Kita hanya perlu untuk berniat melakukan segala kebaikan lillahi ta'ala. Tidak berharap orang lain mengingat untuk kemudian membalasnya/ Net
Kita hanya perlu untuk berniat melakukan segala kebaikan lillahi ta'ala. Tidak berharap orang lain mengingat untuk kemudian membalasnya/ Net
KOMENTAR

BELAJAR melakukan segala sesuatu dengan ikhlas bisa dimulai dari 2 hal: Lakukan lalu Lupakan. Namun ternyata bagi banyak di antara kita, rangkaian 2 hal itu teramat sulit dilakukan.

Entah mengapa, saat kita melakukan suatu kebaikan untuk orang lain, kita berharap orang itu akan membalas kebaikan kita di kemudian hari.

Sesuatu di hati membisikkan, jika nanti kita terjebak dalam kesulitan, kita akan meminta pertolongan kepada orang yang pernah kita tolong. Dan ketika orang tersebut tidak bersedia atau tidak mampu membantu kita, tanpa sadar terbersit penyesalan karena pernah berbuat baik padanya.

Kita berharap orang lain tidak melupakan kebaikan kita. Kita berharap kebaikan kita, meskipun kecil, tetap membayangi hidup orang lain. Seolah menjadi utang budi yang wajib dibalas.

Padahal jika kita mau melakukan lalu melupakan, hati kita menjadi tenang. Hubungan pertemanan kita tak akan diwarnai tuntutan dan keharusan untuk balas-membalas budi. Ada yang jauh lebih mulia bisa kita raih, yaitu keikhlasan.

Wa maa umiruu illaa liya'budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa'
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (Q. S. Al-Bayyinah: 5)

Dari ayat di atas kita memahami bahwa "lakukan lalu lupakan" berangkat dari perintah Allah Swt. tentang hakikat manusia menjalani kehidupan di dunia, yaitu untuk beribadah dengan ketaatan yang hakiki.

Taat kepada Allah artinya kita berusaha melakukan semua perintah Allah untuk mengimani tauhid, menyempurnakan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari, dan terus memperbanyak amal jariyah untuk bekal di akhirat kelak. Itulah ketaatan yang akan mendekatkan hamba pada Khaliknya.

Dalam kamus taat kepada Allah, ada satu kunci bernama ikhlas. Itulah yang menjadikan semua perbuatan baik akan berbuah pahala. Ikhlas bermuara pada niat. Dan niat itulah yang menjadi intisari dari "lakukan lalu lupakan".

Dalam sebuah hadis dari Umar bin Khathab ra., Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya setiap amalan disertai niat. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau untuk wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia berhijrah padanya." (H. R. Bukhari & Muslim)

Maka kita hanya perlu untuk berniat melakukan segala kebaikan lillahi ta'ala. Tidak berharap orang lain mengingat untuk kemudian membalasnya.

Sekali pun kita berjasa mengangkat seseorang dari jurang kemiskinan ke kehidupan yang sejahtera sementara tidak sekali pun ia menyebutkan nama kita sebagai "penyelamat" hidupnya, tak perlu diambil pusing. Lupakan saja. Karena jika kita marah, maka hilanglah pahala kebaikan kita.

Buah dari keikhlasan salah satunya adalah keberkahan bagi pelaku kebaikan. Meskipun amalnya sedikit atau amalnya tidak sempurna, ia mendapat barakah dan pahala. Pikirannya pun tenang, tidak dipenuhi kekecewaan terhadap orang lain.

Dan sebaliknya, Yahya bin Katsir mengatakan bahwa niat sesungguhnya lebih mendasar dari amalan itu sendiri. Ketika kita kehilangan keikhlasan—bahkan cenderung menjadi riya dan sombong, kita akan mendapat dosa meskipun kita mengerjakan amalan paling utama sekali pun. Naudzubillah.

Mari berniat untuk selalu melakukan lalu melupakan.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur