KEIMANAN seorang muslim bisa naik dan turun. Layaknya pakaian, iman bisa kotor. Lantas noda yang mengotorinya akan menumpuk lalu memudarkan keimanan. Naudzubillah. Karena itu jangan pernah lengah untuk memohon kepada Allah untuk selalu memperbarui iman kita.
Iman tak bisa berjalan sendirian. Iman menjadi kuat dengan akhlak. Tanpa akhlak, iman dipertanyakan. Karena jika kita mengaku mengimani Allah dan meyakini tauhid, tapi akhlak kita jauh dari mulia, rasanya keimanan itu semu adanya.
Iman menerbitkan akhlak dan akhlak menyuburkan iman. Rasulullah saw. dikenal sebagai manusia yang sangat murah senyum. Beliau pun tak pernah memandang rendah orang lain, meskipun orang itu bukan seorang muslim atau seorang yang mengaku muslim tapi kehidupannya masih berlumur maksiat. Beliau adalah manusia yang paling sempurna akhlaknya dan tentu saja teramat dahsyat keimanannya.
Iman yang kuat juga memengaruhi hati. Seorang muslim mampu ikhlas dan tabah saat menghadapi cobaan hidup karena ia mengimani ketentuan Allah (qadarullah). Kita bisa belajar betapa iman dapat menjadi kekuatan seorang manusia untuk bertahan hidup dari kisah Nabi Ayyub as.
Didera sakit parah yang dianggap menjijikkan oleh orang banyak, ditinggalkan istri, ditinggal mati anak-anaknya, jatuh miskin, hingga dihina umatnya. Namun keimanan yang kuat membuat Nabi Ayyub tetap sabar. Tak sekali pun ia menyalahkan Sang Khalik atas apa yang menimpanya.
Iman pula yang menjaga rasa syukur agar tak pergi dari hati kita. Berterima kasih kepada Sang Khalik atas apa pun yang terjadi dalam hidup kita. Susah maupun senang. Karena kebahagiaan di dunia bukan semata terasa dalam kondisi yang serba enak melainkan dalam setiap kondisi yang kita jalani. Masa normal maupun masa pandemi, semua hendaknya menghadirkan kebahagiaan meski cara kita meraih bahagia tak lagi sama.
Allahumma jaddidil imaana fii qulubinaa
“Ya Allah perbaruilah iman di hati-hati kami.”
Jangan bosan mengisi hati kita dengan lantunan doa tersebut. Agar relung hati kita tidak dihinggapi keinginan untuk memudarkan iman. Agar hati kita tidak pernah kehilangan booster untuk menebalkan keimanan. Agar hati kita tak mudah berpaling ke kenikmatan dunia yang fana lalu terlena.
Hati-hati dengan hati kita. Mari menjaga hati agar selalu menjadi ruang terbaik untuk memperbarui iman. Insya Allah.
KOMENTAR ANDA