dr. Vicka Farah Diba, MSc., Sp.A dalam Webinar virtual
dr. Vicka Farah Diba, MSc., Sp.A dalam Webinar virtual "Membangun Generasi Emas (1000HPK) di Masa Pandemi", Minggu (14/02/2021)/ FARAH
KOMENTAR

HAMIL di masa pandemi Covid-19 menjadi satu kekhawatiran tersendiri bagi seorang calon ibu. Banyak beredar informasi yang belum pasti kebenarannya mengingat Covid-19 adalah virus baru.

Namun seiring waktu dan semakin berkembangnya penelitian terhadap Covid-19, para dokter spesialis di bidang masing-masing perlahan mulai bisa memberikan informasi baru yang berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang secara spesifik.

Salah satunya yaitu tentang ibu hamil dan Covid-19. "Covid-19 tidak menular secara vertikal dari ibu ke janin, Covid-19 tidak menular secara jalan lahir, dan Covid-19 tidak menular secara menyusui (ASI)," tegas dr. Vicka Farah Diba, MSc., Sp.A dalam Webinar "Membangun Generasi Emas (1000HPK) di Masa Pandemi" yang digelar virtual Minggu (14/02/2021).

Meski tidak menular dari 3 jalan tersebut, dokter yang berpraktik di Jogja International Hospital (JIH) sekaligus penulis buku-buku anak dan parenting itu mengingatkan Covid-19 tetap bisa menular dari ibu ke bayi melalui droplet.

Karena itulah saat menyusui, ibu harus tetap menjalankan protokol kesehatan yaitu mencuci tangan dan mengenakan masker juga mematuhi etika batuk dan bersin.

Dalam paparannya, dr. Vicka menjelaskan bahwa The First Thousand Days adalah golden ages anak. 1000 Hari Pertama Kelahiran alias usia 0 – 2 tahun merupakan saat ketika proses pertumbuhan otak terjadi sangat pesat. Saat itulah perkembangan saraf otak yang maksimal terjadi pada anak. Setelah usia 2 tahun hingga dewasa, perkembangan saraf otak tidak lagi maksimal.

Karena itulah ibu harus sangat memperhatikan asupan gizi dan stimulasi terhadap tumbuh kembang anak selama 1000 hari tersebut.

Ketika anak mengalami malnutrisi di masa golden ages, yang terjadi adalah sebagai berikut:

1.Gangguan sel otak yang irreversible
2.Pertumbuhan otak yang terhambat yang mengakibatkan anak tidak cerdas
3.Anak lemah dan mudah sakit
4.Pertumbuhan jasmani terhambat, salah satunya adalah stunting
5.Anak sulit mengikuti pelajaran, dan berpotensi sulit mendapat pekerjaan kelak di saat dewasa

Pandemi bukan alasan untuk ibu mengurangi asupan gizi anak dan menunda imunisasi. Di saat pandemi, imunisasi justru sangat dibutuhkan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang kuat hingga tidak mudah terinfeksi penyakit lain.

Selain vaksinasi dasar, pemerintah mengimbau para ibu untuk memberi vaksin influenza dan vaksin pneumonia bagi anak, selama vaksin Covid-19 belum tersedia untuk anak-anak.

Nutrisi di masa pandemi juga berfungsi sebagai tindakan pencegahan dan terapi, meningkatkan daya tahan tubuh dengan asupan tinggi protein, serta dengan menambah asupan vitamin dan serat.

Perlu diingat, seseorang terinfeksi Covid-19 bukan karena kekurangan mikronutrien dalam asupan makanan. Tidak ada vitamin atau suplemen yang terbukti dapat mencegah Covid-19.

Yang harus dilakukan adalah meningkatkan kekebalan/ imunitas tubuh terhadap penyakit infeksi melalui nutrisi seimbang, istirahat cukup, aktivitas fisik sesuai usia, juga perilaku hidup bersih dan sehat.

"Di masa pandemi, ibu seharusnya bisa lebih fokus memantau dan mengevalusi tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah dengan mempelajari apa yang ada dalam KIA (Buku Kesehatan Ibu dan Anak). Atau ibu bisa menggunakan PrimaKu, aplikasi digital yang didukung IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Ibu bisa lebih memahami jadwal imunisasi dan kegunaan masing-masing vaksin, mengevaluasi apakah tumbuh kembang anak sesuai dengan usia, juga bisa menemukan tips mengatasi beberapa penyakit pada anak," saran dr. Vicka.

Jika memang selama 1000 HPK masih terdapat kekurangan atau kekeliruan yang dilakukan dalam pemberian nutrisi seimbang maupun stimulasi anak, dr. Vicka menjelaskan bahwa hal tersebut masih bisa diperbaiki.

Di situlah pentingnya ibu mendeteksi dini untuk kemudian melakukan intervensi dalam bentuk perbaikan pengasuhan.

 




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health