ADA beberapa alasan yang membuat kita memilih satu e-commerce untuk belanja online.
Sebagai konsumen, kita menginginkan layanan berikut ini ada dalam e-commerce: tampilan (nyaman di mata dan tidak membingungkan), fitur yang lengkap alias menawarkan berbagai kemudahan, pesanan yang cepat sampai, respons Customer Service (chat cepat), update produk, serta flash sale yang selalu ditunggu-tunggu.
Selama pandemi Covid-19, pemberlakuan PSBB, PPKM, dan instruksi pengurangan mobilitas sebagai bagian dari protokol kesehatan 5M membuat angka belanja online meningkat tajam. Karena itulah jika kita perhatikan, semua e-commerce berlomba-lomba membuat promosi setiap harinya untuk menarik pembeli loyal.
Promosi ini bisa dibilang membuat masyarakat 'kewalahan'. Ketika Hari Belanja Online Nasional "Harbolnas" pertama kali dicetuskan pada 12 Desember 2012, kita berbunga-bunga menanti tanggal 12.12 jelang penghujung setiap tahun.
Sebagian orang bahkan mengaku menyisihkan gaji setiap bulan demi bisa memborong banyak barang saat penawaran istimewa Harbolnas.
Nyatanya kini tanggal cantik setiap bulan dirayakan dengan berbagai promosi yang tak kalah heboh dari Harbolnas. Tidak hanya di tanggal cantik, kita bahkan setiap hari mendapati layar e-commerce dipenuhi berbagai program diskon yang menggoda.
Ada 4 program promo yang sangat disukai masyarakat yaitu free ongkir, kampanye tematik, cashback, dan flash sale.
Untuk urusan promosi, 3 platform e-commerce yang paling gencar menggelar promosi menurut data IDN Research Institute adalah 1) Shopee, 2) Tokopedia, dan 3) Lazada. Shopee dan Tokopedia bahkan gila-gilaan menggandeng boyband dan girlband K-Pop nomor satu: BTS dan Blackpink untuk promosi e-commerce mereka.
Pilihan terakhir ada di tangan masyarakat yang mesti cermat melihat di e-commerce mana barang-barang yang mereka butuhkan dijual dengan harga promosi terendah. Tak ayal satu orang bisa bisa memiliki akun di lebih dari 3 e-commerce untuk keperluan membandingkan harga.
Survei Lokadata menunjukkan bahwa 5 produk terlaris di e-commerce selama tahun 2020 adalah makanan & minuman (30,95%), fesyen (23,95%), kosmetik/ produk kecantikan (8,87%), perlengkapan rumah tangga (8,29%), dan komputer (6,4%).
Terdapat kenaikan 14% pada pemesanan makanan dan minuman yang sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat selama pandemi.
Meski banyak dari kita mengeluh sulit mengerem keinginan belanja online, e-commerce di sisi lain justru menjadi partner yang membantu pengembangan UMKM di Tanah Air.
Dengan e-commerce, para pengusaha UMKM dapat menghemat biaya sewa tempat serta mampu menjangkau beragam segmen yang ada di masyarakat global.
3 platform e-commerce versi IDN Research Institute yang dianggap paling membantu UMKM adalah Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak.
Dalam berbelanja, dua hal utama yang memengaruhi kesetiaan masyarakat Indonesia memilih destinasi belanja online adalah kenyamanan visual dan kemudahan penggunaan aplikasi. Hasil survei IDN Research Institute berdasarkan tampilan visual terbaik menempatkan Tokopedia di urutan pertama, diikuti Bukalapak dan JD.ID.
Adapun 5 peringkat teratas e-commerce tahun 2020 yang didapat dari jumlah traffic share SimilarWeb pada Januari 2021 seperti dipublish Good News from Indonesia adalah sebagai berikut: Tokopedia (32,04%), Shopee (29,78%), Bukalapak (8,23%), Lazada (7,11%), dan Blibli (4,22%). Kelimanya paling direkomendasikan pembeli selama pandemi.
Menariknya, e-commerce di Indonesia kini tidak hanya menjadi tempat jualan tapi juga melengkapi diri dengan berbagai fitur yang kian memudahkan kehidupan masyarakat. Mulai dari saldo yang bisa digunakan untuk belanja di berbagai tempat, pemesanan tiket traveling, bayar tagihan bulanan, hingga pinjaman online dan tabungan emas. Lengkap!
Para pengelola e-commerce menyadari bahwa menyediakan berbagai fitur selengkap-lengkapnya akan dapat menarik konsumen loyal yang bisa menghabiskan waktu lama untuk berbelanja maupun memenuhi kebutuhan hidup lain tanpa mesti mengklik aplikasi lain.
Terlepas dari e-commerce mana yang menjadi favorit masyarakat, masih ada beberapa hal yang harus dibenahi.
Masih banyak penjual yang tidak profesional dengan menjual produk yang tidak sesuai dengan foto atau video yang dipasang di laman mereka. Selain itu, ada pula penipuan yang berkaitan dengan pengiriman barang yang 'memaksa' konsumen membayar barang yang tidak mereka pesan.
Sebaliknya, banyak pula konsumen yang masih enggan membaca baik-baik peraturan penjualan onlne yang dicantumkan para penjual. Karena itulah kita dituntut cerdas dan cermat serta memanfaatkan fitur chat untuk menghubungi pihak penjual jika terjadi kekeliruan dalam pemesanan maupun pengembalian barang.
Di sinilah peran Indonesia E-Commerce Association (IDEA) sangat diperlukan untuk merapikan dan menertibkan berbagai kekurangan. Harus ada komunikasi, pengawasan aktif, dan sanksi tegas agar semakin hari industri e-commerce di Tanah Air makin aman dan nyaman bagi konsumen sekaligus tidak memberi ruang bagi para oknum (penjual dan konsumen nakal). Dan tentu saja harus dipayungi oleh aturan hukum yang jelas.
KOMENTAR ANDA