Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MAKAN malam menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh keluarga yang anggotanya sibuk bekerja. Karena saat makan malam, masing-masing anggota keluarga dapat bercerita tentang hari-harinya, meminta masukan, atau sekadar bersenda gurau.

Tapi, beberapa hal yang baik dan tidak baik dibincangkan saat makan malam bersama. Salah-salah bicara atau curhat, makan bersama menjadi tidak menyenangkan.

1. Jangan berbicara tentang politik saat di meja makan. Karena, tidak semua anggota keluarga memiliki pandangan politik yang sama. Jika dipaksakan, justru akan menimbulkan kesenjangan.

Sebaiknya, bicarakan keseharian saja. Coba Bunda tanyakan apa saja yang dilakukan ayah di kantor atau anak di sekolah. Atau ceritakan apa yang Bunda kerjakan sehari ini di rumah. Dengarkan dengan seksama dan rasakan kebahagiannya.

2. Jangan bicarakan drama dan gosip. Stop menceritakan sinetron apa yang Bunda tonton sepanjang hari itu atau ada gosip apa di lingkungan sekitar rumah Bunda.

Ceritakan saja apa yang dikerjakan kecil seharian ini. Betapa lucunya dan cerdasnya ia. Dengan begitu, si kecil akan tahu betapa bangganya Bunda memiliki mereka.

3. Hindari membicarakan hal berat dan serius. Jika dirasa perlu untuk menceritakan, lihat kondisinya. Apakah pasangan sedang mood atau sedang lelah.

Lebih baik membicarakan tentang Bunda dan Ayah. Apa hal romantis yang Bunda inginkan dari Ayah atau apa yang ingin Bunda lakukan bersama ayah untuk mengisi hari-hari yang terlewatkan.

Membentuk Karakter Anak

Obrolan saat makan juga bisa dimanfaatkan untuk membentuk karakter anak. Bunda dan Ayah bisa menanamkan nilai kebaikan dan pelajaran hidup lewat cara yang santai.

Menurut dr Nurul Ratna Mutu Manikam, MGizi So GK, belajar makan bersama di meja bisa dimulai ketika anak sudah mengenal variasi makanan. Entah di kursi atau dipangku, yang penting libatkan anak dalam makan bersama.

"Ini penting sekali untuk membangun karakternya. Etika di ruang makan, komunikasi dengan ayah dan Bunda, itu di meja makan," kata Nurul.

Selain mengajarkan anak cara makan yang benar, orangtua juga belajar membaca perilaku anak. Nantinya, orangtua akan paham sendiri milestones anak. Si kecil sudah bisa apa saja, sudah kenal dengan makanan apa saja, dan sebagainya.

Karakter anak juga akan terbentuk dari etika dasar yang diberikan orangtua. Misalnya cara makan, atau memegang sendok dan garpu.

"Atau kalau makan enggak boleh ngecap, dan lainnya. Nanti anak akan mengajarkan hal yang sama kepada buah hatinya kelak," ujarnya.

Hal yang sama disampaikan psikolog anak tiga generasi Anastasia Satriyo. Menurutnya, makan bersama bisa jadi ajang bonding antara orangtua dan anak. Syaratnya, pinggirkan gadget!

"Bahas apa saja, termasuk kegiatan anak seharian itu. Yang penting, jangan masing-masing sibuk dengan gadget. Usahakan pas ngobrol ada tatap mata dan bermain intonasi. Jadi, komunikasi yang terjalin benar-benar berkualitas," ucap Anas.

 




Ingin Jadi Individu Sukses, Ini Alasan Mengapa Kita Butuh Dukungan Orang Lain

Sebelumnya

Gen Z dan Upaya Mengatasi Tantangan Sandwich Generation

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family