KEMENTRIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) menyatakan, angka kekerasan pada anak sepanjang 2020 sangat tinggi. Setidaknya ada 4.116 kasus pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2020, yang juga terjadi pada saat pandemi.
Ayah dan Bunda tahu tidak, anak-anak yang tumbuh dengan kekerasan akan mewarisi kekerasannya pula pada generasi berikutnya. Bahkan sebuah penelitian menyebutkan, sepertiga anak-anak korban kekerasan berpotensi besar menjadi pelaku kekerasan.
"Kalau anak mendapatkan kekerasan sejak dini, dalam jangka waktu yang lama, dan dilakukan oleh orang terdekat, apalagi kekerasan yang dilakukan sangat berbahaya atau efeknya sangat buruk dan dilakukan di keluarga yang tidak harmonis, dia biasanya tidak punya informasi harus bagaimana. Misalkan, dalam mendidik anak kan tidak perlu dengan kekerasan, tapi karena yang didapatnya sejak kecil seperti itu, yang kekerasan tersebut dilakukan saat dia mendidik anaknya," kata seorang psikolog, Dian Ibung.
Anak-anak yang sering mendapat kekerasan fisik, biasanya akan memiliki trauma berat yang bisa berakibat pada cedera fisik dan psikis.
"Cedera psikis ini cukup berat efeknya. Mereka akan jadi anak yang tidak percaya diri, ragu-ragu, merasa tidak aman (ketakutan), mudah berbohong untuk menyelamatkan diri. Ketika mereka mudah berbohong, anak jadi tidak tahu mana benar dan salah. Mereka juga akan tumbuh menjadi anak yang sering melakukan kekerasan. Dan ketika menjadi orangtua pun, tindakan kekerasan itu akan dilakukan juga pada anaknya," ujar Dian dalam laman instagram @talkparenting.
Ayah dan Bunda, mulailah bersikap lembut kepada anak. Jika anak melakukan kesalahan, tegurlah dengan beberapa cara berikut ini:
1. Tegas Tapi Tidak Kasar. Bersikap tegas bukan berarti harus membentak. Tegurlah dengan penuh kasih sayang.
2. Katakan Apa yang Diinginkan. Setelah menegur, segera katakan apa yang Ayah dan Bunda inginkan anak lakukan. Bukan menyuruhnya menghentikan apa yang dilakukan, ya Ayah dan Bunda!
3. Kasih Penghargaan. Ketika anak melakukan apa yang Ayah dan Bunda lakukan, beri mereka penghargaan. Tidak perlu dengan hadiah, cukup dengan pujian.
4. Beri Hukuman. Sebaliknya, jika anak tidak melakukan apa yang Ayah dan Bunda inginkan, beri mereka hukuman yang wajar (bukan dengan kekerasan).
"Jangan memborbardirnya dengan perintah, nanti anak akan pusing. Beri jeda atau waktu untuk mereka berpikir atau menjawab," ucapnya.
5. Hargai Perasaan Anak. Dengan kita memberinya waktu untuk menjawab, berarti kita menghargai perasaannya.
6. Cari Solusi. Ajukan usulan kepada anak untuk menyelesaikan masalah. Ajak anak untuk berpartisipasi menyelesaikan kekeliruannya.
Ingat ya Ayah dan Bunda, kekerasan tidak menyelesaikan masalah, justru malah mewariskannya kepada anak. Belajarlah untuk lebih lembut dan penuh kasih sayang kepada anak, karena mereka adalah tanggung jawab yang Allah berikan kepada Ayah dan Bunda.
KOMENTAR ANDA