Ilustrasi ziarah kubur/ Net
Ilustrasi ziarah kubur/ Net
KOMENTAR

SEBELUM mengadakan perjalanan, Abu Razin terlebih dahulu minta petunjuk kepada Nabi Muhammad dan bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya dalam perjalanan ini, aku akan melintasi kubur orang-orang yang meninggal. Apakah ada ucapan yang harus aku ucapkan ketika aku berjalan melintasinya?”

Beliau menjawab, “Ucapkanlah, semoga salam sejahtera senantiasa tercurahkan kepada kalian wahai penghuni kubur, yang muslim dan mukmin. Kalian telah mendahului kami, kami akan mengikuti kalian. Insya Allah, kami akan menyusul kalian.”

Kemudian Abu Razin bertanya, “Ya Rasulullah, apakah mereka itu mendengar?”

Beliau menjawab, “Mereka itu mendengar, tetapi mereka tidak dapat menjawab.”
Lebih lanjut Rasul bersabda, “Abi Razin, tidakkah engkau meredai jika malaikat sebanyak jumlah merekalah yang menjawab salam kepadamu?” (Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam buku berjudul Ziarah Ke Alam Barzakh)

Begitulah kira-kira kesadaran yang bersemi di sanubari kaum muslimin, bahwasanya hubungan yang masih hidup tidaklah terputus dengan yang telah mati.

Terdapat beberapa versi hadis yang memuat doa ziarah kubur, yang menggambarkan betapa besarnya perhatian terhadap ziarah kubur ini. Pada substansinya doa-doa itu relatif mirip redaksinya, yang salah satunya doa ziarah kubur itu adalah:

Assalamu 'ala ahlid diyari minal mu`minina wal muslimin, wa yarhamullahul-mustaqdimina minkum wa minna wal-musta'khirina, wa inna insya Allahu bikum lahiqun.

Artinya, “Salam bagi penghuni kuburan ini, dari kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah

melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang telah lama dan baru meninggal dunia. Dan atas izin Allah kami akan mengikuti jejak dan berjumpa kalian nanti.”

Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari doa tersebut, adalah:

Pertama, kegiatan utama dari ziarah kubur ialah mengucapkan salam dan mendoakan penghuninya. Jangan sampai hal yang utama ini diabaikan oleh kegiatan lain yang bukan bagian dari sunnah atau malah melenceng dari syariat agama.

Kedua, rangkaian doa ini merupakan penghormatan terhadap manusia, meski jasad mereka telah hancur dikandung tanah. Akhlak merupakan bagian penting dalam agama Islam, bahkan tetap ditegakkan terhadap mereka yang telah meninggal dunia sekalipun.

Ketiga, doa ini sesungguhnya mengarah kepada diri kita sendiri. Ibarat melempar bola ke tembok, maka bola itu akan memantul lagi dan kita mesti cekatan menangkapnya. Doa ini memantul lagi kepada yang mengucapkannya, lalu apa yang dapat kita tangkap?

Bahwa kita menyadari akan menyusul penghuni kubur itu, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Sehebat apapun diri kita, sebanyak apapun bintang bertengger di pundak, setinggi apapun tumpukan harta, toh kita akan bermuara ke kubur, sebidang tanah sempit yang sepi.

Berulangkali Nabi Muhammad mengingatkan agar umatnya sering mengingat kematian. Bahkan beliau tengah malam sering datang ke pamakaman Baqi’ agar mengingatkan dirinya tentang kematian, tentang apa bekal yang akan dibawa ke alam sana.

Ada yang tak boleh lupa nih! Sesungguhnya ziarah kubur itu pernah jadi polemik, bahkan pernah dilarang oleh Nabi Muhammad, meski kemudian diperbolehkan.

Muhammad Shidiq Hasan Khan mengutip sebuah hadis pada Ensiklopedia Hadis Sahih, Buraidah dari ayahnya menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Sungguh, aku dulu melarang kalian berziarah kubur. Sekarang, Muhammad telah diizinkan untuk berziarah ke kuburan ibundanya. Maka, berziarahlah ke kubur karena berziarah kubur dapat mengingatkan pada akhirat.” (HR. At-Tirmidzi).

Ziarah kubur memang memiliki manfaat positif, tetapi dalam praktiknya juga berpotensi menimbulkan penyimpangan. Makanya dahulu ziarah kubur itu pernah dilarang oleh Rasulullah disebabkan penyelewengan yang membahayakan.

Namun, untuk kondisi kekinian, kita dapat mengukur sendiri, ziarah kubur yang dilakukan termasuk dalam kategori yang mana? Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr dalam buku Fiqih Doa dan Dzikir menerangkan, bahwa keadaan manusia dalam ziarah kubur tidaklah keluar dari empat macam:

Pertama, berziarah kubur untuk mendoakan orang-orang mati, dia mohon pada Allah untuk mereka ampunan, lalu mengambil pelajaran dari keadaan orang-orang mati serta akhir perjalanan mereka, sehingga hal itu menimbulkan pelajaran dan peringatan baginya. Inilah ziarah yang disyariatkan.

Kedua, berziarah kubur untuk mendoakan bagi dirinya dan orang-orang yang dia sukai di sisi kubur, atas dasar keyakinan doa di kubur atau di sisi kubur orang-orang saleh adalah lebih utama dan lebih patut dikabulkan. Maka ini adalah bid’ah yang mungkar.

Ketiga, berziarah kubur untuk berdoa kepada Allah melalui perantara kedudukan orang-orang mati atau hak mereka. Dia mengatakan, “Aku mohon pada-Mu wahai Rabbku dengan perantara kedudukan fulan atau hak fulan.” Ini adalah bid'ah haram serta sarana menuju kesyirikan.

Keempat, berziarah kubur untuk berdoa kepada penghuni kubur, memohon pertolongan mereka, meminta dari mereka bala bantuan, pertolongan, kesembuhan, dan selain itu. Sungguh ini adalah syirik besar yang mengeluarkan dari agama Islam.

Sederhananya, ziarah kubur itu agar kita dapat mendoakan yang terbaik bagi penghuni kubur dan kita pun dapat memetik hikmah dalam rangka menyadarkan diri sendiri terhadap kematian.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur