MANUSIA tiada bersih dari kesalahan. Dan sebaik-baik manusia adalah yang mampu berintrospeksi tanpa menyalahkan manusia lain.
Syahdan, Nabi Yunus as. dilanda putus asa karena kaumnya tak jua mau berhenti menyembah berhala. Dakwahnya tentang menyembah Allah Yang Maha Esa ditolak mentah-mentah. Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Dhilalil Quran menjelaskan bahwa Nabi Yunus marah dan meninggalkan kaumnya. Ia tidak bersabar menghadapi rintangan yang menghadang jalan dakwahnya. Nabi Yunus bahkan berdoa kepada Allah untuk menimpakan azab pada kaumnya.
Kemarahan Nabi Yunus kemudian membawanya menumpang sebuah kapal, lalu ia harus 'dibuang' ke laut karena kapal kelebihan muatan. Nabi Yunus berenang hingga seekor ikan paus menelannya. Di tengah kegelapan, inderanya menuntun Nabi Yunus bertahan hidup dengan makan ikan-ikan kecil yang dimakan ikan paus.
Beruntunglah Nabi Yunus, ia menyadari kesalahannya. Bahwa ia seharusnya bisa lebih bersabar terhadap kesulitan dakwah. Bahwa mengajak suatu umat meninggalkan kebiasaan buruk yang telah mengakar dalam kehidupan mereka bukanlah sebuah pekerjaan mudah semudah membalik telapak tangan. Setiap kebaikan membutuhkan proses yang di dalamnya mengandung nilai perjuangan.
Nabi Yunus mengevaluasi diri. Bukankah Allah Swt.adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa atas alam dan seisinya? Maka tak seharusnya ia berputus dari rahmat-Nya dan meninggalkan kaumnya dalam kesesatan.
Maka Nabi Yunus pun bermunajat setiap hari. Doa inilah yang dibacanya.
Laa ilaaha illa Anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin
"Tidak ada Tuhan Selain Engkau Mahasuci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menganiaya diri sendiri" (Q. S. Al-Anbiya: 87)
Selama 40 hari terombang-ambing dalam perut ikan paus, Nabi Yunus senantiasa memohon ampun dan memperkuat keimanannya. Ia bermunajat tanpa lelah karena menyesali tindakannya. Hingga Allah Swt. meridhainya untuk keluar dari perut ikan paus.
Munajat Nabi Yunus menjadi doa yang abadi bagi setiap muslim. Doa untuk membersihkan diri dari segala prasangka serta mengakui dan memohon ampun atas kesalahan yang dilakukan. Itulah bekal utama agar doa hamba dikabulkan oleh Allah Swt.
Introspeksi merupakan jalan nomor satu yang harus kita lakukan ketika kita mendapat kesulitan dalam hidup. Termasuk kala kita menemui kesulitan dalam mengajak orang lain kepada kebaikan. Jangan sampai kita dikalahkan hawa nafsu lalu menyalahkan orang lain dan mendoakan keburukan bagi orang lain.
Berdoalah yang baik, karena setiap untaian doa adalah munajat bagi diri kita sendiri.
KOMENTAR ANDA