Dokter spesialis kebidanan kandungan Ulul Albab, SpOG dalam Bincang Sehat/FARAH
Dokter spesialis kebidanan kandungan Ulul Albab, SpOG dalam Bincang Sehat/FARAH
KOMENTAR

UNTUNG tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa tersebut agaknya cocok menggambarkan apa yang dialami oleh seorang dokter bernama dr. Ulul Albab, SpOG.

Dokter spesialis kebidanan kandungan ini telah berupaya melindungi diri dengan APD sebaik mungkin selama menjalankan tugasnya di tengah pandemi Covid-19. Namun, tetap saja sang viirus "bandel" tersebut menghampirinya.

Oktober 2020 lalu, bisa jadi mimpi buruk bagi Ulul. Kesehatan merosot tajam hanya dalam hitungan hari akibat Covid-19.

Kepada Kantor Berita Politik RMOL dalam program Bincang Sehat (Jumat, 19/2) betajuk "Kisah. Dokter Penyintas Covid", Ulul menceritakan pengalamannya saat terpapar Covid-19.

"Saya kerja di rumah sakit umum daerah. Dalam sehari saya bisa melayani 30 hingga 50 ibu hamil. Sehingga saya tidak benar-benar tahu saya terpapar dari siapa," ujarnya.

Namun karena terlalu lelah bekerja sehingga bisa jadi sistem imun sedang tidak baik, terlebih kurangnya aktivitas fisik serta bertemu banyak pasien setiap hari, sehingga pada saat itu Ulul berada dalam kondisi sangat rentan terpapar Covid-19, meski sudah mematuhi protokol kesehatan sebaik mungkin.

"Mulanya hanya gejala batuk biasa tanpa demam atau gangguan penciuman. Saya kita hanya batuk biasa, namun lama kelamaan semakin berat dan semakin sesak," jelas Ulul.

"Lalu awalnya saya yang bisa berjalan biasa, tiba-tiba terasa berat saat berjalan," sambungnya.

Dia pun bergegas melakukan pemeriksaan radiologis dan menemukan bahwa fungsi paru-parunya kurang baik.

"Saat itu saya berjalan lima meter pun kesulitan, akhirnya dibantu pakai oksigen dan dilarikan ke rumah sakit yang lebih besar," ujar Ulul.

Setelah dilarikan ke ruma sakit, Ulul menghabiskan waktu total 22 hari perawatan. Hanya dalam hitungan hari, kondisinya memburuk seketiika bahkan hingga tidak sadarkan diri.

"Sekitar 14 hari saya perawatan intensif karena mengalami gejala berat dan sekitar hampir satu minggu diberikan tindakan intubasi, dibuat tidak sadarkan diri atau dibuat mati tanda kutip. Patu-paru diistirahatkan. Dalam kondisi ini kemungkin untuk bertahan hidup dipertaruhkan," ungkap Ulul.

Namun pada akhirnya kondisi Ulul bisa membaik dan perlahan pulih dari gejala buruk yang diakibatkan oleh Covid-19.

"Sebagai survivor Covid-19, saya merasa mendapat kehidupan kedua," ujar Ulul.

Setelah melalui pengubatan dan pemulihan, Ulul kembali menjalani tugasnya sebagai dokter. Dia semakin aktif dan gencar menyuarakan soal. bahaya Covid-19 ke masyarakat.

"Siapa tahu pengalaman saya bisa jadi inspirasi bahwa Covid-19 itu ada, nyata dan berbahaya. Bukan agar kita takut, tapi agar kita. waspada. Caranya adalah dengan melindungi diri, menerapkan protokol kesehatan dengan baik," tandasnya.




Menteri HAM Natalius Pigai Terima Penghargaan "Tokoh Nasional Demokratis dan Berintegritas” dari JMSI

Sebelumnya

Konsultasi Publik “Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Media Massa yang Bertanggung Jawab, Edukatif, Jujur, Objektif, dan Sehat Industri (BEJO’S)": Tantangan Menyelaraskan Idealisme dan Keberlanjutan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News