Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ANJURAN pemerintah untuk mengurangi mobilitas ke luar rumah, work from home (WFH) membuat sebagian besar masyarakat semakin akrab dengan gadget.

Terutama para Bunda yang semakin lihai dengan handphone, ya. Bukan hanya untuk membantu ananda mengerjakan tugas-tugas sekolah, tapi juga menelusuri sejumlah aplikasi belanja online. Lama kelamaan, jadi kecanduan deh!

Menurut Ruth Engs dari University of Indiana, kecanduan belanja erat hubungannya dengan apa yang dirasakan oleh otak saat berbelanja. Perasaan senang saat berbelanja disebabkan oleh hormon endorphine dan dopamine yang dilepaskan oleh tubuh. Perasaan senang ini kemudian berulang terus saat aktivitas belanja tersebut dilakukan.

Pada akhirnya, Bunda akan merasa kecanduan dengan perasaan senang itu dan kecanduan pula berbelanja.

Seseorang melakukan suatu tindakan tertentu pasti ada pendorongnya. Intinya adalah mengejar rasa senang. Jika sudah demikian, biasanya sisi logika diabaikan, tidak masalah seberapa besar uang yang dikeluarkan. Parahnya, bisa-bisa berhutang dan melakukan tindakan kriminal lain dilakukan untuk memenuhi hasrat berbelanja.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Yang paling utama adalah mencari akar permasalahannya. Apakah Bunda kecanduan berbelanja untuk meningkatkan kepercayaan diri, menyembunyikan stres yang sedang dirasakan, atau ada alasan lain.

Coba perhatikan, Bunda. Biasanya efek negatif dari kecanduan berbelanja ini bisa dirasakan ketika uang harian sudah terganggu, tabungan terkuras, hutang semakin banyak, dan berapapun besarnya pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Seperti dikutip dari laman instagram @parentingislam.id.

Berikut beberapa cara mengatasi kecanduan belanja:

1. Singkirkan semua kartu kredit. Bayarlah dengan menggunakan uang tunai atau debit.
2. Jangan berbelanja sendirian agar tidak bersikap kompulsif.
3. Bicarakan dengan dokter mengenai kemungkinan adanya depresi sehubungan dengan kondisi kecanduan belanja.
4. Cognitive Behavioral Therapy Treatment (CBT). Program terapi perilaku kognitif ini adalah pilihan utama dalam modifikasi perilaku. Jenis terapi ini cukup populer, karena tidak menggunakan obat-obatan dan bersifat noninvasif. Hal ini memungkinkan penderita untuk memiliki kendali lebih akan pilihan kesembuhannya.
5. Metode Terapi Lain. Biasanya, CBT akan dimodifikasi dengan mengumpulkan penderita lain dalam satu grup yang dipandu beberapa terapis. Di sini, penderita bisa mendapatkan dukungan dan mengetahui bahwa mereka tidak sendirian mengalami kondisi tersebut.

Ayo Bunda, sehatkan kembali keuangan rumah tangga. Karena sejatinya, masih banyak hal-hal penting dan berguna yang bisa Bunda lakukan selain berbelanja.

 




Masakan Mudah Gosong, Sudahkah Bunda Lakukan 6 Langkah Ini?

Sebelumnya

Tips Menikmati Akhir Pekan ‘Anti-Boring’ Bersama Keluarga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family