Nabi Muhammad merupakan panutan akan sikap anti-rasisme terutama dalam Islam/Net
Nabi Muhammad merupakan panutan akan sikap anti-rasisme terutama dalam Islam/Net
KOMENTAR

KAMPANYE anti-rasisme banyak berkembang di sejumlah negara di dunia sejak beberapa tahun belakangan. Namun sebenarnya jika mau lebih jauh menengok ke belakang, dalam sejarah Islam ada sosok yang sangat getol memperjuangkan anti-rasisme, beliau adalah Nabi Muhammad SAW

Mengutip artikel yang dituis oleh seorang sosiolog kawakan, Dr. Craig Considine di Huffington Post beberapa tahun lalu, saat ini yang lebih dibutuhkan dari sebelumnya adalah seorang teladan yang ajarannya melawan kefanatikan dan yang tindakannya menjadi model untuk hidup berdampingan.

"Saya percaya bahwa panutan tidak lain adalah Nabi Muhammad," tulisnya.

"Sekitar 1.400 tahun sebelum gerakan Hak Sipil di Amerika Serikat dan kampanye anti-apartheid di Afrika Selatan, Nabi Muhammad telah lebih dulu membahas masalah xenofobia dan prasangka di Arab Saudi," sambungnya.

Dia menyoroti soal bagaimana Nabi Muhammad berjuang melawan gagasan menilai individu dan kelompok hanya berdasarkan warna kulit dan keturunan mereka.

"Pandangan anti-rasis Nabi Muhammad terlihat dalam persahabatannya dengan Bilal ibn Rabah, seorang budak kulit hitam yang naik ke posisi terdepan dalam komunitas Muslim Arab abad ke-7," tulisnya.

Satu cerita menceritakan bagaimana Nabi Muhammad membela Bilal setelah Abu Dzar Al-Ghifari, salah satu sahabat Nabi, menyebut Bilal sebagai “anak kulit hitam”.

Kesal dengan penekanan untuk mengidentifikasi orang berdasarkan warna kulit ini, Nabi Muhammad pun kemudian mengkritik Abu Dzar dengan menyatakan, "Kamu adalah orang yang masih memiliki sifat kebodohan dalam diri,".

"Referensi Nabi atas ketidaktahuan Abu Dzar merujuk pada keadaan jahiliyyah pra-Islam, yakni sebuah istilah bahasa Arab yang berarti keadaan ketidaktahuan akan tuntunan Tuhan," tulis Dr. Craig.

Dia menjelaskan bahwa periode sejarah Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad ditandai dengan "barbarisme" dan "pelanggaran hukum", seperti yang dijelaskan dalam Al Quran.

Namun, mentalitas anti-rasis Nabi Muhammas membantu memimpin orang Arab keluar dari kegelapan ini dan menuju terang dengan membimbing mereka ke jalan keadilan dan kesetaraan.

Sikap anti-rasisme Nabi Muhammad juga ditunjukkan dengan cara memilih Bilal untuk peran terhormat mengumandangkan adzan.  Hal ini menunjukkan bahwa pengucilan sosial dan subordinasi berdasarkan warna kulit tidak diizinkan dalam masyarakat Islam.

"Sebelum Muhammad mengungkapkan pesannya, orang Arab terlalu bangga dengan identitas suku dan etnis mereka, sehingga suku dan kelompok etnis menjadi standar sosial masyarakat," tulisnya.

"Ajaran Nabi mengubah semua itu. Dia menekankan pentingnya kesalehan sebagai ciri khas rasa hormat," sambungnya.

Dalam menantang Abu Dzar, Nabi Muhammad menunjukkan bahwa dia rela menegur bahkan sahabat terdekatnya jika orang itu merendahkan seseorang karena etnisnya. Nabi percaya bahwa bentuk “kesukuan”, atau al-asabiyyah dalam bahasa Arab, bersifat kanker karena mendorong orang untuk setia pada etnis meskipun itu berarti mereka mendukung penindasan dan ketidakadilan.

Bentuk kampanye anti-rasisme yang dilakukan oleh Nabi Muhammad juga tercermin dari khotbah terakhirnya di Gunung Arafat pada tahun 632 M. Ini  mungkin adalah manifestasi anti-rasisme yang paling menonjol.

Dalam khotbahnya, Nabi Muhammad mengatakan bahwa orang Arab tidak memiliki keunggulan atas non-Arab, tidak pula seorang non-Arab memiliki keunggulan atas orang Arab. Begitupun dengan orang kulit putih yang tidak memiliki keunggulan atas orang kulit hitam, dan orang kulit hitam tidak memiliki keunggulan ata orang kulit putih, kecuali dengan kesalehan dan perbuatan baik.

"Khotbah Terakhir adalah titik puncak kehidupan Muhammad. Dia menantang populasi yang terpecah belah yang terus-menerus terlibat dalam peperangan dengan menyerukan orang-orang untuk bersatu di bawah panji kemanusiaan," tulis Dr Craig.

"Dengan menjauhkan dirinya dari kecenderungan untuk mengkategorikan orang lain berdasarkan etnis, Nabi mendahului kata-kata Martin Luther King Jr. yang dalam pidatonya "I Havea Dream" menyerukan agar orang Afrika-Amerika dinilai bukan dari warna kulit mereka, tetapi dengan isi karakter mereka," sambungnya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur