BAGI seorang anak, bakti kepada orangtua adalah kewajiban yang mutlak dilakukan. Selama orangtua tidak menyuruh anak untuk menyekutukan Allah Swt., wajib bagi anak untuk menjalankan bakti.
Dalam syariah Islam, seorang muslim diwajibkan untuk memuliakan kedua orangtuanya. Untuk memuliakan orangtua, tidak hanya dilakukan dengan memanjakan keduanya dengan “kasih sayang” dalam bentuk fasilitas dunia yang serba lengkap.
Mari menyimak cara terbaik memuliakan orangtua dalam surah Luqman ayat 14, yang artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya.”
Alquran memerintahkan dengan jelas agar kita berbuat baik kepada orangtua. Sekali pun seiring berjalannya waktu kita dan orangtua kerap terjebak dalam konflik kecil maupun besar, juga perdebatan dan pendapat yang tidak searah terhadap sesuatu hal, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berbakti kepada orangtua.
Allah tentulah memberi hikmah di balik alasan kewajiban anak berbakti pada orangtua. Ketika kita melawan orangtua, tanpa disadari kita sebenarnya sedang melawan diri kita sendiri.
Sama halnya ketika kita mampu mengendalikan kegusaran kita terhadap orangtua, tanpa disadari kita sebenarnya telah berhasil mengendalikan diri.
Pengendalian diri tersebut hadir dengan kita bersikap sabar, ikhlas, serta mengingat Allah. Itulah obat paling mujarab untuk menahan diri ketika kita menemui situasi yang tidak sejalan dengan orangtua. Allah akan memberikan rem untuk kita mengendalikan kekecewaan dan meredam gejolak amarah akibat perseteruan dengan orangtua.
Mengendalikan diri adalah bagian dari bakti. Karena bagaimana pun, orangtua telah lebih dulu merasakan pahit manis kehidupan. Orangtualah yang melahirkan kita. Orangtualah yang memberikan berbagai pelajaran hidup untuk kita resapi dan jalani.
Orangtualah ‘terminal’ pertama kita di dunia sebelum kita mampu berdiri dan menapaki jalan kehidupan yang penuh kerikil tajam.
Rasulullah dalam sebuah hadis bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orangtuanya dan menyambung silaturahim (kekerabatan).” (H. R. Ahmad)
Tidak heran jika Islam menjunjung tinggi ajaran berbakti kepada orangtua.
Seorang ibu yang mengandung selama 9 bulan dengan susah payah yang bertambah, harus bertaruh nyawa dalam usaha melahirkan anaknya. Dan belum cukup pengabdian ibu, ia merawat anaknya hingga besar dengan perasaan cinta kasih yang tidak terbatas.
Ibu siap dan rela menukar nyawanya demi sang buah hati. Masya Allah, itulah cinta kasih seorang ibu melebihi apa pun di dunia.
Tak hanya ibu, sosok ayah juga seorang pahlawan yang luar biasa bagi anaknya. Ayah merupakan pundak terkuat yang bisa menahan kerasnya dunia untuk diri anak. Ayah rela menjadikan punggungnya untuk menahan segala serangan panah kehidupan demi melindungi anaknya.
Ayah pun tak pernah membiarkan rasa lapar menghampiri anaknya. Ayah mampu membendung airmatanya kala menahan pahit getir kehidupan, semata demi kebahagiaan anaknya.
Entah hari ini, esok, atau nanti, kita akan berada di posisi yang sama dengan mereka: menjadi orangtua. Kita mungkin akan menjelma menjadi sosok orangtua kita dulu; sosok yang cerewet, suka membatasi, dan penuh aturan yang membosankan. Itu yang kita rasakan saat masih kecil, ketika beban berat hidup kita hanyalah sebatas PR Matematika.
Kita perlahan akan memahami bahwa dunia terus berputar. Maka andai tiba saat kita merasa kecewa dan tidak sejalan dengan pendapat orangtua, ingatlah kepada Allah. Dengan begitu, hati kita akan tetap teguh dalam bakti kepada orangtua.
Sebesar apa pun jurang perbedaan antara kita dan orangtua, kita harus tetap menjalankan bakti demi meraih ridha Allah Swt. Hanya dengan itulah kita kelak mampu menjemput kebahagiaan di negeri keabadian.
Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan kebahagiaan, keberkahan, dan ampunan bagi orangtua kita. Dan semoga Allah menyatukan kembali kita dan orangtua tercinta menjadi keluarga penghuni surga. Aamiin.
KOMENTAR ANDA