SABA Sahar adalah salah satu nama perempuan Afghanistan yang menjadi target pembunuhan terhadap jurnalis, aktivis, dan pejabat pemerintahan yang kian intens terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Tindak kekerasan masih saja marak terjadi di Afghanistan, sekali pun pemerintah saat ini sedang merundingkan perdamaian dengan Taliban. Prosesnya sangat lambat dan banyak teror di sana-sini. Setiap hari, televisi menyuguhkan berita tentang orang-orang yang terbunuh dalam ledakan bom.
Tahun lalu, Amerika Serikat telah sepakat dengan Taliban untuk menarik mundur semua pasukan asing dari Afghanistan pada musim semi ini, dilansir BBC. Jika pasukan asing pergi sebelum perjanjian damai terwujud, Taliban yang berkuasa pada 1996-2001 bisa saja kembali menguasai negara tersebut. Itulah yang ditakutkan banyak orang.
Saba Sahar memegang jabatan di kepolisian. Ia kini menjabat Wakil Kepala Departemen Gender di satuan khusus Kepolisian Afghanistan. Ia telah mengabdi di kepolisian selama lebih dari satu dekade. Ia sempat meninggalkan Afghanistan selama Perang Sipil era 1990an namun pulang kembali di awal tahun 2000an.
Mengutip Arab News, Saba juga seorang aktris sekaligus sutradara. Film-filmnya di masa lalu banyak berbicara tentang keadilan dan korupsi. Dalam film seri Commissioner Amanullah dan Passing the Rainbow, Saba memerankan seorang petugas polisi. Salah satu film yang ia sutradarai, The Law (2004), mendapat sambutan hangat masyarakat. Saba memutuskan berhenti total dari dunia film sejak lima tahun lalu.
Sejak lama, Saba memang dikenal sebagai tokoh perempuan yang berani menyuarakan hak-hak perempuan Afghanistan. Ia menjadi polisi karena ingin membela kaum perempuan yang selama ini banyak mendapat tindakan diskriminasi, pelecehan, dan ketidakadilan.
Tertembak Demi Nyawa Putri Kecilnya
Saba tidak akan melupakan percobaan pembunuhan yang terjadi pada 25 Agustus 2020. Saat itu ia berada di mobil bersama sopir, ajudan, dan anak perempuannya yang masih berusia 4 tahun. Mereka baru saja meninggalkan rumah dan dalam perjalanan menuju kantor.
Satu-satunya yang terpikir oleh Saba adalah menyelamatkan putri kecilnya. Demi melindungi sang anak, perut Saba mengalami empat luka tembak dari peluru AK-47 yang ditembakkan 4 orang tak dikenal. Beruntung putrinya selamat meski sejak serangan itu buah hati Saba itu mengalami trauma menyaksikan ibunya bersimbah darah.
Untunglah ia berhasil menghubungi sang suami, Emal Zaki, yang kemudian membawanya ke rumah sakit. Sempat berada dalam kondisi kritis, Saba akhirnya berhasil selamat dari kematian yang mengintainya.
Mengutip CNN, Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan bahwa Taliban selalu berada di balik serangan seperti yang terjadi pada Saba. Diperkirakan, serangan Taliban bertujuan membuat gentar para perempuan yang bekerja di sektor pemerintahan dan keamanan. Namun Taliban membantah berada di balik serangan tersebut.
Amnesty International Asia Selatan menyatakan para penggiat budaya dan aktivis HAM di Afghanistan mengalami kondisi yang sangat mengkhawatirkan akibat serangan yang kian brutal.
Dalam wawancara dengan BBC (01/02/2021), Saba mengatakan bahwa Taliban menyerangnya karena profesi yang ia geluti. "Saya melakukan dua pekerjaan yang menonjol. Taliban tidak bisa menerima karena saya bekerja sebagai polisi. Sejak lama saya tahu bahwa saya pasti menjadi target serangan mereka, hanya saja saya tidak tahu kapan itu akan terjadi. Pada hari itu saya membawa anak saya ke kantor, saya pikir mereka tidak akan menyerang saya saat itu," katanya kepada BBC.
Mengkhawatirkan Masa Depan
Saba mengkhawatirkan anak-anaknya. Mereka tidak berani untuk pergi ke sekolah. Saba dan keluarganya bahkan pindah dari rumah ke tempat yang dirasa lebih aman. Hidup Saba masih dibayang-bayangi ancaman. Ia pun takut jika suami dan anak-anaknya keluar rumah, mereka mungkin saja akan ditembak.
"Saat Taliban dulu berkuasa, perempuan Afghanistan terpenjara di rumah mereka. Kami tidak boleh keluar rumah tanpa pendamping. Kami ingin jaminan bahwa hal tersebut tidak akan terulang," tegas Saba lagi.
Menurut Saba, jika Taliban memaksa untuk kembali berkuasa, mereka tidak akan bertahan lama. Suatu hari, rakyat pasti akan bangkit melawan mereka sekali pun dengan tangan kosong. Rakyat akan melumpuhkan Taliban untuk selamanya.
"Saya tidak melihat masa depan bagi anak-anak saya. Tapi saya akan melakukan yang terbaik semampu saya. Saya ingin menjadi ibu yang baik bagi mereka. Jika mereka tidak bisa bersekolah, saya akan menjadi sekolah untuk mereka. Jika mereka tidak bisa bermain di taman, saya akan menjadi taman bermain untuk mereka. Jika mereka tidak bisa membeli mainan, saya akan menjadi permainan bagi mereka. Saya akan menjadi apa pun untuk mereka," pungkas Saba.
KOMENTAR ANDA