Demi masa. Maka Allah yang memiliki masa. Dan Allah yang mengetahui masa kejayaan yang terbaik untuk tiap-tiap hamba-Nya/ Net
Demi masa. Maka Allah yang memiliki masa. Dan Allah yang mengetahui masa kejayaan yang terbaik untuk tiap-tiap hamba-Nya/ Net
KOMENTAR

SEJAUH ini, istikharah cinta memang lebih sering bergema. Jika ada yang berniat hendak menikah, orang-orang akan menasehati, “Jangan lupa istikharah!”

Soalnya, menikah bukan perkara main-main. Salah jodoh bisa berujung prahara bagi rumah tangga, efeknya bukan hanya di dunia tapi sampai akhirat. Makanya, semantap apapun hati dengan si dia, tetap saja orang-orang menganjurkan istikharah.

Tidak salah sih, malahan sangat baik jika dalam urusan cinta terlebih dulu shalat sunah Istikharah. Namun, bukan berarti begitu telah menikah tidak lagi melakukan istikharah.

Sementara itu sebagian pihak pun terlihat belum menunjukkan minat yang penuh antusias dalam istikharah. Sejumlah kalangan malah terkesan pernah kecewa dengan hasil istikharahnya. Ternyata istikharah bukan hanya berbalut banyak tanda tanya tetapi juga berselimutkan teka-teki.

Mengapa setelah istikarah tetap saja masih bingung menentukan pilihan?

Jangan salahkan istikharahnya, tapi periksa lagi hati kita. Hanya hati nan suci yang dapat menangkap isyarat-isyarat Ilahi. Cahaya Allah tidak akan menerangi para pendosa. Hati yang bergelimang dosa akan menutupi celah yang dapat dimasuki oleh hidayah. Oleh sebab itu, bersihkan dulu noda dosa-dosa itu dengan tobat dan amal saleh.

Setelah istikharah kok jatuh pada pilihan yang salah?

Takdir tidak pernah salah, justru cara pandang kitalah yang keliru. Jadi, pilihan yang diperoleh melalui istikharah itu memiliki hikmah-hikmah kebenaran dan keadilan, yang terkadang butuh waktu bagi manusia dalam meresapinya.

Misalnya, seorang gadis telah lelah mengikuti bertahun-tahun tes pegawai negeri, tetapi selalu gagal. Padahal istikharahnya sudah mantap tiap malam. Persiapannya pun amat lengkap mengikuti ujian. Lantas ada apa dengan istikharahnya?

Tetapi belakangan dia malah bersyukur tidak lulus tes berkali-kali, kok bisa? Seandainya dirinya lulus, rasanya dia tidak kuat lahir batin terikat dengan aturan sebuah kantor. Dan kini dirinya jauh lebih berkembang, gadis itu adalah bos dari perusahaan konveksi.

Dahulu, sambil kelelahan mempersiapkan diri untuk mengikuti tes pegawai negeri, ia mengisi waktu dengan menjahit dan berjualan pakaian. Kini, hobi itulah yang menjayakan hidupnya. Bukan hanya perkara penghasilan, akan tetapi kebebasan yang dimilikinya membuat gadis itu amat mensyukuri cara Tuhan mengabulkan istikharahnya.

Begitulah, cara Tuhan senantiasa unik dalam menjawab istikharah hamba-Nya. Saking ajaibnya, butuh proses bagi manusia menyibak misteri jawaban dari istikharah tersebut.

Kenapa doa-doa dalam istikarah tak kunjung dikabulkan, bukankah penantian ini telah lama?

Dalam istikharah itu posisi kita memohon pada Allah, bukannya mendikte Tuhan. Kita tidak perlu merasa berhak mengarahkan Tuhan dalam istikharah. Karena Allah yang paling memahami, situasi dan kondisi yang tepat untuk mengabulkan segenap harapan.

Demi masa. Maka Allah yang memiliki masa. Dan Allah yang mengetahui masa kejayaan yang terbaik untuk tiap-tiap hamba-Nya.

Berbagai pertanyaan hingga teka-teki akan sering menyelimuti istikharah. Apalagi bagi sebagian orang yang mengira cara kerja istikharah itu bagaikan kalimat sihir. Tidaklah demikian adanya.

Agar memperoleh pemahaman yang utuh, terlebih dahulu perlu dicerna hakikat dari istikharah tersebut.

Muhammad Taqi Mishbah Yazdi dalam buku 22 Nasihat Abadi Penghalus Budi menerangkan, sedikitnya, ada tiga makna yang dapat diberikan pada kata istikharah:

Pertama, istikharah berarti mencari yang baik, yakni ketika kamu hendak melakukan suatu pekerjaan, pertama yang dilakukan adalah memikirkannya dengan matang, bagaimana cara terbaik untuk melakukannya baru kemudian mengerjakannya. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang secara fitrah mencari kesempurnaan dan hal-hal yang terbaik bagi dirinya.

Kedua, istikharah berarti meminta kebaikan dari Allah Swt. (thalab al-khairi minallah). Karena manusia secara fitrah mencari dan menginginkan kebaikan, maka dia memohon dan meminta kebaikan dari Allah untuk dirinya.

Ketiga, istikharah berarti mengungkap sebuah maslahat dalam suatu urusan melalui cara-cara yang telah diatur.

Dari tiga makna di atas bagi istikharah, yang sesuai dengan pesan Imam Ali di sini adalah arti yang kedua, yakni meminta dan memohon kebaikan dari sisi Allah Swt. (thalab al-khairi minallah), sebagai keterangan lanjutan dari ucapan beliau sebelumnya; mintalah hanya kepada Tuhanmu!

Dari tiga makna istikharah, tampaknya yang paling menarik itu adalah yang kedua, thalab al-khairi minallah, memohon yang terbaik dari Allah. Tidak salah sih berpegang dengan makna-makna istikharah yang lain, tetapi makna kedua ini lebih menggambarkan keikhlasan kepada Tuhan atau penyerahan diri secara total atas kebaikan yang akan dipilihkan Allah atas diri kita.

Istikharah itu akan terus mendapat sorotan besar karena teramat besarnya harapan yang disematkan padanya. Kuncinya adalah husnudzan, berprasangka baiklah kepada istikharah. Dengan demikian, kita pun benar-benar ikhlas terhadap apa yang ditakdirkan Allah.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur