VAKSIN Covid-19 yang dikembangkan oleh Gamaleya Institute dari Rusia, Sputnik V menunjukkan efektivitas hingga 91,6 persen.
Angka tersebut berdasarkan hasil uji coba tahap akhir yang sudah ditinjau oleh rekan sejawat dan diterbitkan dalam jurnal The Lancet pada Selasa (2/2).
Para ilmuwan menyebut data kemanjuran tersebut sesuai dengan yang dilaporkan pada tahap awal uji coba.
"Pengembangan vaksin Sputnik V telah dikritik karena tergesa-gesa yang tidak pantas dan tidak adanya transparansi," ujar profesor di University of Reading, Ian Jones dan profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine, Polly Roy.
"Tetapi hasil yang dilaporkan di sini jelas dan prinsip ilmiah vaksinasi telah dibuktikan," kata para ilmuwan, seperti dikutip Reuters.
Uji coba vaksin dilakukan berdasarkan data dari 19.866 sukarelawan, seperempat di antaranya menerima plasebo. Penelitian sendiri dipimpin oleh Denis Logunov dari Gamaleya Institute.
Sejak uji coba dimulai di Moskow, ada 16 kasus gejala Covid-19 yang tercatat di antara orang-orang yang menerima vaksin, dan 62 di antara kelompok plasebo.
Ini menunjukkan bahwa rejimen dua dosis vaksin, dua suntikan berdasarkan dua vektor virus yang berbeda, diberikan dengan selang waktu 21 hari, 91,6 persen efektif melawan gejala Covid-19.
Vaksin Sputnik V adalah yang keempat di dunia yang telah mempublikasikan hasil Fase III di jurnal medis terkemuka yang ditinjau oleh rekan sejawat. Sebelumnya sudah ada Pfizer dan BioNTech, Moderna dan AstraZeneca.
Suntikan Pfizer memiliki tingkat kemanjuran tertinggi pada 95 persen, diikuti oleh vaksin Moderna dan Sputnik V sementara vaksin AstraZeneca memiliki tingkat kemanjuran rata-rata 70 persen.
Sputnik V juga sekarang telah disetujui untuk disimpan di lemari es biasa, bukan di freezer, membuat transportasi dan distribusi lebih mudah.
KOMENTAR ANDA