MENEPATI waktu salat adalah satu jalan mendisiplinkan diri dalam manajemen waktu.
Dalam Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa, diceritakan bahwa Umar bin Khattab ra. pernah menulis sebuah pesan: “Sesungguhnya perkara paling penting menurut penilaianku adalah salat. Siapa yang menjaga salat, maka dia telah menjaga agamanya. Siapa yang melalaikan salat, maka ia lebih mengabaikan perkara lainnya. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan salat.”
Dari perkataan Umar tersebut tergambar betapa pentingnya kedudukan salat dalam Islam. Umar juga menegaskan bahwa seseorang baru bisa disebut “muslim” ketika dia mampu menjaga salat 5 waktu dengan baik. Hal tersebut dikarenakan begitu mulianya kedudukan salat dalam Islam. Salat bahkan menjadi salah satu wasiat terakhir Rasulullah saw.
Salat juga menjadi amalan pertama yang akan dihisab. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salatnya. Apabila salatnya baik, dia akan meraih keberuntungan dan keselamatan. Apabila salatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi.” (H. R. Abu Daud)
Salat merupakan hal yang bersifat sangat personal bagi seorang muslim. Salat menjadi sarana dialog antara seorang hamba dengan Khaliknya. Di dalamnya terdapat kepasrahan, ketergantungan, dan kedekatan yang terbangun dengan indah melalui rangkaian gerakan dan bacaan yang dilantunkan seorang muslim.
Dalam Islam, ibadah merupakan sebuah kontemplasi yang komprehensif. Tidak hanya memperkuat sisi keimanan yang mengarah vertikal tapi juga berefek positif bagi konsep diri pribadi muslim. Demikian pula dengan salat.
Panggilan salat hayya ‘alash shalah adalah sebuah seruan untuk mendahulukan Allah dalam hidup kita. Meninggalkan segala kesibukan dunia. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Juga bermakna ajakan untuk mengelola waktu sebaik mungkin.
Hayya ‘alash shalah adalah penanda bagi muslim. Kalimat tersebut menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam menjalankan kehidupan. Harus ada jeda dalam 24 jam kita untuk me-recharge emosi, kesadaran, serta kesehatan mental. Waktu pagi hingga malam tidak boleh diperuntukkan hanya untuk mengais rezeki dunia hingga melalaikan kita dari mengais pahala akhirat.
Lima waktu salat sejatinya menciptakan tatanan manajemen waktu yang paripurna. Menepati waktu salat menjadi satu cara terbaik mendisiplinkan diri dalam urusan manajemen waktu. Benarlah kata Umar bin Khattab tadi; ketika seorang hamba mendahulukan salat, urusan selebihnya akan ikut teratur. Semua dapat berjalan tertib tanpa kita perlu tergesa-gesa dan tanpa ada urusan yang berantakan.
Ash shalatu ‘alaa waqtiha, salatlah pada waktunya. Bukan sembarang waktu, tapi utamanya di awal waktu. Ketika salat sudah ditunaikan dengan baik, hati dan pikiran terasa tenang serta tubuh pun menjadi siap untuk melanjutkan aktivitas.
Maka waktu 24 jam sehari dapat dimanfaatkan secara produktif tanpa melampaui batas kemampuan fisik kita. Ya... tanpa kita sadari, kita belajar mengelola waktu dari sempurnanya salat kita. Masih belum percaya? Buktikan sendiri!
KOMENTAR ANDA