Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

LAYAK jika pandemi Covid-19 disebut memiliki efek domino yang begitu besar. Bahkan hingga mampu mengubah pola pikir siapa saja yang terpapar maupun yang tidak.

Pandemi telah memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda. Beda orang, beda kelas sosial ekonomi, beda tingkat pendidikan, dan beda profesi. Perilaku yang dimunculkan pun berbeda-beda, ada yang takut, berani, strict, super cuek, bahkan egois.

Misalnya, ketika pandemi menimpa crazy rich. Kelompok upper class ini secara ekonomi tidak terlalu berdampak, namun tentunya ada sejumlah kesulitan seperti perubahan dan penyesuaian aktivitas hidup dan apakah tahan dari godaan Pandemic Fatigue, lalu memilih jalan-jalan atau liburan dan apakah tahan untuk tidak share ke social media.

Karena secara ekonomi tidak bermasalah, maka kelompok crazy rich memiliki keistimewaan (privilage) sendiri. Seperti mendapatkan akses informasi yang lebih baik mengenai pandemi, dana dan asuransi kesehatan terjamin, tes swab PCR kapan saja, perawatan di RS terbaik, bahkan memutuskan untuk tidak bekerja di kantor (WFO).

Cerita berbeda datang dari middle class, uang ada, tapi ....

Jika dilihat sekilas, kelompok ini akan tampak nyaman-nyaman saja menghadapi pandemi. Namun tetap saja, sejumlah kesulitan didapati.

Sebut saja risiko di PHK, uang memang ada tapi sayang sekali jika dipakai untuk tes swab PCR, risiko tertular klaster kantor cukup besar, godaan besar untuk jalan-jalan, bingung tentang sekolah online anak dan perkembangannya.

Yang serba membingungkan adalah mereka yang ada di kelompok lower class, sudah susah jadi semakin susah gara-gara pandemi. Jadi jangan heran jika sebagian besar masyarakat kelas menengah ke bawah peduli dengan pandemi.

Mereka lebih memilih melanjutkan kehidupan dengan tetap bekerja, mencari uang. Kelompok ini tidak memiliki dana kesehatan yang cukup, tidak mendapat informasi yang baik dan benar tentang pandemi.

Bayang-bayang PHK di depan mata dan tidak bisa leluasa untuk melakukan tes swab PCR yang harganya jutaan rupiah. Jika terpapar, masuk ruang isolasi menjadi masalah baru. Belum lagi risiko besar terjadinya klaster keluarga.

Lalu, bagaimana dengan para tenaga kesehatan, pedagang, dan ibu rumah tangga menanggapi pandemi?

1. Tenaga Kesehatan

Mereka adalah garda terakhir di masa ketidakpastian ini. Para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain harus berjuang dengan menggunakan APD lengkap yang super panas dan sesak, sementara masyarakat di luar sana abai dengan protokol kesehatan.

Tidak heran jika kemudian garda terakhir ini banyak yang terpapar Covid-19. Jika sudah demikian, tentu jumlah tenaga kesehatan menjadi berkurang, pekerjaan semakin menumpuk, dan kian sulitnya mereka berkumpul dengan keluarga tercinta.

2. Pedagang, Pelaku UMKM, Enterpreneur

Sejak awal pandemi, pukulan telak pertama kali menghantam pedagang, UMKM dan Enterpreneur. Bayangkan saja, mereka langsung kehilangan pelanggan lantaran sistem lock down yang diterapkan pemerintah di awal pandemi.

Para pelaku ekonomi ini bak sudah jatuh tertimpa tangga. Ancaman terpapar sangat besar, namun mereka masih harus bertanggung jawab terhadap anak buah (para pekerja), risiko gulung tikar, dikejar-kejar dept collector lantaran hutang yang tak terbayar, dan lainnya.

3. Ibu Rumah Tangga

Tugas ibu rumah tangga kini semakin bertambah, ketika anak-anak diwajibkan belajar di rumah dengan sistem online. Ibu-ibu yang tadinya hanya sibuk di dapur dan urusan rumah tangga lain, kita harus berkutat dengan yang namanya gadget dan kuota.

Belum lagi dirumitkan dengan menjaga kesehatan para anggota keluarga. Harus menyiapkan makanan bergizi, vitamin, sementara pemasukan alias uang belanja dari pak suami berkurang drastis.

4. Pekerja Seni

Pekerja seni, riwayatmu kini ... Selama lebih dari 6 bulan, pekerja seni yang memang tidak memiliki gaji tetap dan sangat bergantung pada shooting ataupun tayangan live di sejumlah stasiun televisi, harus gigit jari. Mereka harus mengandalkan tabungan dan lebih kreatif lagi agar dilirik brand ataupun EO.

Dari semua itu, milikilah kecerdasan sosial. Sadar betul kalau pandemi telah mengubah semua sendi kehidupan manusia, apapun tingkat ekonomi dan profesinya.

Apapun reaksinya, pahami konteks pandemi sebagai penyakit komunal, jaga selalu protokol.kesehatan, jaga keamanan keluarga inti, jadilah teladan bagi inner circle, pahami kondisi sosial dan ekonomi orang lain. Dan yang terpenting, simpati, empati, dan support mereka yang memerlukan bantuan. Seperti dikutip dari laman instagram @pandemictalks.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health