Foto Kamala Harris bersama sang ibu Shyamala Gopalan Harris/BBC
Foto Kamala Harris bersama sang ibu Shyamala Gopalan Harris/BBC
KOMENTAR

SIAPA sosok yang paling menginspirasi Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris? Jawabannya adalah ibu.

Hanya beberapa jam sebelum pelantikannya minggu lalu, Harris memberikan penghormatan terbesarnya kepada para wanita yang telah membantu perjalanannya ke posisi tertinggi kedua di pemerintahan Amerika Serikat tersebut.

Dalam sebuah video yang diunggah ke Twitternya, Haris menulis, "Wanita yang paling bertanggung jawab atas kehadiranku di sini hari ini, ibuku Shyamala Gopalan Harris".

"Ketika dia datang ke sini dari India pada usia 19 tahun, mungkin dia tidak terlalu membayangkan momen ini," katanya.

"Tapi dia sangat percaya pada Amerika di mana momen seperti ini mungkin terjadi," sambungnya.

Kegigihan sang ibu itulah yang kemudian mengantarkan Harris di posisi kedua tertinggi di pemerintahan Amerika Serikat. Dia bahkan mencatat sejarah tersendiri sebagai wanita berkulit gelap dna keturunan Asia pertama yang duduk di posisi tersebut.

Menengok kembali pada sejarah hidup Harris, apa yang dia raih saat ini tidak akan bisa tercapai jika bukan karena perjalanan berani yang dilakukan ibunya, Gopala, pada tahun 1958 ketika dia melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dari India untuk mengejar mimpinya sendiri.

Gopalan merupakan anak tertua dari empat bersaudara dari ayah yang bekerja sebagai pegawai negeri dan ibunya yang merupakan seorang ibu rumah tangga. 

Gopalan pada saat itu ingin belajar biokimia. Namun ilmu tersebut tidak ditawarkan di Lady Irwin College Delhi untuk wanita, yang didirikan oleh penguasa kolonial Inggris di India. Hal itu membuatnya harus puas dengan gelar sarjana dalam ilmu pengetahuan umum.

Gopalan pun berupaya untuk mengejar ambisinya. Dia pun melamar dan diterima untuk bersekolah di University of California di Berkeley.

Hal itu pun dilakukan oleh Gopalan secara diam-diam tanpa ada keluarganya yang tahu.

Salah satu saudaranya mengatakan kepada BBC bahwa ayah Gopalan tidak masalah jika anaknya mau menuntut ilmu di luar negeri. Dia hanya khawatir karena mereka tidak mengenal siapapun di Amerika Serikat.

Namun ayahnya percaya pada pentingnya pendidikan dan dia pun rela melepaskan sang anak untuk mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam. 

Hal itulah yang kemudian membuat Gopalan yang baru berusia 19 tahun pada saat itu memberanikan diri untuk angkat kaki dari negaranya ke Amerika Serikat, negara yang belum pernah dia kunjungi dan di mana dia tidak mengenal siapa pun untuk akhirnya mengejar gelar PhD di bidang nutrisi dan endokrinologi.

Perjuangan gigih Gopalan dikenang oleh anak-anaknya, termasuk Harris. Dia pernah menulis tentang perjalanan ibunya dalam memoarnya tahun 2019 lalu berjudul "The Truths We Hold".

Sulit bagi saya untuk membayangkan betapa sulitnya bagi orang tuanya untuk melepaskannya," tulisnya.

"Perjalanan jet komersial baru saja mulai menyebar secara global. Tidaklah mudah untuk tetap berhubungan. Namun, ketika ibu saya meminta izin untuk pindah ke California, kakek nenek saya tidak menghalangi," tulisnya.

Momen di mana ibunya pindah ke Amerika Serikat adalah waktu yang menarik. Pasalnya, gerakan hak-hak sipil berada pada puncaknya dan Berkeley menjadi pusat protes terhadap diskriminasi rasial.

Gopalan pada saat itu juga bergabung menjadi aktivis dan berpartisipasi dalam gerakan hak-hak sipil. Ini adalah hal yang tidak biasa dilakukan oleh seorang pelajar dari India di era itu.

Teman-teman Gopalan pada saat itu menggambarkannya sebagai sosok yang mungil namun menonjol. Dalam balutan kain sari, Gopalan merupakan siswa yang cerdas, pandai bicara, tegas dan tajam secara intelektual.

Partisipasinya dalam gerakan hak-hak sipil juga mengubah jalan hidupnya.

Dalam memoarnya, Harris menulis bahwa ibunya diharapkan untuk kembali ke rumah setelah menyelesaikan pendidikannya dan mengadakan perjodohan seperti orangtuanya. Namun takdir berkata lain.

Pada tahun 1962, dia bertemu Donald Harris, yang datang dari Jamaika untuk belajar ekonomi di Berkeley, dan mereka jatuh cinta.

Mereka kemudian menikah pada tahun 1963 dan setahun kemudian, pada usia 25, Gopalan mendapatkan gelar PhD dan melahirkan Kamala. Dua tahun kemudian datanglah Maya, anak kedua pasangan itu.

Pernikahan dengan orang asing tampaknya tidak mudah diterima dengan baik oleh keluarga Brahmana Tamil Gopalan.

Dalam sebuah wawancara pada tahun 2003, Shyamala Gopalan mengatakan bahwa dengan menikahi seorang Amerika, dia telah mematahkan garis keturunan Gopalan yang berusia lebih dari 1.000 tahun.

Suatu kali, katanya, dia mendengar Kamala dan Maya menanyakan kakek mereka apakah dia tidak menyukai ayah mereka.

"Dia mengatakan kepada mereka: 'Ibumu menyukainya dan dia tidak memiliki kebiasaan buruk, jadi apa yang tidak boleh disukai'?" jelasnya saat itu.

Pertama kali orang tua Gopalan bertemu dengan menantu mereka adalah pada tahun 1966, atau tiga tahun setelah pernikahannya. Mereka bertemu di tanah netral Zambia, tempat ayahnya ditempatkan pada saat itu.

Pernikahan itu tidak berlangsung lama. Pasangan itu berpisah ketika Harris berusia lima tahun, dan meskipun dia dan saudara perempuannya Maya mengunjungi ayah mereka selama liburan, ibu mereka kebanyakan membesarkan mereka sendiri.

Tahun lalu, saat menerima pencalonannya sebagai wakil presiden, Harris mengatakan bahwa kehidupan ibunya sebagai orang tua tunggal tidak mudah dan dia bekerja sepanjang waktu untuk melakukan melakukan penelitian kanker mutakhir sambil merawat putrinya.

Gopalan kemudian meninggal dunia pada Februari 2009 pada usia 70 karena kanker usus besar. Namun namanya dikenang di seluruh dunia karena membuat penemuan signifikan tentang peran hormon dalam kanker payudara.




Perempuan Melek Literasi Keuangan Berperan Besar dalam Membangun Ekonomi Keluarga dan Negara

Sebelumnya

Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women