Ada empat aspek penting yang tidak boleh diabaikan saat hijrah/Net
Ada empat aspek penting yang tidak boleh diabaikan saat hijrah/Net
KOMENTAR

BEBERAPA waktu terakhir istilah "hijrah" menjadi hal yang tidak asing didengar di kalangan masyarakat muslim di Indonesia.  Namun sebenarnya, apa makna sebenarnya dari "hijarah" itu sendiri?

Habib Husein Ja'far Al Hadar dalam bukunya berjudul "Tuhan Ada Di Hatimu" terbitan tahun 2020 oleh Penerbit Noura Books, menjelaskan bahwa dalam Islam, hijrah itu merupakan doktrin yang sangat penting dan maknanya begitu luas dan mendalam, mencakup seluruh aspek kehidupan kita.

"Inti dari hijrah, sebagaimana dijelaskan dalam Surah At-Thalaq (65) ayat 11 adalah 'bergerak' dari kegelapan menuju ke terangbenderangan," tulisnya.

"Itu yang diajarkan oleh nabi Muhammad. Nabi membawa umat manusia dari zhulumat (kegelapan) menuju nur (cahaya), bukan hanya pada satu aspek saja, melainkan dalam segala aspek kehidupan umat manusia," sambungnya.

Oleh karena itu, jelas Habib Husein, hijrah seharusnya tidak hanya meliputi aspek hukum (fiqih) saja, tapi berbagai aspek keislaman lainnya.

Dia menerangkan lebih jauh bahwa ada empat aspek yang harus dilakukan oleh umat Islam ketika berkomitmen untuk hijrah.

Pertama, aspek spiritual. Karena inti dari hijrah adalah pergerakan kita sebagai hamba menuju Allah. Pergerakan spiritualitas kita sebagai hamba menuju Allah.

Kedua, aspek kultural. Dalam konteks ini, hijrah berarti mengakulturasikan Islam yang datang dari negeri Arab dengan nilai-nilai setempat, selama nilai-nilai itu tidak bertentangan dengan aspek subtansi (qath'i) ajaran Islam.

Ketiga, aspek filosofis. Hijrah membawa umat Islam dari keterbalakangan menuju kemajuan.

"Tampaknya ada yang salah kalau umat Islam bodoh, terbelakang daam ilmu dan sains-teknologi. Karena, Al-Quran banyak bicara tentang sains. Kitab suci itu seolah hanya dibaca tapi tidak pernah dipelajari. Sehingga tentu butuh hijrah dalam aspek ini," tulis Habib Husein.

Keempat, aspek sosial. Seorang yang hijrah harus dapat membumikan Islam. Tidak hanya berpenampilan sesuai sunnah atau saleh secara ritual saja, tapi juga mesti saleh secara sosial.

"Jangan sampai setelah berhijrah, ibadah kita menjadi semakin semangat namun kita menjadi tidak murah senyum kepada orang lain. Padahal dalam Islam senyum itu ibadah," tulisnya.

"Jangan sampai semakin baik ibadah kita, semakin tak bersosialisasi. apalagi hanya karena kawan-kawan kita punya pilihan berbeda atau belum hijrah," tambahnya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur