyak kisah tentang uji klinis hingga efek samping yang dirasakan penerima vaksin, baik ditulis oleh media yang kredibel maupun dari unggahan media sosial para penerima vaksin sendiri. Lalu, kita bisa membandingkannya dengan kondisi kita di Indonesia.

Bagaimana pun, vaksin adalah solusi untuk menghentikan pandemi. Memang betul, banyak ahli menyatakan vaksin bukan jaminan untuk 100 persen bebas Covid-19. Dan kita membutuhkan lebih dari satu kali vaksin untuk memastikan, agar kelak bila kita mungkin terkena Covid-19 maka dampaknya tidak akan berat.

Prasangka bisa saja membisikkan 'awas, ini konspirasi' atau 'awas, ini hanya strategi bisnis', atau 'awas ini hanya akal-akalan pemerintah untuk membodohi rakyat'. Namun akal sehat juga bisa mempertanyakan 'mungkinkah semua pemerintah di dunia ingin membodohi rakyat mereka?'

Akal sehat juga akan mengatakan bahwa vaksin adalah ikhtiar yang lebih baik dibandingkan diam dan menyerah pada pandemi. Jika bukan vaksin, apa lagi? Ini adalah jawaban yang hingga kini belum bisa dipastikan jawabannya.

Jika pun ada alternatif obat herbal yang diyakini mampu menyembuhkan Covid-19, masih perlu diteliti lebih jauh secara medis agar obat tersebut tak hanya menghilangkan virus dalam satu kesempatan tapi juga mampu menjadi tameng yang melindungi tubuh seumur hidup.

Sebagai muslim, menaati ulil amri (pemimpin) adalah kewajiban kita. Sekali pun banyak di antara kita mungkin tidak menyukai sosok pemimpin terpilih, tapi bukan berarti kita menolak semua yang diperintahkannya, bahkan jika itu adalah kebaikan. Kita seringkali harus memilih yang terbaik dari yang terburuk. Dan itulah bentuk ikhtiar kita.

Biarkan akal sehat memandu jalan kita dan biarkan nurani menenangkan gejolak perasaan kita. Lantunkan doa ini untuk memohon keselamatan dari setiap usaha yang kita lakukan menuju sehat.

Bismillahi laa yadhurru ma'asmihi syai un fil ardhi wa laa fissamaai wahuwas samii'ul 'aliim

"Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya segala sesuatu di bumi dan di langit tidak akan berbahaya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."


 

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur