Waktu yang kita miliki bersama si kecil hanya sebentar. Setelah mereka dewasa dan mandiri, kesempatan bercengkrama sudah berkurang banyak/ Net
Waktu yang kita miliki bersama si kecil hanya sebentar. Setelah mereka dewasa dan mandiri, kesempatan bercengkrama sudah berkurang banyak/ Net
KOMENTAR

SETIAP keluarga menginginkan hadirnya seorang anak. Namun ketika buah hati sudah menemani kehidupan kita, tak jarang banyak yang menyia-nyiakan kesempatan untuk berkumpul dengan mereka.

Padahal, waktu yang kita miliki bersama si kecil hanya sebentar. Setelah mereka dewasa dan mandiri, kesempatan bercengkrama sudah berkurang banyak.

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, seorang International parenting speaker mengatakan, ada empat fase anak yang tidak boleh dilewatkan oleh para orangtua karena waktunya yang cukup singkat.

1. Masa Intim

Masa Intim adalah ketika anak berusia 0-8 tahun. Masa di mana anak menempel terus pada orang tuanya. Masa manja-manjanya seorang anak, sehingga ia tidak sungkan dipeluk dan memeluk. Inginnya ke mana-mana bersama orang tuanya dan sangat mudah untuk diajak ikut oleh orang tuanya.

2. Masa Kritis

Masa Kritis adalah ketika anak berusia 9-13 tahun. Masa di mana anak sudah masuk sekolah dasar dan mulai sibuk dengan lingkungan sekolah dan teman-teman seusianya.

Di masa kritis ini, anak mulai belajar dari banyak sumber, termasuk dari guru dan teman-temannya. Ia juga mulai membandingkan perlakuan orang tuanya dengan perlakuan orang tua dari temannya.

Dari sumber belajar yang beragam tadi, seorang anak di masa ini mulai bersikap kritis terhadap pendapat orang tuanya. Lalu bertanya dan membantah, sehingga muncul perbedaan pendapat.

Di masa ini juga mulai muncul perasaan tidak puas, kecewa atau sakit hati terhadap perlakuan orang tuanya yang tidak sejalan dengan keinginannya. Lalu memorinya menyimpan hal tersebut, sehingga ia mulai menjaga jarak kepada orang tuanya.

Di masa ini, hati-hati bersikap dengan anak. Jangan sampai masa kritis ini membuat jarak antara orangtua dengan anak.

3. Masa Sibuk

Masa sibuk adalah ketika anak berusia 14-23 tahun. Ini masa di mana anak sudah sibuk dengan kegiatan sekolah di SMP, SMA dan perguruan tinggi.

Pergaulan mereka juga biasanya makin luas, sehingga waktu bersama orang tuanya makin terbatas. Apalagi jika anak disekolahkan di pesantren atau kuliah di lain kota.

Bagaimana bahasa tubuh mereka ketika dipeluk? Sudah mulai susah dan malu, apalagi jika dipeluknya di tempat umum. Anak lelaki apalagi, makin susah untuk diajak berpelukan oleh ayah ibunya.

Keadaan menjadi berbalik. Dulu anak yang inginnya nempel terus kepada orang tuanya, di fase sibuk ini justru orangtua yang inginnya nempel dengan anaknya.

Bagi seorang ayah, ia ingin menggunakan waktunya yang sedikit (quality time) di tengah karirnya yang sedang menanjak untuk "bermesraan" dengan anaknya, tapi ternyata si anak sudah ogah.

4. Fase Mandiri

Masa Mandiri adalah masa di mana anak berusia 23 tahun ke atas atau masa anak sudah bekerja atau menikah. Inilah masa anak sudah seharusnya mandiri dan kita sebagai orangtua harus siap mental menghadapinya.

"Masa yang paling membahagiakan bagi orangtua dan anak adalah di fase intim. Makanya, jangan sia-siakan masa intim tersebut. Ia adalah golden moment, sekaligus golden age. Punyalah waktu untuk anak ketika mereka kecil, sebelum mereka tidak mempunyai waktu untuk kita," ujar pria yang akrab disapa Abah Ihsan ini.

Yang abadi hanyalah doa. Doa yang dipanjatkan orangtua kepada anaknya. Dan doa yang dipanjatkan anak yang sholih kepada orangtuanya. Doa itulah yang menyambung kembali kebersamaan anak dengan orangtuanya nanti di akhirat.

“(Yaitu) surga ‘Dan yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya” (QS. Ar-Ra‘du ayat 23).

 




Nilai Rapor Menurun, Berikut Cara Ayah Bunda Menegur Si Kecil Agar Termotivasi

Sebelumnya

Mengatasi Kekhawatiran Orang Tua Saat Melepas Anak dari SD ke SMP

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting