JARINGAN Media Siber Indonesia (JMSI) menggelar Tausiah Nasional bertema "KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM" yang disampaikan Ustaz Abdul Somad, Senin (08/02/2021).
Salah satu hal yang ditekankan Ustaz Abdul Somad (UAS) adalah insan pers harus pandai memilih kata-kata yang digunakan dalam menulis sebuah informasi. "Pilihlah kata-kata yang tidak menimbulkan masalah di tengah umat," tegas UAS.
Informasi merupakan sumber pengetahuan yang bertujuan membuka wawasan dan menambah ilmu seseorang. Karena itulah, informasi yang faktual, objektif, transparan, jelas, dan mendetail, amat dibutuhkan oleh umat Islam saat ini.
Terlebih dalam menghadapi gempuran pemberitaan yang dikendalikan oleh orang-orang tak bertanggung jawab dengan menyebar fitnah dan ujaran kebencian di berbagai platform media massa maupun media sosial.
UAS menjelaskan bahwa "media" adalah jembatan Islam untuk berkembang. "Media" tersebut datang dalam bentuk jaringan yang datang menemui Nabi Muhammad saw. Mereka berguru kepada Nabi Muhammad lalu pulang kembali ke kampung halaman mereka untuk meneruskan dakwah Nabi kepada masyarakat di sana.
Karena itulah Islam melarang semua orang pergi ke medan perang. Harus ada umat yang duduk bersama Nabi untuk belajar tentang Islam. Merekalah yang akan menjadi "media" untuk menjelaskan substansi Islam kepada masyarakat luas, terutama tentang tauhid dan fikih.
Dengan demikian, syariah Islam akan terus meluas hingga ke berbagai penjuru dunia.
Pentingnya verifikasi informasi dicontohkan UAS dengan riwayat hadis. Dari 124 ribu sahabat Nabi, terdapat 12 ribu riwayat hadis yang bertebaran di berbagai buku. Salah satu yang sangat terkenal adalah Shahih Bukhari Muslim.
Penerimaan riwayat harus sangat selektif. Sebuah hadis dapat dikatakan shahih (terjamin keakuratannya) jika urutan riwayatnya tidak terputus. Semasa hidupnya, seorang perawi (orang yang meriwayatkan) harus bertemu dengan perawi sebelumnya. Perawi sebelumnya harus bertemu dengan perawi di masa sebelumnya lagi. Begitu seterusnya hingga sampai alurnya kepada Nabi Muhammad saw.
Dengan mencontoh periwayatan hadis, insan pers sejatinya dapat memahami urgensi informasi yang objektif, valid, dan shahih. Seorang pewarta berita memiliki tanggung jawab profesi juga tanggung jawab moral terhadap apa yang ditulisnya.
Jangan pernah berpikir mencari sensasi dengan menulis informasi yang tidak jelas sumber dan dalilnya, apalagi yang berpotensi memecah-belah umat.
Insan pers sejatinya menyuarakan kebenaran dan memihak pada kepentingan rakyat. Ada kredibilitas yang dipertaruhkan, ada konsekuensi yang harus dihadapi. Menulislah dengan nurani agar apa yang ditulis mudah dicerna dan mencerahkan.
KOMENTAR ANDA